Reporter: Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
Setelah wabah flu burung merebak pada tahun 2005, Ade Meirizal Zulkarnain getol menyosialisasikan konsep budidaya ayam kampung dengan pola intensif. Sejak itu pula, namanya semakin dikenal di bisnis peternakan ayam kampung.
Selain masyarakat Sukabumi, banyak masyarakat dari daerah lain tertarik mengikuti cara beternak intensif yang ditawarkannya.
"Peternak dari Padang, Jambi, sampai daerah kalimantan Timur pernah datang ke tempat saya untuk melihat konsep beternak dengan pola intensif yang saya terapkan," ujar Ade.
Konsep ini pada dasarnya memberi pengertian bahwa lingkungan peternakan yang sehat akan menghasilkan produk ternak yang sehat. Pola intensif ini di antaranya menekankan kebersihan kandang.
Ade sendiri memang tidak pelit berbagi ilmu dan pengalaman. Ia justru menginginkan, semakin banyak orang mengetahui pola peternakan intensif ini justru semakin bagus.
Dengan demikian, diharapkan semakin banyak juga orang yang tertarik terjun ke bisnis ini. Bila skala peternakan ayam kampung terus meningkat, bukan mustahil suatu saat ayam kampung bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Artinya, produksi ayam kampung di Indonesia bisa lebih dominan ketimbang ayam ras pedaging (broiler) atau impor. "Indonesia ini pusat domestikasi ayam dunia, tapi di sini ayam ras dan ayam impor yang lebih berkembang," kata Ade.
Berlandaskan keinginan tersebut, Ade gencar melakukan sosialisasi peternakan ayam kampung dengan pola intensif. Kerja kerasnya dalam menggalakkan produk ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Terbukti, pada 2007, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan) mendirikan Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli).
Ade pun dipercaya menjabat ketua selama dua periode, mulai periode 2007-2012 dan 2012-2017. "Kami pun mulai melansir program 'Selamatkan Ayam Indonesia'," ujarnya.
Menurut Ade, sebanyak 80% jenis ayam asli Indonesia sudah masuk kategori hampir punah karena kurangnya minat masyarakat untuk membudidayakannya.
Makanya, di Himpuli, Ade aktif mengajak pemerintah untuk terlibat di dalam program-program pemberdayaan unggas lokal. Ia menargetkan, selama periode 2009 hingga 2019 mendatang, ayam lokal bisa berkontribusi minimal 25% dari total produksi unggas nasional.
Saat ini, kontribusinya hanya 6% dari total produksi unggas nasional. Namun, untuk mengejar target tersebut bukan persoalan mudah. Salah satu kendalanya, di Indonesia belum ada sarana pembibitan yang baik.
Selama ini, pola pembibitan ayam kampung di Indonesia masih cara lama dan belum profesional. Sebagai Ketua Himpuli sekaligus peternak ayam, Ade telah mendirikan pusat pembibitan ayam kampung dengan standar good breeding modern di Bogor.
Ade mendirikan pusat pembibitan ayam kampung ini pada bulan April 2012 lalu, dan dinamakan Unggul Pusat Pembibitan Ayam Kampung. Saat ini, pusat pembibitan ini mampu memproduksi 120.000 sampai 150.000 ekor anak ayam (days old chicken atau DOC) per bulan.
Dengan harga per ekor Rp 5.000, omzet Ade dari pembibitan ayam kampung ini mencapai Rp 500 juta per bulan. "Pemesanan anak ayam dari daerah Sumatera hingga Papua sudah pernah kami layani," tutur Ade.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News