kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Si batu bacan yang sedang naik daun


Senin, 20 Desember 2010 / 13:39 WIB
Si batu bacan yang sedang naik daun


Reporter: Mona Tobing, Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Bosan dengan perhiasan bling-bling dari emas, tak ada salahnya Anda mencoba batu bacan. Giok asal Maluku Utara ini memancarkan warna dan cahaya kerlap-kerlip. Makin banyak orang kita yang menyukai perhiasan batu bacan. Karena itu, permintaan terus menanjak. Ini jelas berkah bagi perajin perhiasan batu bacan. Mereka bisa mendekap omzet Rp 30 juta per bulan.

Batu giok asli Indonesia atau populer dengan sebutan batu bacan terkenal akan kelirnya yang indah dan berubah-ubah. Mulai biru, hijau, transparan, hingga warna warni yang bercampur dan menyatu memantulkan aura kecantikan.

Misalnya, warna batu bacan bisa berubah dari hijau muda menjadi hijau sangat tua. Lantaran perubahan ini, batu bacan disebut-sebut bisa membawa berkah dan hoki bagi pemiliknya.

Batu bacan juga memiliki warna biru laut ketika masih berumur muda. Tapi, lama-kelamaan akan terlihat bintik hitam di dalamnya. Bintik hitam tersebut dapat mengkristal seiring dengan pertambahan umur batu bacan yang menganjak 4 bulan hingga 10 tahun. Proses itu akan membuat warna biru laut pada batu bacan berubah menjadi semakin cerah dan berkilau.

Meski pamornya tengah naik daun dan banyak orang kita yang menjadikannya sebagai perhiasan, batu bacan belum menjadi primadona di negeri sendiri.

Yusuf Trafannur, perajin batu bacan di Maluku Utara, mengatakan, para pembeli batu bacan lebih banyak datang dari luar negeri. Maklum, harganya lebih mahal ketimbang jenis batu perhiasan lain. Makanya, pasar batu giok ini hanya kelas menengah atas.

Dalam sehari, pria yang sejak remaja menjadi perajin perhiasan batu bacan, seperti cincin, liontin, gelang, anting-anting dan bros ini mampu menyulap 10 batu bacan ukuran kecil menjadi perhiasan mahal.

Yusuf mendapat pasokan bahan baku dari pencari batu bacan yang berburu giok ini di sungai-sungai dan daerah pegunungan yang ada di daerah Doko, Pulau Bacan, Maluku Utara. Itu sebabnya, batu ini oleh masyarakat sekitar disebut batu bacan.

Tetapi, Yusuf mengungkapkan, tak semua batu bacan bisa menjadi perhiasan mahal. Syaratnya, tekstur batu harus halus dan mengkilap jika terpantul sinar matahari. "Warnanya juga harus mulus," tutur pria berusia 50 tahun ini.

Yusuf menjual kerajinan perhiasan batu bacan buatannya dengan harga mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 4 juta, tergantung ukuran batu dan beratnya. Setiap bulan, ia mampu meraih omzet hingga Rp 30 juta.

Pelanggan lokal yang memesan perhiasan batu bacan kepada Yusuf banyak datang dari Jakarta, Bandung, Makassar, dan Ternate. Namun, lima tahun terakhir, ia juga memasarkan kerajinannya ke Malaysia, China, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat.

Yusuf menuturkan, pasar ekspor memang amat menjanjikan. Meski begitu, ia pesimistis dapat menggempur pasar internasional, karena proses pembuatan perhiasan batu bacannya masih manual.

Nuh Verdo Verlandy yang sudah menjual batu bacan selama enam bulan terakhir bilang, prospek bisnis ini sedang cerah lantaran makin banyak orang yang suka batu bacan. "Batu bacan telah menjadi fesyen dan digemari oleh kolektor perhiasan dibandingkan dengan jenis batu lain," kata pria yang kerap dipanggil Erlan ini.

Hanya saja, menurut Erlan, pembeli harus meneliti betul kualitas batu bacan, mulai ukuran, ketebalan, dan kecerahan batu termasuk serat-serat yang dikandungnya. Batu bacan yang telah mengkristal harganya lebih mahal dibandingkan dengan yang semikristal.

Harga batu bacan berukuran 1 cm mulai dari Rp 1 juta. "Termahal berharga Rp 5 juta dengan diameter 2 sampai 3 cm," ungkap Erlan.

Siapa tertarik?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×