Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Kebakaran besar yang melalap gudang penyimpanan mebel Ilpin Hawadi hampir membuat lelaki ini putus asa. Namun dengan semangat yang kuat dan pantang menyerah, ia bisa kembali bangkit dari keterpurukan. Hanya dalam waktu dua tahun dia bisa membangun usaha mebelnya kembali seperti sebelum kejadian kebakaran.
Kerja keras pantang menyerah menjadi modal Ilpin Hawadi menjadi pengusaha sukses. Ia pernah hampir tenggelam saat gudang penyimpanan mebelnya musnah terbakar. Namun, kejadian yang membuatnya rugi besar itu tidak membuatnya putus asa.
Apin, panggilan akrab Ilpin Hawadi, semakin tegar dalam menghadapi kenyataan hidup. "Percuma juga kalau terus menerus meratapi nasib," ujar ayah dari dua orang putri ini.
Ia belajar dari pengalaman dengan meminimalisir kerugian jika kejadian itu berulang. Caranya dengan mempersiapkan lebih dari satu gudang penampungan mebel dan peralatannya. Saat ini Apin memiliki enam gudang tersebar di Bandar Lampung dan Palembang.
Untuk bisa bangkit dari keterpurukan akibat kebakaran itu, Apin mengganti nama perusahaannya dari CV Karya Cipta Utama menjadi CV Pinka Barokah. Itu dilakukan untuk pengajuan kredit baru ke bank untuk membayar hutang sekaligus memulai kembali bisnisnya.
Dengan modal baru hasil meminjam ke bank, Apin memulai kembali menjalankan bisnis mebel. Tidak lama, kurang dari dua tahun, bisnis Apin telah berkembang sama seperti sebelum kebakaran.
Nama Apin yang sudah tersohor sebagai pengusaha mebel di Bandar Lampung dan Palembang membuat dia dapat dengan mudah mencari pelanggan baru. "Dari dulu saya selalu mengutamakan hubungan baik dengan para pelanggan," klaim dia.
Latar belakang pendidikan Apin dari Jurusan Teknik Arsitektur dan Manajemen juga membantunya mengembangkan usaha. Ia menguasai teknik pembuatan dan pengukiran mebel serta manajemen perusahaan dan memasarkan produk.
Dari pengalaman itulah, Apin kemudian memutuskan untuk mencari perajin asal Jepara. Dari 55 pegawai Apin, sebanyak 10 pengrajin beroperasi di Jepara.
Selain untuk menghemat biaya transportasi dari Jepara, langkah ini ditempuh untuk menghemat biaya produksi. "Kiriman dalam bentuk mebel mentah, sehingga finishing bisa dilakukan di Palembang dan Bandar Lampung," katanya.
Cara ini juga efektif mengakomodasi keinginan konsumen yang ingin memesan motif atau model-model khusus mebel. "Kalau mereka langsung beli dari Jepara, kemungkinan tidak sesuai keinginan cukup besar," katanya.
Dengan cara ini, konsumen lebih mudah menyampaikan keluhan serta mengganti pesanan jika tak sesuai keinginan. Agar proses produksi mebel di Jepara berjalan lancar, Apin menunjuk satu orang kepercayaan untuk mengontrol usahanya di Jepara. Cara menghindari ulah perajin yang nakal. Maklum, dia pernah punya pengalaman buruk menghadapi ulah perajin nakal. Misalnya, si perajin menjual barang pesanan Apin kepada orang lain, kendati sudah diberi panjar.
Ia menambahkan, salah satu kunci keberhasilannya adalah penguasaan akan sumber bahan baku dari hulu. Dengan penguasaan itu, dia bisa menghemat biaya produksi sehingga bisa menjual dengan harga murah. Ia tahu persis daerah penyedia kayu berkualitas, seperti Baturaja. Kualitas kayu dari daerah ini tidak kalah dari kayu asal Jepara.
Selain menjual dalam bentuk jadi, Apin juga menjual dalam bentuk setengah jadi untuk pengrajin mebel lain. Bahkan untuk perajin mebel ini dia memberikan keringanan pembayaran. "Dalam seminggu bisa diangsur, bahkan ada yang bayar setelah berhasil menjual barang," ujarnya. Namun keringanan ini hanya berlaku bagi konsumen yang sudah terpercaya. Dari penjualan mebel setengah jadi ini, Apin bisa mengambil keuntungan 10%-30%.
Untuk produk mebel jadi, Apin menawarkan mulai dari harga Rp 1,3 juta hingga Rp 25 juta. Dengan harga itu, omzet per bulan yang bisa diraihnya sebesar Rp 120 juta. Ia mengatakan, omzet paling banyak didapat saat menjelang Lebaran. "Lemari paling banyak dibeli saat itu," katanya.
Ketika Lebaran usai, maka kusen dan pintu akan banyak dicari. Oleh karena itu, menurut Apin, pengusaha mebel harus bisa membaca momen dan menyiapkan produk yang tepat.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News