Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Rizki Caturini
Ketika KONTAN mengunjungi sentra boneka di kelurahan Warung Muncang, Bandung ini, tidak banyak pembeli yang terlihat mengunjungi toko-toko boneka tersebut. Bahkan di gang tempat para perajin boneka berada, hanya warga yang ramai berlalu-lalang. Maklum saja, kala itu masih merupakan hari kerja ketika KONTAN mengunjungi sentra tersebut.
Endar, salah satu perajin dan penjual boneka di sentra ini, mengatakan, permintaan bisa naik ketika hari libur atau momen liburan. Pada saat-saat itulah, perajin boneka ketiban berkah, lantaran penjualan bonekanya bisa naik hingga dua kali lipat. Ini lantaran permintaan pasokan boneka dari toko-toko grosir di Bandung meningkat pula.
Endar mencontohkan, omzet rata-rata dia per bulan sekitar Rp 20 juta sampai Rp 40 juta. Bila liburan tiba, omzet bisa melonjak hingga Rp 50 juta ke atas.
Para perajin boneka di sini memang sangat bergantung pada pesanan toko boneka grosir di wilayah tersebut. Mereka sangat jarang menjual ke pihak lain di luar Kota Bandung. Endar beralasan, umumnya, pembeli ritel biasanya selalu datang ke toko grosir untuk membeli boneka. Selain alasan itu, jika memasok untuk toko grosir lain di kota lain, para perajin khawatir hubungan bisnis yang sudah terjalin baik akan terganggu.
Selain itu Dede Sunaryat, perajin boneka lainnya di sentra ini, menjelaskan, orang-orang lebih suka datang ke toko grosir lantaran bisa mendapatkan lebih banyak pilihan. “Kalau di toko grosir kan barangnya komplit,” ucap Dede.
Sementara, jika membeli di tempat perajin boneka seperti dia, pilihan hanya sedikit, karena Dede hanya membuat bentuk boneka yang dipesan oleh toko grosir.
Dede bercerita, dia pernah mencoba untuk menjual boneka kepada pembeli di luar kota. Tapi, kemudian ada komplain terhadap kualitas boneka yang dia buat. "Kala itu masalah menjadi berkepanjangan dan rumit," keluhnya.
Lain halnya dengan pengalaman dia selama ini memasok produk ke toko grosir di Bandung. Jika ada komplain, boneka dikembalikan, direparasi, dan setelah itu masalah sudah selesai.
Selama menjalani profesi sebagai para perajin boneka, mereka mengeluhkan kendala permodalan yang kerap menghambat perkembangan usaha. Tiap perajin memerlukan uang untuk membeli bahan baku supaya bisa berproduksi lagi. Namun ketika modal yang dimiliki kurang, satu-satunya cara adalah dengan menjual murah produk ke toko grosir atau meminjam dari bank. “Karena di sini masih belum ada sejenis koperasi untuk perajin boneka,” kata Dede.
Terkadang, menjual dengan harga murah kepada toko grosir mau tidak mau mereka lakukan agar produksi bisa terus berlangsung. Apalagi jika persediaan di toko grosir masih banyak, agar produksi boneka bisa terserap, maka perajin akan menurunkan harga jual.
Di luar itu, mereka relatif tidak mendapatkan kendala berarti. Mendapatkan tenaga kerja pun cukup mudah. Sebab, mengajarkan keahlian membuat boneka hanya butuh waktu dua minggu. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News