Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Tak seperti tanaman hias lain yang harganya bisa melambung dan juga jatuh tergantung permintaan, anggrek vanda ungu justru terhitung stabil. Di musim apa pun, penjualannya tak surut, meski tidak mencetak rekor maksimal juga.
Sempat booming di tahun 2008, penjualan anggrek vanda ungu yang mendapat julukan anggrek terong awal tahun ini terbilang biasa-biasa saja. Selain harganya yang cenderung mahal, waktu berbunga yang lama membuat tak banyak orang berminat membudidayakan tanaman ini.
"Memang, penjualannya tidak terlalu tinggi seperti saat sempat booming, tapi setiap bulan selalu ada pesanan," tutur Izhulkan, pemilik Rafa Orchid di Malang, Jawa Timur yang juga menjual bibit anggrek
vanda ungu.
Pembeli anggrek vanda ungu lebih banyak datang dari kalangan kolektor atau pedagang tanaman hias. "Masyarakat memang banyak yang suka dengan vanda ungu tapi jarang yang tertarik untuk membudidayakannya," kata Izhulkan.
Izhulkan juga punya laboratorium pembibitan anggrek di Malang. Laboratorium yang berdiri tahun 2004 ini untuk menyelamatkan anggrek hutan dan membuat varietas-varietas baru dengan persilangan.
Pembeli biasa enggan, selain butuh waktu bertahun-tahun agar berbunga, juga membutuhkan dana yang tak sedikit untuk pupuk dan vitamin.
Izhulkan menjual anggrek vanda ungu berumur setahun, yang siap berbunga, dan telah berbunga. Menurutnya, para pembeli banyak yang memesan anggrek vanda ungu yang siap berbunga dan telah berbunga. Saban bulan, ia mampu menjual 100 tanaman jenis ini.
Tak hanya yang sudah jadi, ia juga melego bibit anggrek vanda ungu mulai dari harga Rp 3.500. Sedangkan, harga anggrek vanda ungu yang telah berbunga, berkisar Rp 65.000 hingga Rp 250.000.
Harga anggrek vanda ungu yang dijual Izhulkan memang relatif terjangkau. Namun, itu lantaran anggrek-anggrek vanda ungu yang dilegonya memiliki tinggi tak lebih dari satu meter. "Kalau mencapai panjang satu sampai dua meter, harganya bisa jutaan rupiah," ungkap dia.
Namun, Izhulkan tak pernah membudidayakan anggrek vanda ungu hingga sepanjang itu. Sebab, perlu waktu tiga sampai empat tahun. Sayang, ia enggan menyebut omzetnya dari penjualan anggrek vanda ungu. Cuma, dia mengungkapkan, bisa meraih keuntungan bersih sebanyak Rp 3 juta hingga Rp 5 juta tiap bulannya.
Aditya Sani, pemilik dari Sani Orchid di Malang, menjual bibit anggrek vanda ungu seharga Rp 35.000 hingga Rp 85.000. "Pembeli banyak yang memesan anggrek vanda ungu dalam bentuk bibit dalam botol atau bibit yang siap ditabur," tutur Adit yang setiap bulan mampu menjual 50 bibit anggrek vanda ungu.
Bisnis anggrek vanda ungu memang cenderung stabil dibandingkan tanaman hias lain. Pasalnya, anggrek tak mengenal musim. Anggrek tetap dapat tumbuh dan laku dijual di segala musim.
Mazna Hasim, pemilik Moon Orchid, mengatakan, selama 10 tahun berbisnis anggrek, usahanya normal-normal saja. "Kalaupun ada penurunan, tidak terlalu banyak dan tak terasa," katanya.
Tetapi, anggrek vanda ungu adalah salah satu jenis anggrek yang paling banyak dicari, walaupun harganya relatif mahal. Lebih pekat warna ungu pada bunganya, harganya pun lebih mahal lagi.
Kualitas anggrek vanda ungu lebih bagus dibandingkan anggrek lain. "Misalnya dari banyak dan besarnya bunganya, juga warna bunga yang unik," tutur Mazna yang menanam ribuan anggrek vanda ungu di kebunnya di Desa Cimande, Bogor.
Setiap bulan, Mazna mampu menjual 100 hingga 150 anggrek vanda ungu. Ia melepas anggrek-anggrek itu dengan harga mulai Rp 100.000 hingga Rp 1,5 juta. Dengan hitungan minimal, dia bisa mencetak omzet Rp 10 juta per bulan.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News