kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra lele Bogor: Dulu perajin sandal, sekarang pembiak lele (1)


Senin, 25 Juli 2011 / 15:03 WIB
Sentra lele Bogor: Dulu perajin sandal, sekarang pembiak lele (1)
ILUSTRASI. Salah satu manfaat minyak zaitun bisa digunakan untuk menurunkan berat badan.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Di kawasan Cibeureum, Kecamatan Bogor Selatan, Jawa Barat, dulu terkenal sebagai sentra kerajinan sandal. Belakangan, Cibeureum mulai dikenal sebagai sentra benih ikan lele sangkuriang. Tiap bulan, pembudi daya mampu memproduksi lebih dari satu juta benih.

Dulu Desa Cibeureum, di Kelurahan Mulya Harja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat, adalah sentra kerajinan sandal. Namun, sejak lima tahun terakhir, kerajinan sandal mulai mempunyai saingan, yakni pembenihan lele (clarias) unggul jenis sangkuriang.

Jika berkunjung ke Cibeureum, jejeran kolam ikan berjumlah ratusan. Di setiap kolam itulah bermukim induk ikan lele yang kelak melahirkan benih-benih lele yang mampu menggemukkan isi tabungan.

Setidaknya, ada sembilan kepala keluarga (KK) yang menjadi pembudi daya benih ikan lele di desa yang berlokasi dekat perbukitan itu. Setiap bulan, setiap pembudi daya bisa menghasilkan 150.000 benih hingga 400.000 benih.

Uniknya, pembudi daya benih lele itu dulunya berprofesi sebagai perajin sandal. Seperti, Ade Mulyadi yang sempat jaya memproduksi sandal di era 1990-an. Namun, pada 2007, setelah lulus belajar pembenihan ikan di balai budi daya ikan air tawar milik pemerintah, Ade banting setir menjadi pembenih lele.

Ade beralasan, proses pembenihan lele lebih mudah ketimbang membuat sandal. "Kalau usaha sandal, kami mesti ikuti mode dan tren sandal yang lagi digandrungi," kata Ade.

Selain itu, bisnis pembenihan ikan berkumis itu jauh lebih menguntungkan ketimbang memproduksi sandal. Dalam pembenihan lele, pembenih tak perlu menguras otak untuk menciptakan mode terbaru. Oh, ya, Ade bisa dibilang pionir dalam pembenihan lele, terutama jenis sangkuriang di Cibeureum.

Namun, Ade tidak serta-merta menjadi pembenih lele. Dia memulainya secara bertahap. Awalnya, dia masih me-nyambi jadi perajin sandal.

Mula-mula, Ade hanya membuka satu kolam ikan saja sebagai tempat bertelurnya indukan. Usai induk ikan lele bertelur dan menjadi benih, Ade kemudian menjualnya. Saat itulah, Ade menyadari laba dari benih lele itu ternyata sangat menggiurkan.

Setelah itu, Ade memutuskan fokus menjadi pembenih lele dan sepenuhnya meninggalkan usaha pembuatan sandalnya. "Sekarang saya melayani permintaan benih lele dari daerah Jabodetabek," kata Ade, yang kini mempunyai 200 kolam pembenihan.

Kreativitas dan kemujuran Ade sebagai pembenih lele menginspirasi perajin sandal lainnya untuk alih profesi. Supardi Badriawan, misalnya. Ia menjadi pembenih lele dan meninggalkan kerajinan sandal yang sudah dilakoninya sejak 20 tahun lalu. Pada 2009, Supardi mulai merintis pembuatan kolam pembenihan lele.

Hingga kini, Supardi sudah memiliki 40 kolam dan menghasilkan ratusan ribu benih setiap bulan. "Budi daya benih lele ternyata mudah dan bukanlah kerja berat," terang Supardi.

Selain Supardi, ada tujuh mantan perajin sandal lain yang membuka usaha pembenih lele sangkuriang itu. Asal tahu, lele sangkuriang adalah jenis lele yang populer di Bogor.

Secara kasat mata tak ada yang beda dari lele hasil pengembangan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) itu. "Harga jual dan ukuran sama, yang membedakan adalah waktu pembesaran lele sangkuriang lebih cepat sehingga lebih menguntungkan," kata Ade.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×