Reporter: J. Ani Kristanti, Pradita Devis Dukarno | Editor: Tri Adi
Pesta pernikahan menjadi momen istimewa yang menandai perjalanan hidup seseorang. Tak heran banyak calon pengantin yang mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan perayaan pernikahan secara matang. Tujuannya apalagi kalau bukan memastikan seluruh seremoni berjalan sempurna.
Tentu, gaun berikut aksesori yang digunakan di hari istimewa itu tidak luput dari perhatian calon mempelai. Demi penampilan yang memukau dan tak terlupakan, para pengantin rela membayar mahal untuk gaun yang dikenakannya. Tak ketinggalan, mereka juga akan memesan sepatu (wedding shoes) untuk hari istimewa itu.
Banyak mempelai wanita menginginkan sepatu yang dibuat secara khusus untuk pesta pernikahannya alias customized, karena tidak sreg dengan model yang sudah ada di pasar. Pengalaman ini pula yang dialami Regina Alifen ketika menikah 2008 lalu. “Sulit mencari sepatu yang betul-betul diinginkan, dari model, warna, tinggi heels dan terutama kenyaman-annya,” terang dia. Dari pengalaman pribadinya itu, terbitlah ide untuk memproduksi sepatu wedding custom made.
Kenyamanan merupakan faktor utama dari wedding shoes. Mempelai wanita membutuhkan sepatu yang nyaman karena seremoni bisa berlangsung berjam-jam. Di saat yang sama, ia dituntut tampil mempesona dengan menggunakan sepatu berhak tinggi.
Hal ini juga yang menjadi perhatian Rina Thang, saat memutuskan terjun ke usaha pembuatan wedding shoes, tiga tahun silam. Kebetulan, Rina juga berprofesi sebagai wedding organizer, hingga ia tahu persis betapa banyak calon pengantin yang kesulitan mencari sepatu yang pas dan nyaman.
Selain itu, tren pemotretan pernikahan juga mendongkrak permintaan sepatu khusus wedding. Fotografer sering memotret dengan detail bagian per bagian dari penampilan pengantin, termasuk sepatu. Karena itu, pemesanan wedding shoes pun makin ramai.
Padahal, harga sepatu wedding ini cukup menguras kantong lo. Banderol harga sangat tergantung dari bahan yang digunakan serta model sepatu. Kisaran harga sepasang wedding shoes mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 8 juta.
Kini, dalam sebulan, Rina bisa mengerjakan 30 pasang–50 pasang sepatu. Rina bilang, sampai saat ini, pemesanan wedding shoes tak pernah sepi. Tak heran, usahanya terus bertumbuh. Dari satu tukang sepatu, kini Rina mempekerjakan lima tukang sepatu. Dia pun memindahkan workshop pembuatan sepatu bermerk Rina Thang ini dari rumahnya, ke lokasi yang lebih besar, di Taman Ratu, Jakarta Barat.
Situasi tak jauh berbeda dialami Regina yang menggunakan nama Regis Bridal Shoes. Workshop Regis yang berada di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, bisa menangani pesanan hingga puluhan pasang sepatu setiap bulannya.
Tak heran, Regina pun menyebut prospek usaha pembuatan sepatu untuk acara pernikahan masih cerah. “Sepatu wedding sangat sulit dicari dan pemain yang ada masih terbatas,” kata dia.
Margin yang bisa dicetak dari usaha pembuatan sepatu pernikahan juga menggiurkan. Rina menyebut tingkat keuntungan bisa berkisar 30%.
Bahan lokal
Jika Anda tidak memiliki latar belakang pendidikan desain, tak perlu terburu kecil hati. Baik Rina maupun Regina juga tidak memiliki background pendidikan di bidang desain sepatu. Namun, mereka berdua memiliki passion untuk merancang sepatu. Regina yang gemar mengoleksi sepatu, mulai serius menggarap rancangan wedding shoes ketika hendak menikah.
Adapun Rina mengawali bisnis sepatu pernikahannya dengan merancang sepatu kasual. Di saat sudah memiliki bisnis wedding organizer, Rina coba-coba merancang sepatu, sekitar tiga tahun lalu. Yang pertama kali ia desain justru sepatu kasual. “Saya bereksperimen dengan brokat dan payet,” tutur dia. Ternyata, hasil rancangan Rina menuai penggemar. Baru belakangan, Rina fokus membuat sepatu untuk pernikahan.
Jika Anda tertarik untuk menggeluti usaha ini, merancang sepatu saja sejatinya tidak cukup. Banyak klien, ujar Rina, yang kerap berubah pikiran. Bisa jadi karena ada saran dari anggota keluarga yang lain, atau karena mendapat rujukan baru, si calon pengantin meminta rancangan sepatu diubah. “Harus siap mengikuti kemauan klien, selama memungkinkan,” tutur Rina.
Bukan tak mungkin calon pengantin memesan sepatu yang justru tidak ideal. Ambil contoh ingin sepatu yang haknya terlalu tinggi. Jadi, produsen wedding shoes tidak cuma harus menampung keinginan si klien saja, tetapi juga harus bisa mengarahkan si klien saat mencari sepatu yang ideal.
Ketinggian hak sepatu bisa disebut sebagai contoh bagian sepatu yang kerap membuat rancangan maju mundur. Kebanyakan calon mempelai pasti ingin tampil menarik dengan menggunakan hak tinggi. Namun, tinggi hak sebaiknya juga dibatasi agar sepatu nyaman dipakai. “Agar nyaman dipakai, selisih ketinggian bagian depan dan belakang sepatu sekitar 7 cm,” tutur Rina.
Nah, kalau si calon mempelai ingin hak lebih tinggi lagi, perancang wedding shoes harus pintar-pintar mengakali. Satu cara yang bisa ditempuh seperti membuat hak di bagian depan. Itu baru soal hak. Hal lain yang juga biasa “dicereweti” oleh klien seperti bahan dan model.
Kunci lain di bisnis pembuatan sepatu pengantin adalah mengelola para perajin. Tak berbeda dengan mendengarkan keinginan klien, mengelola para pembuat sepatu terdengar sederhana. Namun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, Rina mengaku sempat terpikir untuk menghentikan usaha ini gara-gara kesulitan mengelola pekerja. Di tahun pertama, ia sempat berganti tukang delapan kali.
Memang, mencari tukang yang mau teliti menerjemahkan rancangan menjadi sepasang sepatu tidak mudah. Jadi, bila Anda sudah mendapat tukang yang andal, siapkan strategi untuk membuatnya loyal. Bentuknya bisa memberi insentif di luar gaji tetap.
Yang juga perlu diingat, bengkel kerja sebaiknya disatukan dengan tempat pemasaran. Jika perajin bisa ikut bertemu dengan klien dan membahas sepatu yang diinginkannya.
Untuk bahan sepatu, Anda tak perlu repot. Rina menyebut ada banyak pemasok bahan sepatu di sini. Regina juga menggunakan bahan-bahan lokal. Jika bertempat tinggal di Jakarta, Anda bisa belanja beberapa bagian sepatu di Mangga Dua.
Nah, untuk menjaring klien, pembuat sepatu pernikahan harus gesit menggarap jalur online maupun offline. Situs yang membahas pernikahan maupun perempuan bisa menjadi media promosi online. Media bertema sama yang berbentuk majalah cocok untuk pemasaran offline.
Selain gencar berpromosi, jangan lupa memoles produk yang Anda tawarkan. Regina menyarankan pemain baru untuk tidak alpa menawarkan kreasi yang fresh. Produk Anda haruslah memiliki keunikan yang membedakannya dengan sepatu lain. Ciri khas itu bisa didapat, misalkan, dengan bahan yang digunakan.
Satu lagi saran Rina, jangan lupa menggunakan merek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News