kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aris mengintip peluang peraga otomotif


Rabu, 14 Januari 2015 / 14:33 WIB
Aris mengintip peluang peraga otomotif
ILUSTRASI. Soal 58 Proyek Strategis yang belum digarap, Menko Airlangga sebut tidak semua selesai tahun depan


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Seringkali, seorang anak meneruskan usaha milik orangtuanya. Nasib semacam itu yang dialami Aris Joko Saraswo dengan bengkel waris-an orangtuanya. Meski begitu, bukan berarti Aris hanya sekadar menjaga roda bisnis keluarganya tetap berputar. Dia tetap punya mimpi sendiri, yang menjadi kebanggaannya, meski tak jauh dari dunia otomotif.  

Aris berhasil mengembangkan usaha bengkel warisan orangtuanya menjadi usaha pembuatan alat peraga otomotif. Dari Solo, Jawa Tengah, pria 36 tahun ini mengirimkan alat peraga ini ke berbagai sekolah menengah kejuruan (SMK), balai latihan kerja (BLK), atau lembaga pelatihan kerja (LPK) di seluruh penjuru Indonesia.  

Keakrabannya pada dunia bengkel menuntun Aris mengambil kuliah di Politeknik ITB. Sayang, sebelum lulus pada 2001, sang ayah meninggal. Aris pun kembali ke Solo untuk melanjutkan bengkel ayahnya.

Sayang, di bawah pengelolaan Aris, bisnis bengkel keluarga justru merosot. Banyak pelanggan yang meninggalkan bengkel Raswo. Aris menduga, para pelanggan tak lagi percaya karena pengelolaan bengkel sudah berpindah tangan.

Tak putus asa, Aris berusaha menghubungi lagi pelanggan dan meyakinkan mereka bahwa ia telah disiapkan sebagai penerus sang ayah. “Saya kuliah di otomotif. Teori sudah dikuasai, hanya perlu mengasah kemampuan lapangan, pasti akan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan orangtua yang autodidak saja,” jelas Aris.

Baru tiga tahun kemudian, bisnis bengkelnya kembali membaik. Setelah berjalan hingga 2007, Aris melihat bisnis di sektor jasa ini kurang menjanjikan. “Kalau untuk kehidupan sehari-hari masih mencukupi, tapi tak bisa kaya dari bengkel,” cetus pria kelahiran Solo, 19 Oktober 1978 ini.  


Peluang baru

Setelah bersentuhan langsung dengan pekerjaan di bengkel, Aris menyadari, bahwa apa yang didapatkan selama sekolah belumlah cukup. Apalagi, bila dikaitkan dengan perkembangan teknologi mobil. “Sekolah butuh alat peraga yang sesuai dengan teknologi terbaru, biar siswanya ketika keluar sudah akrab dengan teknologi tersebut,” kata Aris.

Dari sinilah, Aris melihat peluang untuk membuat alat peraga otomotif. Aris berpendapat,  dengan alat peraga yang pas, seorang guru atau dosen bisa mempermudah penyampaian materi pelajaran yang rumit. “Usaha ini juga akan memaksimalkan apa yang kami punya di bengkel,” ujar dia.

Dia melihat pembuatan alat peraga sebagai peluang usaha lantaran jumlah SMK di negeri ini mencapai ribuan. Selain itu, kendaraan bermotor punya banyak komponen yang harus dipahami oleh siswa melalui bantuan alat peraga.

Supaya produk yang dihasilkan benar-benar tepat guna, Aris rela merogoh kantongnya untuk memperdalam ilmu soal pembuatan alat peraga hingga ke China. Dia bilang, industri alat peraga otomotif berkembang pesat di Negeri Tembok Raksasa itu.

Sekitar tahun 2008, suami Sri Widiyani ini mulai memproduksi alat peraga otomotif. Karena memanfaatkan bengkel yang ada, Aris tak perlu merogoh kantong dalam-dalam untuk menambah lini usaha baru ini. “Kami membangun workshop menjadi satu dengan bengkel yang ada,” tutur dia.

Lantaran selama menjalankan usaha bengkel Aris menerima pelajar sebagai karyawan magang, maka ia punya hubungan dengan beberapa pengajar SMK atau lembaga pelatihan. Pesanan pun datang dari sekolah yang anak didiknya magang di bengkel Aris.

Awalnya, bengkel Raswo  membuat alat peraga mesin injeksi Corolla. Dia mengirim produk pertamanya itu ke SMK di Bali. “Baru setelah itu, kami bikin website, lengkap dengan foto produk dan spesifikasinya,”  jelas ayah dua anak ini.

Dari www.raswo.com dan promosi mulut ke mulut, usaha alat peraga otomotif Aris semakin terkenal. Berbeda dengan produsen alat peraga yang lain, Aris menuturkan, alat peraga bikinannya lebih informatif. Jadi, hanya dengan melihat saja atau tanpa penjelasan guru, siswa akan lebih mudah memahami cara kerja suatu mesin.

Kini, Bengkel Raswo sudah membuat hingga 50 model alat peraga. Kebanyakan alat peraga dibuat berdasarkan pesanan. Sistem ini juga menguntungkan Aris dalam mengelola kebutuhan modal. Sebab, pemesan harus membayar uang muka 50% dari nilai pesanan.

Namun, itu tak berarti Aris tak pernah punya pengalaman buruk. Dia bercerita pernah tertipu oleh pihak ketiga, yakni salah satu pemenang proyek pengadaan alat peraga. “Kami juga tak mungkin menarik kembali alat peraga yang sudah dikirimkan,” kenang Aris. Pengalaman ini membuatnya rugi hingga ratusan juta rupiah, karena sisa tagihan tak dibayar.

Dari situ, Aris pun makin ketat menetapkan standar dan prosedur. Kini, sebelum pengiriman, pemesan harus melakukan pembayaran lunas.

Dari tahun ke tahun, penjualan alat peraganya terus meningkat. Bahkan, kenaikan produksi dalam setahun terakhir mencapai 100%. Kini, dengan karyawan 25 orang, pabrik alat peraga Aris bisa menghasilkan hingga 250 unit alat peraga setiap tahun. “Itu baru melayani sekitar puluhan sekolah, padahal pesanan banyak,” kata Aris.

Tak heran, Aris ingin menambah kapasitas produksi pabrik alat peraga otomotif ini. Sebab, setiap tahun pasti sekolah memesan alat peraga baru untuk mengikuti teknologi. Alat peraga ini dijual dengan kisaran harga Rp 6 juta–Rp 25 juta.

Aris juga melebarkan sayap bisnisnya ke usaha penjualan alat perlengkapan bengkel sejak 2010. Dia menjajal peluang ini ketika banyak SMK yang membangun bengkel sendiri. Berangkat dari melayani kebutuhan bengkel sekolah, Aris juga menawarkan perangkat bengkel ini untuk konsumen ritel. Selain di Solo, dia sudah membuka gerai perlengkapan bengkel di Yogyakarta.    

Ingin otomotif Indonesia lebih maju

Sejak muda, Aris Joko Saraswo adalah pribadi yang tak pernah bisa diam. Dia selalu tertarik akan hal-hal yang berhubungan dengan dunia otomotif. Perubahan teknologi dari produk otomotif pun selalu menarik minatnya.

Itu alasan sang ayah sengaja menyiapkannya menjadi pewaris bengkel. Pasalnya, hanya Aris, anak kedua dari lima bersaudara ini yang menunjukkan ketertarikan pada dunia otomotif. “Cuma saya yang tertarik mengurus bengkel, saudara saya lainnya justru berbisnis pakaian. Padahal, dua dari empat saudara saya adalah laki-laki,” kata Aris.

Tak hanya tertarik dalam bidang otomotif, jiwa wirausaha juga mengakar dalam diri Aris. Tak heran, pria Solo ini jeli dalam mengintip peluang baru. Untuk menggenjot penjualan, dia juga sering mengadakan pelatihan bagi para guru atau dosen di bidang otomotif.

Tak hanya itu, Aris yang hobi membaca ini juga menerbitkan buku-buku di bidang otomotif, baik untuk motor maupun mobil. Sebab, dia melihat buku-buku yang mengulas otomotif, terutama soal teknologi baru, sangat jarang terlihat. “Kita kurang maju di bidang otomotif, karena memang tidak ada buku-buku di pasaran, tidak seperti di China atau Amerika Serikat,” kata dia.

Selain menuliskan pengalamannya sendiri ketika menangani mesin-mesin mobil pelanggan di bengkelnya, Aris juga mengambil berbagai materi dari berbagai buku terbitan luar negeri.

Sampai saat ini, dia sudah menerbitkan 10 judul buku yang mengusung tema otomotif. Hanya, pemasaran  buku-buku itu memang terbatas untuk sesama rekan Aris yang berkecimpung dalam dunia bengkel. Pasar lain buku Aris adalah orang yang tertarik memahami tentang mesin, atau cara memperbaiki mobil atau motor tertentu.                    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×