kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Agung, juragan laundry kiloan asal Yogya (1)


Senin, 21 Februari 2011 / 10:03 WIB
Agung, juragan laundry kiloan asal Yogya (1)
ILUSTRASI. Ilustrasi rupiah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Meski sangat awam dengan bisnis laundry kiloan, Agung Nugroho Susanto memberanikan diri membuka Simply Fresh Laundry di Yogyakarta. Lantaran tarifnya lebih miring, usaha laundy kiloan Agung berkembang pesat. Sekarang, ia memiliki 165 gerai yang tersebar di 50 kota di Indonesia. Omzetnya Rp 3 miliar sebulan.

Berawal dari keinginan untuk mandiri dan mengikuti jejak orang-orang yang sukses dalam berwirausaha, Agung Nugroho Susanto akhirnya memutuskan fokus menggarap bisnis laundry kiloan dengan nama Simply Fresh Laundry.

Pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mulai terjun ke dunia bisnis cuci baju ini pada Februari 2006. Meski kala itu statusnya masih mahasiswa, ini tidak menjadi hambatan bagi Agung untuk berbisnis.

Dengan hanya bermodalkan satu mesin cuci dan satu mesin pengering, ia pun memulai usaha laundry kiloan di Kota Gudeg. "Modalnya saat itu hanya berasal dari pinjaman orang tua dan pinjaman dari suatu lembaga peminjam keuangan di Yogya," kenang Agung.

Agung terbilang nekad. Sebab, bisa dikatakan, ia sangat awam dengan bisnis laundry. Namun, dia memiliki keyakinan, bahwa bisnis ini akan sukses. "Asalkan mau berusaha pasti ada jalan," tegas pemuda kelahiran Bandar Lampung, 15 November 1984 ini.

Ia tetap bersemangat untuk selalu mencoba dan berinovasi, serta bertanya ke sana ke mari soal sistem yang tepat dalam menjalankan bisnis laundry. Kunci utamanya, tidak boleh malu, berani menghadapi segala kendala yang ada, dan harus tetap selalu bersemangat.

Awalnya, Agung adalah pelanggan laundry kiloan di sekitar kosnya. Peminatnya selalu ramai. Namun, ia melihat, usaha laundry kiloan yang ada di Yogyakarta masih memakai cara manual, yakni mengandalkan sinar matahari untuk proses pengeringan pakaian.

Itu sebabnya, saat terjun ke bisnis ini, Agung menciptakan inovasi baru dengan mempercepat proses layanan. "Biasanya proses laundry membutuhkan dua sampai tiga hari, kami membuatnya menjadi empat jam saja," ujarnya.

Tidak hanya itu, Agung juga melahirkan inovasi lainnya. Mulai dari penggunaan pengharum pakaian dengan tujuh aroma berbeda hingga metode sterilisasi air melalui sinar ultraviolet sehingga pakaian yang dicuci bebas dari bakteri.

Di awal membuka usaha laundry kiloan, Agung turun langsung membantu dua karyawan mencuci dan menyetrika pakaian. Dia juga tak sungkan berkeliling dari satu pintu ke pintu yang lain untuk mengambil cucian kotor dari para pelanggan, yang kebanyakan teman-teman kuliahnya.

Omzetnya di bulan pertama usahanya lumayan gede, Rp 8 juta. Tetapi, sebagian besar habis untuk menutup biaya operasional dan membayar gaji dua karyawannya. "Saya belum mengejar keuntungan, tapi mencari pelanggan dulu yang banyak," katanya.

Hanya dalam tempo sebulan, Simply Fresh Laundry menjadi laundry kiloan favorit para mahasiswa di daerah Gejayan, mengalahkan tiga usaha laundry kiloan lain yang lebih dulu ada. Karena, tarif mencuci di Simply Fresh Laundry lebih murah, hanya Rp 2.500 per kilogram.

Konsumen juga boleh memilih jenis pewangi pakaian dan tak ada batas minimal berat pakaian yang ingin dicuci di Simply Fresh Laundry. "Laundry kiloan lain biasanya hanya mau menerima minimal lima kilogram cucian," kata Agung yang sejak SMP hidup mandiri, terpisah dari orang tuanya di Bandarlampung.

Melihat pasar yang sangat menjanjikan, Agung kemudian membuka cabang di daerah Monumen Yogya Kembali dan Selokan Mataram. Modal tambahan dia pinjam dari Bank Perkreditan Rakyat dengan jaminan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).

Meski makin sibuk berbisnis, anak ketiga dari enam bersaudara itu tetap bisa menyelesaikan kuliahnya tepat waktu: empat tahun, dengan indeks prestasi 3,3.

Kini, omzet Agung per bulan mencapai Rp 3 miliar yang berasal dari 165 gerainya yang tersebar di 50 kota di Indonesia. "Total sudah ada sekitar 1.200 orang karyawan," ujarnya.

Agung sekarang tinggal di rumah seharga Rp 1,5 miliar, di perumahan elite di kawasan Monumen Yogya Kembali, Sleman. Di garasi rumahnya, terparkir dua mobil BMW seri 3201 keluaran 2009 dan seri 319i kelahiran 2005. Masih ada Kijang Innova dan tiga sepeda motor.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×