kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Titik Winarti, menuntun penyandang tunadaksa hidup mandiri


Senin, 14 Februari 2011 / 11:32 WIB
Titik Winarti, menuntun penyandang tunadaksa hidup mandiri
ILUSTRASI. Kerjasama Pemanfaatan Data Kependudukan dengan lembaga keuangan


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Tanpa lelah, Titik Winarti tekun memberikan pelatihan kepada penyandang tunadaksa di Surabaya. Ia ingin, penyandang tunadaksa bisa mandiri dan memiliki usaha sendiri. Meski mengorbankan omzet usahanya, Titik senang bisa berbuat untuk sesama.

Awalnya Titik Winarti adalah seorang ibu rumah tangga biasa dengan dua orang anak. Pada tahun 1995, perempuan 41 tahun ini mulai mengisi waktunya dengan usaha daur ulang stoples, kaleng susu, dan tekstil.

Setelah berjalan empat tahun, dua orang penyandang tunadaksa mendatanginya untuk mencari pekerjaan. Mulanya, timbul keraguan dalam hati Titik untuk memperkerjakan mereka. “Tapi, ternyata mereka menunjukkan talentanya, sehingga saya mantap memperjuangkan penyandang tunadaksa,” ujarnya.

Memang, saat pertama kali, Titik menemui kesulitan lantaran belum ada kesiapan bekerja dengan mereka. “Dengan yang normal saja sulit, apalagi dengan penyandang tunadaksa,” ujarnya. Namun, timbul pemikiran untuk menjadikan kekurangan itu sebagai kelebihan.

Kini, Titik membimbing 38 orang penyandang cacat dan lima remaja putus sekolah. Sekitar 55% berada dalam tahap pelatihan bekerja , sisanya sudah bisa produksi.

Di bantu para tunadaksa, selain membuat produk daur ulang, Titik juga memproduksi busana anak dan dewasa, taplak, sarung bantal, seprei dan gorden, suvenir ulang tahun, pernikahan dan kematian, aksesori rambut dan tas tekstil. Pembelinya adalah butik-butik yang ada di Jakarta dan Surabaya.

Tak hanya di dalam negeri, produk-produk buatan Titik dan anak didiknya sudah menembus pasar Singapura, Belanda, dan Amerika. Meski telah mengantongi omzet hingga Rp 25 juta, Titik mengakui perolehan itu belum sebanding dengan jumlah tenaga kerjanya. Maklum, meski secara kualitas hasil produksi penyandang tunadaksa tak kalah dengan orang biasa. Namun, produktivitasnya masih jauh tertinggal.

Pekerjaan satu orang biasa, bisa ditangani oleh lebih dari dua penyandang tunadaksa. Tapi, tak mengapa, “Makin banyak kita bisa bermanfaat bagi orang lain, makin berarti hidup kita,” ujar Titik.

Untuk memotivasi mereka, Titik selalu mengingatkan bahwa mereka akan bertanggung jawab terhadap diri sendiri kelak. "Kalau sekarang masih ada orang tua atau keluarga," kata Titik.

Inilah yang menjadi acuan pembinaan di Tiara Handicraft, sehingga mereka harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Tak ada yang tak mungkin, selagi mau, pasti ada jalan untuk perjuangan hidup mereka.

Titik membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk menempa ketrampilan para tunadaksa. Tujuan pelatihan ini supaya mereka bisa diterima di dunia kerja untuk menopang diri sendiri. Selanjutnya, Titik berharap mereka mampu membuka usaha sendiri hingga mampu berkarya tanpa mengharap belas kasihan orang lain.

Tiara Handicraft sudah melatih hingga 560 orang. Sebagian besar diterima bekerja di tempat lain, sebagian lagi bekerja secara mandiri di tempat asalnya.

Titik mengakui, salah satu kendala kemampuan pembiayaan. "Biaya yang ada hanya untuk tiga orang, tapi yang datang bisa sampai 12 orang," ujarnya. Peserta pelatihan ini mengetahui keberadaan Tiara Handicraft dari referensi teman, media massa, dan dikirim oleh keluarga tidak mampu di Jawa Timur atau luar provinsi.

Karena kian banyak penyandang tunadaksa yang ingin mendapat pelatihan, kini Titik tak menutup kemungkinan adanya donatur atau sukarelawan yang mau membantu.

Agustus 2009, Titik mendirikan Yayasan Bina Karya Tiara. “Harapannya, ada atau tak ada saya, tempat ini harus ada dan siap menaungi para penyandang cacat,” ujar peraih Satya Lencana Kebaktian Sosial pada 23 Maret 2010 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×