kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adit, jadi perancang bermodal iman dan bakat (1)


Selasa, 18 Oktober 2011 / 13:26 WIB
Adit, jadi perancang bermodal iman dan bakat (1)
ILUSTRASI. Keren-keren, ini daftar skin Mobile Legends terbaru yang rilis bulan Desember 2020


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Sebagai perancang busana usianya masih terbilang muda. Namun rancangan Adit telah banyak dikenal. Tengok saja, perancang yang suka mendesain busana pengantin itu kini sudah sanggup mendatangkan duit Rp 140 juta ke dalam kantongnya. Makanya, sebagai perancang muda, Adit ingin terus mendalami dunia fesyen.

Muda dan berbakat. Itulah kesan yang melekat pada Adit Yakobus, perancang busana untuk pria dan wanita asal Jakarta. Usianya baru 25 tahun, tetapi hasil karyanya bisa mendatangkan omzet ratusan juta rupiah saban bulan.

Pria kelahiran 1986 itu mulai merancang busana sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ketika itu, dia membuat aneka busana dengan mengikuti setiap gaya mutakhir dari produk fesyen.

Berbekal kesenangan menggambar, Adit pun mulai membuat sketsa rancangan busana. Awalnya, Adit mencoba-coba membuatkan pakaian teman-temannya. "Ketika SMA segmennya adalah anak muda. Saya membuatkan gaun malam untuk prom night pesanan teman-teman," kata Adit.

Tak disangka, banyak dari mereka yang menyukai gaun rancangannya. Dari situlah promosi mulai berjalan dari mulut ke mulut. Adit pun mulai banyak pelanggan dan, tentu saja, mulai mendapat penghasilan dari baju yang dirancang dan dijahitnya.

Sejatinya, cita-cita Adit saat kecil bukanlah menjadi perancang busana. Ia justru tertarik pada dunia seni lukis dan ingin memiliki galeri sendiri. Namun, setelah melihat gemerlapnya dunia fesyen, Adit malah kepincut. Apalagi, dia juga melihat, dunia fesyen lebih cepat mendatangkan duit daripada jadi pelukis.

Adit mengatakan, dengan bermodal iman dan keterampilan, dia mulai serius mengembangkan rancangannya. Semuanya serba-otodidak. "Saya belajar dari pelanggan, tukang jahit, tante-tante saya. Mereka semua yang menginspirasi saya," kata Adit.

Kini, Adit sudah mantap dengan profesi sebagai perancang busana. Apalagi dia sudah merasa ahli dengan busana khusus anak muda. Itulah sebabnya, Adit mulai merambah busana untuk perempuan dan lelaki dewasa. Bahkan, Adit juga mulai menekuni busana pengantin demi mendapatkan fulus lebih banyak lagi. "Ketika kuliah, saya mencoba untuk busana wedding," ujarnya.

Memang, Adit mengaku, merancang busana pengantin tak semudah mendesain busana gaun malam. Ia harus menjajal beberapa kali sebelum akhirnya menjadi ahli. Bahkan, kadangkala ada pelanggan yang komplain karena merasa tak cocok dengan rancangan Adit. Tapi Adit tak menyerah. Ia terus mencoba hingga menemukan rancangan yang pas buat calon pengantin baru.

Adit percaya, meski tidak mengenyam pendidikan formal khusus desain, usahanya akan makin maju. Asalkan, ia mau terus belajar dan bereksperimen. "Saya terus trial and error," ujar Adit yang tidak takut dengan persaingan usaha di dalam dunia fesyen.

Terbukti, merancang gaun pengantin mampu menebalkan isi dompetnya. Itulah sebabnya, kalau orang lain senang saat musim durian tiba, Adit paling senang kalau musim menikah datang. Sebab, orderan baju pengantin bakal mengalir deras. Saat musim kawin ini, dalam satu bulan, paling tidak ia melayani busana lima calon pengantin plus keluarganya. Nah, tinggal menghitung saja sekarang kalau satu keluarga berisi 12 orang, dan ongkos membuat busana per orang Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. "Ya, omzet saya per bulan bisa Rp 140 juta," tukas Adit, senang.

Menurutnya, potensi dunia fesyen di Tanah Air cukup besar dan banyak peluang. Namun satu hal yang selalu dipegang Adit, bahwa dia harus terus belajar dan belajar, terutama mengenai perkembangan mode yang mempunyai siklus yang unik itu. Bagi Adit, di antara ilmu desain lainnya, seperti grafis, interior, furnitur, dan arsitektur, untuk desain fesyen paling praktis. "Fesyen itu selain bisa dipakai juga harus ada nilai seninya," terang Adit.

Adit sendiri selalu mengombinasikan rancangan modern dengan tradisional. Artinya, desain fesyen dia menyesuaikan dengan desain modern saat ini. Namun, untuk pemilihan bahan dan corak, Adit memilih bahan dan corak tradisional. "Saya sangat suka batik dengan desain modern," kata Adit.

Adit sendiri suka merancang kebaya. Apalagi saat ini, kebaya tidak identik dengan orang tua. Dengan konsep modern, Adit berharap, pelanggan yang berusia muda juga nyaman berkebaya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×