kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waduh, bisnis burger mulai kurang sedap


Selasa, 14 Februari 2012 / 13:01 WIB
Waduh, bisnis burger mulai kurang sedap
ILUSTRASI. Produk-produk dari AISA ( PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ).foto/KONTAN/Daniel Prabowo


Reporter: Noverius Laoli, Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Walau terasa asing di lidah, burger, roti tumpuk isi daging dan sayuran, cukup digemari masyarakat di Indonesia. Bahkan, burger sempat ngetop dan begitu populer.

Tak heran, jika banyak pengusaha makanan tertarik menjajakan roti bulat berisi daging ini. Namun, belakangan ini, prospek bisnis burger tampaknya mulai meredup. Sejumlah pewaralaba burger mengaku bisnis ini sudah kurang menjanjikan.

Pasalnya, banyak mitra usaha mereka memilih mengundurkan diri dan berbisnis makanan lain. Ada juga pewaralaba yang memilih tidak mengembangkan lagi bisnisnya di sektor ini karena berbagai alasan.

Nah, seperti apa perkembangan usaha burger ini sekarang? Berikut ulasan beberapa kemitraan burger, seperti Sweet Burger, 1001 Burger, dan Burger'Qu;


• Sweet Burger

Pada April 2010 lalu, KONTAN pernah mengulas sistem waralaba yang ditawarkan oleh Sweet Burger. Sweet Burger mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2009. Pada April 2010, mereka sudah memiliki sembilan mitra yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta.

Namun, saat ini jumlah mitranya menciut. "Sekarang tinggal enam mitra," kata Kepala Operasional Outlet Sweet Burger, Zar Kasih.

Beberapa mitranya mengundurkan diri karena mengaku dagangannya kurang laris. Selain itu, kata Zar Kasih, mitranya kesulitan mendapat lokasi strategis. Sebab, biaya sewa lokasi strategis sekarang sudah sangat mahal.

Lokasi berjalan burger memang harus strategis guna mendongkrak penjualan. "Tapi, biaya sewanya tinggi, itu menjadi kendala," ujar pria yang akrab di sapa Rizal ini.

Biaya sewa lokasi saat ini rata-rata berkisar Rp 700.000 per bulan. Biaya sewa tersebut tergolong mahal bagi mitra. Terlebih, sistem kemitraan Sweet Burger hanya mengusung konsep gerobak.

Kendati demikian, Sweet Burger tetap optimistis, bisnisnya akan berkembang lagi di tahun 2012 ini. Untuk menggenjot jumlah mitra, Sweet Burger gencar menawarkan kemitraan lewat internet. Demi menarik minat calon mitra, Sweet Burger tidak menaikkan harga jual. "Harga jual kami masih sekitar Rp 8.000- Rp 10.000 per porsi," ujarnya.

Selain itu, Sweet Burger juga tetap mempertahankan konsep gerobak dalam sistem kemitraan yang ditawarkannya. Biaya investasi awal juga tetap, yakni sebesar Rp 15 juta. Dengan membayar sebesar itu, mitra mendapatkan satu paket booth lengkap dengan peralatan memasak dan menjual burger.

Mitra juga mendapat bahan-bahan produksi awal senilai Rp 200.000. Kepada para mitranya, Sweet Burger juga melayani penjualan bahan baku dengan sistem jual putus.


• 1001 Burger

KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan 1001 Burger pada Juni 2010 lalu. Perusahaan burger milik PT Yomart Rukun Selalu ini mulai menawarkan kemitraan sejak akhir tahun 2009. Awalnya, perkembangan kemitraan burger asal Bandung, Jawa Barat, ini lumayan pesat. Hingga akhir 2010 saja, jumlah mitranya sudah tercatat 40.

Namun, tahun ini, pertumbuhan jumlah mitranya melambat. Hingga akhir 2011, jumlah mitra 1001 Burger hanya tercatat bertambah 10. Jadi, total jumlah mitra 1001 Burger saat ini sebanyak 50. "Tahun lalu memang pertumbuhannya melambat," kata Nia Yuliawati, Manajer Operasional 1001 Burger.

Menurut Nia, pasar burger saat ini memang sudah lumayan jenuh. Sebab, persaingannya semakin ketat, sementara inovasi produk terbilang lambat. "Tapi kalau digarap maksimal, sebenarnya potensinya masih ada," kata Nia.

1001 Burger sendiri sudah tidak begitu fokus menjaring mitra baru. "Kami sudah tidak lagi mengikuti pameran dan ekspo waralaba selama 2011 lalu," ucap Nia.

Saat ini, perusahaan sedang fokus mengembangkan Yomart Bakery yang menjadi ujung tombak bisnis PT Yomart Rukun Selalu. "Selain itu dalam setahun terakhir telah terjadi transisi dari manajemen lama ke manajemen baru," ujarnya.

Kendati demikian, 1001 Burger tetap akan melayani jika ada yang berminat menjadi mitra. 1001 Burger hanya menawarkan paket kemitraan dengan tipe booth seharga Rp 4,5 juta. Kepada calon mitra, 1001 Burger menjanjikan omzet Rp 7,7 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar Rp 1,1 juta dan balik modal antara 4-5 bulan.

Menurut Nia, perusahaan tetap akan mempertahankan bisnis burger yang sudah dirintis sejak 2007 silam ini. Terlebih, jaringan kemitraan 1001 Burger sudah cukup luas. Yakni, merambah hampir semua wilayah Jawa Barat dan Jakarta. "Hanya saja kami belum bisa leluasa untuk berpromosi ke daerah lainnya," tandasnya.

Sejauh ini, kata Nia, 1001 Burger belum berencana menaikkan nilai investasi kemitraan yang sebesar Rp 4,5 juta. Harga jual burger juga tidak dinaikkan. Jadi, masih berkisar Rp 7.500 hingga Rp 9.500 per porsi. Pilihan menu burger juga mengalami banyak per bulan dari sebelumnya.

Menurut Nia, setelah bisnis Yomart Bakery semakin membaik, pihaknya akan kembali mengembangkan 1001 Burger. "Ceruk pasar burger masih cukup prospektif walaupun peta persaingan tambah ramai,' ujarnya.

Ia juga berharap, ketika 1001 Burger kembali ditawarkan, publik tetap menyambut positif. Menurutnya, burger merupakan salah satu makanan cepat saji yang begitu digandrungi setelah ayam goreng krispi dan piza. "Kami masih optimistis menatap bisnis ini," tutupnya.


• Burger'Qu

Pada bulan Februari 2009, KONTAN pernah mengulas sistem waralaba tawaran Burger'Qu yang bermarkas di Sleman, Yogyakarta ini. Selain menjajakan burger sebagai kudapan utama, Burger'Qu juga menyediakan hotdog dan kentang goreng.

Pemilik Burger'Qu, Decky Suryata mengaku, saat ini tidak lagi fokus mengembangkan Burger'Qu. "Saya tidak lagi mengembangkan waralaba yang pernah saya tawarkan sebelumnya," kata Decky.

Alasannya, sejak tahun 2009 jumlah mitra sudah cukup banyak. Saat itu, jumlah mitranya tercatat sebanyak 66, dengan lokasi tersebar di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Kini, ia memilih fokus mengembangkan bisnis lain. Di antaranya mengembangkan bisnis pengolahan roti atau kue kering dengan nama Salakka Pondoh.

Sebelumnya, Decky menawarkan tiga paket kemitraan Burger'Qu. Yakni, paket medium, eksklusif, dan super eksklusif. Untuk paket medium, mitra harus menyiapkan investasi awal sebesar Rp 4 juta. Dengan modal sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu unit gerai, peralatan memasak, pelatihan pegawai.

Selain itu, ada pula paket bahan baku awal untuk kebutuhan operasional selama dua hari pertama senilai Rp 220.000. Sementara untuk paket eksklusif, mitra harus mengeluarkan uang sebesar Rp 6 juga. Mitra akan mendapatkan fasilitas yang sama dengan paket medium. Cuma pada paket ini ada penambahan fasilitas promosi berupa banner atau spanduk.

Paket ketiga adalah paket super eksklusif dengan investasi awal Rp 18 juta. Paket ini lebih lengkap karena ada penambahan pada perlengkapan promosi berupa banner dan neon box, disertai gerai yang lebih berkelas dan menarik. Kerja sama untuk tiga paket itu berlangsung selama tiga tahun, setelah itu harus diperpanjang lagi.

Pada saat itu, Decky menjanjikan, setiap mitra dapat menjual burger sebanyak 20 porsi sehari dengan harga berkisar Rp 5.000-Rp 7.000 per porsi. Dari situ, mitra akan mendapat omzet Rp 5 juta per bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×