kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiada puasa pesanan selama Ramadan


Minggu, 20 Juli 2014 / 16:52 WIB
Tiada puasa pesanan selama Ramadan
ILUSTRASI. Pada Januari 2023, harga rumah di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 2,9% secara tahunan. KONTAN/Baihaki


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Sentra produksi tenun ikat di Desa Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Kendati sudah berusia puluhan tahun, mereka masih memproduksi tenun dengan cara tradisional. Lantaran itu, jumlah produksinya terbatas.

Anwar Sugiono, salah satu pengusaha tenun ikat di desa ini mengaku, hanya mampu memproduksi sekitar 20 lembar kain dalam sehari. Sentra tenun ikat ini sempat mati suri di tahun 90-an karena banyak para pemain baru bermunculan.

Mayoritas pemain baru ini memproduksi tenun dengan menggunakan mesin. "Tapi tidak lama, karena beberapa tahun setelahnya mulai muncul sarung tenun," kata Anwar.

Kemunculan sarung tenun itu memotivasi para pengusaha tenun untuk kembali bangkit. Soalnya, saat itu, banyak agen dari Jawa Tengah datang mencari sarung tenun yang akan mereka pasarkan ke wilayah Timur Tengah.

Anwar mengatakan, hingga saat ini, mereka belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumen di Timur Tengah. Agen pun hanya menyerap sebatas kemampuan mereka berproduksi.

Tidak hanya melayani kebutuhan para agen, Anwar juga memproduksi tenun untuk memenuhi permintaan konsumen di Kota Kediri dan sekitarnya. Tidak jarang, ada wisatawan mancanegara yang sengaja berkunjung ke desa ini untuk berburu tenun.

Anwar membanderol produknya mulai Rp 125.000 per lembar untuk kain tenun. Sedangkan sarung tenun dihargai Rp 180.000 per lembar. Omzet yang didapat Anwar lumayan tinggi. Dalam seminggu, dia bisa mengantongi omzet jutaan rupiah.

Soal keuntungan, Anwar enggan menyebutkannya. "Pokoknya cukuplah untuk hidup," katanya. Produsen lainnya, Sudarman juga memproduksi kain tenun maupun sarung tenun.

Menurutnya, kain tenun banyak dibuat pakaian jadi. Banyak kantor instansi pemerintahan di Kediri yang memesan kain tenun dari desa ini. Kain tenun itu dibuat menjadi seragam bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang berdinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kediri.

Sama dengan Anwar, Sudarman membanderol harga kain tenunnya sekitar Rp 125.000 per lembar. Sementara harga sarung dibanderol sedikit lebih mahal, yakni Rp 170.000 per lembar. Dalam sebulan, Sudarman bisa meraup omzet sekitar Rp 46,5 juta.

Dia mengaku, margin usaha ini berkisar antara 20% hingga 25% dari omzet. Omzet selama bulan Ramadan ini dipastikan melonjak karena tingginya permintaan. Menurut Sudarman, setiap bulan Ramadan, produsen pasti disibukkan dengan banyaknya permintaan pesanan sarung tenun.

Banyak warga yang memesan sarung tenun ini buat merayakan Idul Fitri. Permintaan bisa mencapai dua kali lipat dari hari biasa. Untuk memenuhi tingginya permintaan tersebut, mereka sudah mulai menggenjot jumlah produksinya sejak dua bulan sebelum Ramadan.

Selain dari Timur Tengah, permintaan sarung tenun ini banyak berdatangan dari konsumen di Kota Kediri dan kota sekitarnya.           

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×