kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dari gerai aksesori, Helen menuai hoki


Rabu, 10 April 2013 / 13:36 WIB
Dari gerai aksesori, Helen menuai hoki
ILUSTRASI. Mulai sekarang, yuk coba hindari kesalahan saat mendekorasi rumah ini.


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Bermula dari menjual aksesori di bazar, Helen Remyvone sukses membangun jaringan gerai Stroberi. Konsep toko dan pilihan produk dengan pasar segmented menjadi kunci keberhasilannya. Kini, Stroberi telah berbiak lebih dari 70 gerai dan tersebar di seluruh Indonesia.

Kecintaan seseorang akan sebuah benda atau barang, yang terbingkai cukup lama, sering mengantarkan mereka mencapai sukses di dunia usaha. Inilah yang dialami oleh Helen Remyvone.

Belasan tahun bergelut dalam bisnis aksesori, Helen bak ratu aksesori di negeri ini. Gerai aksesori Stroberi miliknya telah tersebar di lebih 70 lokasi di seluruh Indonesia. Sebagian besar terletak di mal atau pusat belanja ternama.

Saat kuliah, Helen senang memakai pernak-pernik aksesori lucu. “Saya suka membeli barang-barang lucu, tapi berguna dan bisa dipakai,” kenang dia. Dari situ, terbit ide berbisnis aksesori karena anak muda umumnya suka memakai pernak-pernik, seperti ikat rambut, cincin, gelang, bandana, syal, dan lainnya.

Lantas, Helen menggulirkan bisnis tersebut dengan berjualan di bazar atau sekolah. “Modal awal saya kurang dari Rp 5 juta,” kata lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha, Bandung ini. Karena keterbatasan modal itu pula, ia menerima barang titipan (konsinyasi), dan sebagian dari wholesaller di Indonesia.

Helen beruntung. Ia melihat animo pasar yang cukup besar. Maklum, kala itu, sekitar tahun 2003, belum banyak orang yang secara khusus menggeluti bisnis aksesori. Alhasil, ia pun makin memantapkan langkahnya pada  usaha ini.

Perempuan yang lahir di Palembang, 4 November 1977 ini kemudian membuka gerai pertamanya di Bandung Trade Center (BTC). “Setahun berjual-an dari bazar ke bazar, lelah juga. Saya ingin berjualan di satu tempat saja,” kata Helen.

Saat itu, BTC merupakan mal baru di kota kembang. Setelah menghubungi pihak manajemen, Helen mendapatkan tempat berupa mini island seluas 6 m². Lantas, ia  membuka trolly island di ruang mungil itu, dengan nama Stroberi.

Bersama dua karyawannya, Helen ikut menjaga toko. Berkat pengalaman itu, ia makin paham, pasar aksesori ternyata sangat besar. “Animo masyarakat, terutama remaja, sangat antusias terhadap produk Stroberi,” kenang ibu dua anak ini. Bertolak dari sini, Helen tergerak membiakkan gerainya.

Selang beberapa bulan, pada 9 Maret 2003, Helen membuka konter kedua di Bandung Super Mall (BSM), yang kemudian berlanjut ke mal lain. Sejak 2005, pertumbuhan Stroberi sangat pesat. “Kami  membuka lebih banyak toko dari tahun-tahun  sebelumnya dan mulai tersebar ke seluruh Indonesia,” tutur Helen.


Produk up to date

Perempuan yang pernah menjadi pengajar di almamaternya ini menyadari, timing pembukaan gerai Stroberi tepat. Hal ini mendatangkan keuntungan baginya. Saat itu, ia memang memperkenalkan satu konsep toko yang belum pernah ada sebelumnya. “Kebanyakan aksesori disatukan dengan gift dan konsep tokonya merupakan toko gift, atau menjual frame atau kado ulang tahun,” jelas Helen.

Konsep toko dan pasar yang segmented pun diterjemahkan melalui desain interior dengan warna-warna lembut dan ceria. Suasana meriah membalut gerai Stroberi, hingga mengundang para remaja untuk masuk.

Kesuksesan Stroberi juga dilirik pengusaha ritel yang lain. Beberapa pemain mengikuti langkah Helen dengan membuka toko serupa. Namun, Helen tetap optimistis. Ia yakin, persaingan justru akan membuatnya lebih kreatif. Buktinya, banyak pengelola mal yang meminta Stroberi untuk buka di pusat belanja mereka.

Produk yang selalu up to date menjadi salah satu keunggulan Stroberi. Hampir setiap hari, selalu ada new arrivals di gerai yang didominasi warna pink itu. Stroberi memiliki ratusan ribu jenis item barang dengan  kisaran harga mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 300.000.

Helen dan Stroberi juga berusaha mengikuti perkembangan fesyen terkini. “Kami menjadi trendsetter dan fashion leader di market kami, walaupun akhirnya konsep toko kami malah sering ditiru desain, style, hingga warnanya oleh kompetitor lain,” ujar dia.

Sampai kini, Helen masih mengurusi sendiri gurita Stroberi itu. Dengan dibantu suaminya, Oke Remyvone, Helen terjun sendiri dalam pembelian barang. Ia berburu aksesori ke mana pun, selama ada barang yang unik. “Saat ini, saya lebih banyak berbelanja ke beberapa negara, seperti China, Korea, Thailand, dan lainnya,” terang Helen lagi.

Kini, gerai Stroberi bisa ditemukan di sejumlah mal di luar Jawa dan Bali. Mulai dari Medan, Padang, Pekanbaru, Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Bali, Mataram, Makassar, Manado, hingga Ternate. Dari dua orang karyawan yang membantunya saat merintis usaha, saat ini, Stroberi sudah mempekerjakan sekitar 1.000 orang.

Meski telah sukses, Helen masih terus menyimpan mimpi. Ia berniat untuk mengembangkan Stroberi hingga ke luar negeri. “Kami ada rencana untuk go international, tapi semuanya masih dalam progress dan confidential,” jelasnya.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×