kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,35   -7,01   -0.75%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra rumput laut Teluk Tomini: Ladang rumput laut di sentra cokelat (1)


Kamis, 24 Maret 2011 / 13:21 WIB
Sentra rumput laut Teluk Tomini: Ladang rumput laut di sentra cokelat (1)


Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Tri Adi

Penurunan produktivitas kakao di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, membuat para petani bahan baku cokelat beralih profesi. Mereka tak lagi bertanam di daratan tapi bertanam di lautan dengan membudidayakan rumput laut. Dengan masa panen singkat, bisnis rumput laut lebih menguntungkan.

Kabupaten Parigi Moutong berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk menuju kabupaten yang memiliki 20 kecamatan ini, kita bisa menempuh dengan kendaraan pribadi selama dua jam perjalanan dari Palu.

Setelah melewati beberapa bukit dan lembah, sentra budidaya rumput laut Kabupaten Parigi Moutong, bisa kita jumpai. Tepatnya berada di Desa Laemanta, Kecamatan Kasimbar.

Memiliki panjang pantai 570 km, Kabupaten Parigi Mountong memiliki sekitar 11.000 petani rumput laut. Umumnya mereka tinggal di Desa Laementa.
Tergabung dalam Koperasi Kelautan dan Perikanan Teluk Tomini, para pembudidaya rumput laut di kabupaten ini dulunya adalah para petani coklat. Turunnya produktivitas kakao membuat para petani beralih profesi menjadi pembudidaya rumput laut. Selain untuk bahan baku kosmetik, rumput laut juga digunakan untuk bahan baku makanan.

Munir Maseang, anggota kelompok budidaya rumput laut Bangkit Bersama adalah salah satu petani kakao yang pindah menjadi pembudidaya rumput laut. Lelaki berumur 37 tahun ini mengaku sudah tiga tahun tidak lagi menanam kakao. "Pohon coklat yang kami miliki sudah lewat batas waktunya," tuturnya.

Kakao hanya memiliki usia produktif selama 20- 30 tahun. Setelah masa itu, produksi akan terus mengalami penurunan. Walhasil, tanaman ini tak memiliki nilai ekonomis lagi.

Sebelum terjun ke rumput laut, Munir sempat bekerja sebagai nelayan pancing di Desa Laemanta. Dari pancingnya, dia berhasil menangkap rata-rata 3 kg tiap hari.

Mulai tahun 2007 lalu, Munir mengembangkan budidaya rumput laut di Teluk Tomini. Saat itu, dia menggunakan metode longline dengan memancang tali pada botol bekas. Botol berfungsi sebagai pelampung, sedangkan tali yang digunakan adalah nilon dan tali rafia. Berjarak 75 m dari bibir pantai, pada tali digantungkan bibit rumput laut.

Setelah ditanam, rumput laut bisa dipanen dalam jangka waktu 45 hari. Karena sangat menggantungkan alam, maka pembudidaya tidak perlu memakai pupuk dan pestisida.

Munir bercerita, saat memulai usaha, modal yang dikeluarkan hanya Rp 100.000. Saat ini, Munir bisa berbangga hati karena bisa mendapatkan laba bersih Rp 2 juta setiap panen. "Panen bisa empat-lima kali setiap tahun," katanya. Untuk meningkatkan produksi, metode longline diganti dengan petak pipa PVC yang di isi dengan tali nilon.

Pendapatan Munir didapat dari harga rumput laut basah yang mencapai Rp 1.000 per kg. Dari setiap petak dengan 750 titik bibit rumput laut, Munir bisa menghasilkan 750 kg rumput laut basah.

Harga jual menjadi lebih tinggi untuk rumput laut kering. Setiap kilo rumput laut kering dijual dengan harga Rp 9.000. Rumput laut kering didapat dari proses penjemuran matahari selama 3-4 hari dengan perbandingan bobot 1:7. Artinya 7 kg rumput basah akan menghasilkan 1 kg rumput laut kering.

Selain Munir, ada Andi Herman yang mulai bertanam rumput laut sejak 7 bulan lalu. Andi dulunya juga petani kakao yang berpindah profesi menjadi petani rumput laut. “Hasil panen cokelat tak bisa diharapkan," ujarnya. Ia yang biasanya bisa mendapatkan hingga 1 ton kakao saat masa panen, sekarang hanya 25 kg.

Andi mengajak 60 petani kakao lain di dusunnya untuk juga memulai usaha rumput laut. Itulah sebabnya, sebanyak 75% masyarakat di desanya tak lagi menanam kakao, tapi beralih jadi pembudidaya rumput laut.

Berbeda dengan Munir, Andi lebih senang menjual bibit rumput laut dibanding rumput laut dewasa. Menurutnya, bisnis bibit rumput laut lebih menguntungkan dibanding rumput laut siap panen. "Banyak orang yang butuh bibit dan keuntungannya lebih cepat, hanya 25 hari," katanya. Dari satu hektare ladang rumput laut miliknya, hanya 5% yang diproses untuk rumput laut kering. Sisanya untuk dijual bibit.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×