kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Alween Ong, berbagi ilmu agar peserta bisa mencari uang


Jumat, 08 Juli 2011 / 15:46 WIB
Alween Ong, berbagi ilmu agar peserta bisa mencari uang
ILUSTRASI. Sukarelawan meletakkan bendera Amerika mewakili 200.000 nyawa yang hilang di AS dalam pandemi virus orona di Washington, AS, Selasa (22/9/2020).


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Usaha reparasi ponsel nyatanya membawa berkah bagi Alween Ong. Pengusaha muda asal Medan ini mampu mendulang rezeki dari jasa reparasi ponsel. Dari usahanya, kini, ia menggelar program amal berupa pelatihan mereparasi ponsel secara gratis. Program yang diberikan cuma-cuma ini ditujukan ke mereka yang tak mampu.

Di usianya yang baru 26 tahun, Alween Ong sudah berhasil menancapkan bisnis sendiri. Perempuan kelahiran Padang, 29 Januari 1985 silam, ini adalah pemilik
CV Al-Company Indonesia.

Bermarkas usaha di Medan, Al-Company ini adalah induk usaha dengan dua anak perusahaan, yakni Clinic Handphone, usaha percetakan (printing) dan desain foto digital bernama Narsis Digital Printing. Lewat dua anak usaha itu, omzet Alween Rp 60 juta saban bulan.

Anak kedua dari lima bersaudara ini sudah menekuni bisnis sejak duduk di bangku kuliah, Universitas Sumatera Utara (USU). Desakan untuk mencari biaya kuliah membuatnya harus pontang-panting berjualan buku bekas hingga ikat pinggang.

Ide untuk memulai usaha reparasi ponsel terbersit lantaran ia kerap mendapati ponsel teman kuliahnya rusak. Berbekal ponsel rusak yang dibelinya, Alween lantas mengutak-atik ponsel rusak itu dengan bantuan internet dan buku. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, ponsel yang rusak itu bisa kembali berfungsi.

Dari situ, Alween lantas memberanikan diri membuka usaha jasa reparasi ponsel pada tahun 2006 di sekitar kampusnya dengan nama Clinic Handphone.

Kini, jasa reparasi ponsel itu sudah mengembang menjadi lembaga pendidikan reparasi ponsel ternama di kota Medan. Padahal, saat membuka usaha, Alween meminjam uang teman senilai Rp 8 juta. Butuh waktu tiga tahun, usaha Alween berjalan stabil dan berkembang.

Meski usahanya sudah mulai mengalirkan keuntungan, Alween tak lantas menikmati hasil usaha itu. Ia kembali membuka gerai dengan menawarkan jasa printing dan desain foto digital dengan nama Narsis Digital. "Saya bangun anak usaha itu dengan modal Rp 15 juta," kata perempuan yang pernah meraih prestasi Wirausahawan Mandiri tahun 2008 ini.

Berkat kegigihan itu juga, Alween mendapat penghargaan sebagai wirausahawan muda dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Terakhir, ia menjadi delegasi Indonesia ke acara China-ASEAN Youth Camp yang membahas masalah perdagangan bebas.

Memasuki tahun 2011, usaha reparasi ponsel Alwen makin berkembang. Ia lalu memutuskan melakukan ekspansi dengan membuka gerai di pusat perbelanjaan di kota Medan dengan modal awal Rp 100 juta. Tak ingin menikmati usaha itu sendiri, Alween kini bergiat mengajak orang lain agar mandiri secara finansial. Caranya adalah dengan menjadi entrepreneur.

Sejak April lalu, Alween menyediakan pelatihan reparasi ponsel. Pelatihan ini khusus ditujukan kepada orang-orang yang tidak mampu, tapi memiliki minat menjadi pengusaha. Alween berharap, selesai pelatihan, mereka bisa memiliki usaha sendiri. "Minimal mempekerjakan satu orang, itu sudah bagus," ujarnya. Harapannya, dari 10 orang yang sudah dilatih mereparasi ponsel bisa ikut mengurangi jumlah pengangguran.

Saat melontarkan ide ini kepada manajemen Al Company, Alween sempat beradu pendapat. Alween bersikeras bahwa pelatihan harus diberikan gratis bagi yang tidak mampu. Sementara itu, manajemen berhitung potensi kerugian operasional bisa mencapai Rp 35 juta per bulan.

Dengan niat yang tulus, program ini akhirnya mendapat restu. "Bahkan, keluarga mendukung," ujar Alween yang menolak tawaran pembiayaan dari perbankan. Pelatihan gratis bagi orang-orang yang tak mampu ini berdampingan dengan usaha pelatihan reparasi ponsel komersial.

Meski diberikan gratis, untuk mendapatkan peserta pelatihan terbilang sulit. Alween bahkan sampai memasang iklan di koran setempat.

Agar pelatihan gratis ini tak disalahgunakan, Alween akan menyeleksi dengan sejumlah bukti administrasi seperti surat keterangan miskin dari kelurahan. Alween juga mempersiapkan tim inspeksi untuk melihat langsung keluarga calon peserta itu.

Sejak April hingga kini, Alween sudah menerima 10 orang peserta pelatihan reparasi ponsel gratis setiap bulannya. Peserta mendapatkan pelatihan dari hari Senin hingga Jumat selama dua jam hingga tiga bulan. Setelah lulus, peserta nanti bisa memilih untuk membuka usaha sendiri atau bekerja di toko reparasi ponsel milik Alween.

Jika peserta pelatihan lulus dan membuka usaha sendiri, Alwen berharap mereka menjadi rekan bisnisnya. Mereka bisa berbelanja komponen ponsel di tokonya.

Ia tak takut jika anak didiknya kelak mampu menyaingi usahanya. "Persaingan akan membuat kita kreatif," ujarnya. Apalagi usaha reparasi ponsel masih menjanjikan pasar yang lebar. "Siapa sekarang yang tak punya handphone?" ujarnya.

Kelak, jika program pelatihan servis ponsel berjalan sukses, Alween berencana membuka pelatihan gratis untuk printing foto pada mug serta usaha desain foto digital. Tujuannya sama, yakni membantu orang lain menjadi pengusaha dengan membuka usaha, namun punya keterbatasan modal. Cara Alween membantu adalah dengan memberikan ilmu, bukan memberikan uang. "Kalau uang bisa menguap begitu saja, kalau ilmu bisa digunakan untuk mencari uang," tandas Alween.

Soal modal, Alween yakin kalau itu bisa dicari. "Yang penting adalah kemauan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×