kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tanduk Kampung Inggris: Sentra warisan Inggris (1)


Kamis, 17 Maret 2011 / 14:11 WIB
Sentra tanduk Kampung Inggris: Sentra warisan Inggris (1)
ILUSTRASI. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau monitor citra satelit cuaca di Gedung BMKG, Jakarta, Jumat (10/1/2020).


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Sentra kerajinan tanduk Kampung Inggris, Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, bermula dari produksi perkakas berbahan tulang untuk memenuhi pesanan orang Inggris. Sejak Inggris hengkang, perajin beralih ke tanduk.

Sentra tanduk Kampung Inggris. Nama ini adalah nama resmi, bukan hanya nama tenar. Seperti namanya, sentra tanduk Kampung Inggris bermula sejak ada orang Inggris yang tinggal di kampung yang ada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi ini.

Di jalan masuk Kampung Inggris ini terdapat gerbang bertuliskan sentra kerajinan tanduk. Anda bisa berjalan kaki atau menggunakan jasa ojek untuk sampai ke tempat para perajin. Anda akan takjub melihat patung burung yang terbuat dari tanduk, tanduk yang diukir dengan tulisan kaligrafi atau gambar naga dan burung hong.

Ada juga patung ikan persis seperti ikan hidup. "Sejak saya lahir tempat ini sudah jadi sentra kerajinan tanduk," ujar Muhammad Djudjuh Djuhaedi, pemilik galeri Karya Cipta. Pria 58 tahun ini memulai usaha kerajinan tanduk tahun 1975. Pendidikan Djudjuh yang hanya sampai SMP membuatnya mulai belajar kerajinan. Lagi pula, banyak tetangganya bekerja sebagai perajin tanduk.

Ada juga Maman Kasim, 55 tahun, yang memiliki rumah kerajinan tanduk warisan orang tuanya. Selain itu, kita tengok juga Cecep Maulana, pemilik tanduk Karya Seni. Cecep menekuni usaha kerajinan tanduk sejak 1994. Cecep sendiri merupakan generasi ketiga perajin tanduk keluarganya.

Menurut Djudjuh, sejarah panjang kampungnya sebagai sentra kerajinan dapat ditarik hingga satu abad lalu. Dulu kampungnya terkenal sebagai sentra kerajinan tusuk gigi tulang, pisau ukir, dan pulpen tulang dengan ukiran wayang.

Kala itu konsumennya adalah orang Inggris yang bermukim di Sukabumi sejak 1800-an yang memilih sikat gigi, gagang sikat gigi, dan pemijat punggung dari tulang. "Orang-orang Inggris tak mau menggunakan perkakas seperti warga pribumi yang umumnya menggunakan perkakas berbahan bambu dan kayu," kata Djudjuh.

Wisatawan Inggris membeli hasil kerajinan dari tulang seperti pisau dan pena untuk dibawa pulang sebagai cenderamata. Pengguna kerajinan tulang hilang ketika orang Inggris meninggalkan Sukabumi.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×