kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Adi menciptakan bisnis besar dari vila orang lain


Kamis, 25 April 2013 / 14:03 WIB
Adi menciptakan bisnis besar dari vila orang lain
ILUSTRASI. Intip saham-saham yang banyak dikoleksi asing pada awal pekan ini


Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi

Berkat kejelian melihat peluang serta jaringan bisnis, Andi Arifin bisa menghasilkan pendapatan hingga US$ 800.000 per bulan. Penghasilan itu didapat dari jasa penyewaan vila milik orang lain di kawasan Asia.

Teknologi informasi (TI) mengantarkan Adi Arifin ke kesuksesan. Pengusaha jasa penyewaan hotel ini memanfaatkan keahliannya di bidang TI untuk merintis bisnis. Akhirnya, Adi mencatat sukses berbisnis penyewaan vila di kawasan Asia dengan omzet antara US$ 700.000 hingga US$ 800.000 per bulan.

Usai kuliah di jurusan teknik informatika dan jurusan manajemen, lelaki kelahiran Sukabumi 41 tahun yang lalu ini bekerja di bidang yang tidak jauh-jauh dari TI. Adi sudah mulai bekerja sejak tahun ketiga kuliah. Ketika bekerja di sebuah jaringan agen properti, Adi menangani TI dan online marketing hingga menduduki jabatan director of technology. Kebetulan, broker properti tempatnya bekerja memang fokus menggarap penyewaan vila dan hotel.

Dari situlah, Adi mengenal orang-orang yang menjual atau membeli vila, serta mereka yang berniat membeli tanah untuk membangun vila. “Kebanyakan orang membangun vila untuk diri sendiri, tapi vila itu hanya dipakai beberapa hari saat liburan. Selebihnya dibiarkan kosong,” ujar dia. Kendati kosong, tetap saja vila membutuhkan perawatan yang memakan biaya, seperti gaji tukang kebun, atau listrik.

Tanpa perawatan, vila akan kotor dan menjadi tidak nyaman lagi untuk ditempati. “Ujung-ujungnya pada saat liburan, si pemilik malah harus beberes ketika ke vila,” tandas Adi. Dari pengamatan tersebut, lelaki berkacamata ini melihat peluang untuk menyewakan vila yang tidak ditinggali pemiliknya. Dengan cara itu, setidaknya biaya operasional dan pemeliharaan tertutupi dari penghasilan sewa vila.

Adi mulai melobi beberapa pemilik vila di Bali. Pada 2004, setelah empat tahun bekerja di broker properti, Adi memilih keluar dan menjalankan usaha penyewaan vila. Lewat situs privateleisure.co, Adi memasarkan vila-vila milik kliennya, yang kebanyakan orang asing. “Ternyata peminatnya cukup banyak. Pemilik villa juga puas,” katanya.

Karena merasa puas, pemilik vila menawari Adi untuk mengelola vila mereka yang lain. “Orang-orang kaya vilanya banyak, tidak hanya di Bali. Jaringan saya melebar untuk menyewakan vila di luar Bali, seperti Lombok,” jelasnya. Klien Adi di Bali juga bertambah banyak. Di Bali, dia tercatat menyewakan 730 vila, ditambah 45 vila di Lombok.

Rupanya, klien Adi tidak hanya memiliki vila di Indonesia saja, tapi juga di Thailand. Setelah empat tahun mengelola vila dalam negeri, tahun 2007, Adi masuk ke Phuket.

Adi mujur. Sebab, penyewa langganannya tidak melulu liburan di tempat yang sama. Jika klien datang meminta Adi mengelola vila, penyewa datang memintanya mencarikan vila untuk liburan. “Mereka tidak liburan di tempat sama. Jadi klop, supply ada, demand juga ada,” katanya.

Hingga sekarang, Adi mengelola 310 vila di Thailand. Klien Adi - baik pemilik maupun penyewa - juga terus berkembang, hingga vila yang dikelola Adi pun bertambah di sejumlah negara. Di Malaysia, Adi mengelola empat vila, sementara di Vietnam dan Sri Lanka masing-masing 14 vila dan 60 vila. Tarif sewanya mulai dari US$ 200 sampai US$ 4.500 per malam.


Risiko kerusakan

Meski terkesan mudah mendapatkan klien pemilik dan penyewa vila, tapi ada satu hal yang cukup menjadi perhatian Adi dalam menjalankan bisnisnya. Yaitu, perilaku penyewa vila. Terkadang penyewa berlaku sembrono, hingga menimbulkan kerusakan di vila. Karena sudah merasa menyewa satu rumah, para penyewa ini menganggap vila itu sebagai rumahnya sendiri. Nah, bila terjadi kerusakan, persoalannya bukan hanya ganti rugi ke pemilik vila, tapi juga ada sisi emosional ke pemilik yang terlukai. Maklumlah, bagaimanapun vila itu  adalah rumah pribadi sehingga banyak pemilik yang meletakkan barang pribadi yang punya  nilai historis di vila. “Ketika barang itu rusak, sekalipun kami ganti rugi, nilai historisnya tentu akan berbeda,” jelasnya.

Meski mengembang risiko yang serius, Adi tak mau berhenti menjalankan usaha. Yang jelas, dari awal ia berusaha mewanti-wanti para penyewa untuk tidak seenaknya memperlakukan vila yang disewa. Pihak pengelola akan memantau para penyewa selama mereka tinggal. “Karena itu pula, untuk vila di luar negeri kami juga merekrut pekerja yang ada di sana,” tandasnya.

Meski sudah mengelola vila di beberapa negara dengan penghasilan yang fantastis, Adi masih terus mengembangkan bisnisnya. Saat ini ia tengah bernegosiasi dengan beberapa pemilik vila di Filipina. “Sebelumnya, saya memang fokus pada akomodasi vila untuk turis asing. Sekarang saya sedang mengembangkan produk wisata lain seperti tur,” paparnya.

Adi juga mulai menggarap turis domestik untuk jadi penyewa. Dia menyadari bahwa pasar domestik makin menjanjikan dengan pertumbuhan penduduk produktif serta kenaikan daya beli di Indonesia. Di masa liburan pun, mereka sudah terbiasa memenuhi hasrat menjadi turis lokal.                     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×