kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wasno dulu buruh, sekarang juragan boneka (1)


Senin, 28 November 2011 / 13:34 WIB
Wasno dulu buruh, sekarang juragan boneka (1)
ILUSTRASI. Infeksi Virus Corona bisa menyebabkan seseorang mengalami blue lips dan gejala langka lainnya. REUTERS/Tingshu Wang


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Setelah lama bekerja menjadi buruh pabrik pembuat boneka, Wasno banting setir dan menjalani bisnis pembuatan boneka sendiri. Selama lebih dari 15 tahun dia menggeluti bisnis boneka, saat ini omzetnya sudah mencapai Rp 400 juta per bulan. Namun persaingan bisnis pembuatan boneka semakin ketat.

Berawal dari keinginan untuk mengubah taraf ekonomi keluarga, Wasno keluar dari pekerjaannya dan memulai bisnis sendiri. Jika dahulu Wasno hanya buruh di pabrik pembuat boneka milik perusahaan Korea di Karawang, kini dia telah mempekerjakan 50 karyawan yang menghasilkan omzet Rp 400 juta per bulan.

Bisnis yang digeluti Wasno saat ini tidak jauh dari pekerjaannya dahulu yaitu boneka. Mulai berbisnis pembuatan boneka sejak 1991, dia mengaku hanya bermodalkan Rp 200.000 dan tiga mesin jahit. "Saya dibantu tiga orang," katanya.

Tiga orang itu adalah warga sekitar rumah yang sudah dididik untuk membuat boneka. Sebab, saat itu dia menjadikan rumahnya sebagai bengkel kerja pembuatan boneka.

Sebanyak 50 pekerja tersebut dibagi dalam beberapa proses produksi, seperti bagian pola, menjahit, mengisi, membuat aksesori sampai pengepakan. Setidaknya 300 hingga 400 boneka bisa diproduksi per bulan dengan berbagai ukuran.

Selama dua tahun pertama, Wasno menjual boneka dengan keliling, terutama di kereta ekonomi yang berhenti di Stasiun Cikampek. Tak lama kemudian dia menjadikan rumahnya tak hanya sebagai bengkel kerja namun juga toko penjualan. Dengan toko yang menetap, para pelanggan bisa langsung memesan dengan datang ke rumahnya.

Ia bercerita, mayoritas pelanggan yang datang ke rumahnya adalah pembeli boneka saat dia menjajakan langsung di kereta. "Mereka biasanya bertanya dahulu ke orang-orang, kemudian mereka datang ke rumah," kata Wasno. Karena itulah, menurut Wasno, usahanya besar karena promosi dari mulut ke mulut

Saat ini, pembeli yang datang ke tokonya sebagian besar adalah pedagang yang ingin menjual kembali boneka ke Medan, Lampung, Yogyakarta, dan Jakarta. Untuk pasar Jakarta, pedagang yang kerap membeli ke tempatnya adalah pedagang Tanah Abang, Pasar Baru, dan Ragunan.

Rata-rata pelanggannya adalah pedagang kaki lima. "Orang kaya membeli boneka di mal, masyarakat menengah bawah beli boneka di kaki lima. Di situlah pasar terbesar saya," kata Wasno.

Walau mengaku tak menemui banyak kendala dalam membesarkan bisnisnya, Wasno juga pernah mengalami masa sulit. Masalah permodalan dan pemasaran pada 1995 menjadi penyebab bisnisnya hampir runtuh.

Tapi, Wasno tak menyerah. Pada tahun 1998, dia bahkan berhasil mendirikan toko boneka pertamanya di Karawang. Toko di rumahnya sudah tidak bisa menampung hasil produksi lantaran permintaan yang terus naik.

Selain mendirikan toko boneka, pada tahun 2000 Wasno juga memperluas bengkel produksi tepat di sebelah rumahnya di Kampung Mekar Sari, Karawang. "Itu untuk menampung tambahan mesin jahit, agar kapasitas produksi naik," katanya. Dengan peningkatan kapasitas, pada 2001, dia membuat toko boneka lagi tak jauh dari rumahnya.

Penambahan toko diperlukan untuk menampung pesanan yang naik menjelang Natal dan Tahun Baru. Sebab pada saat itulah lonjakan permintaan boneka sangat tinggi. Berbeda dengan musim menjelang bulan puasa yang sepi. "Di akhir tahun sangat ramai, pagi dibuat, sore sudah dibeli. Namun menjelang Ramadan sepi, dan akan ramai kembali setelah Lebaran," katanya.

Di akhir tahun itulah, Wasno mengaku terpaksa menolak pesanan. Dia tak mau mengalihkan pesanan itu ke produsen boneka lain demi menjaga kualitas. Menurutnya, walau sama-sama perajin boneka, namun kualitas yang dihasilkan tidaklah sama.

Memang, saat ini perajin dan pedagang boneka sudah banyak ditemui di sekitar Cikampek. Dengan persaingan yang semakin ketat, Wasno mengaku akan terus melakukan inovasi model dan desain.

Tak hanya itu, dia juga harus peka terhadap perkembangan zaman dan trend pasar. Contohnya sekarang ketika Upin dan Ipin ataupun domba Shaun the Sheep sedang trend. Selain boneka-boneka itu, dia juga memproduksi boneka karakter binatang, seperti harimau, singa dan beruang, yang tidak mengenal tren.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×