kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,63   -7,86   -0.85%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aroma bisnis kedai kopi kini kembali harum lagi di masa pandemi


Sabtu, 12 Juni 2021 / 11:30 WIB
Aroma bisnis kedai kopi kini kembali harum lagi di masa pandemi


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat terpuruk di awal pandemi, kini secara perlahan bisnis kedai kopi mulai kembali menebarkan aroma harum. Usaha kedai kopi yang menggeliat lagi seiring dengan roda perekonomian yang berputar lebih kencang sejak awal tahun ini. 

Arif Rahmat, pemilik Kopitani asal Makassar, Sulawesi Selatan, mengamini kondisi tersebut. Saat awal pandemi virus korona, omzetnya langsung anjlok 30%. Namun, sejak awal tahun ini, secara perlahan penjualan Kopitani mulai menunjukkan peningkatan. "Sekarang, rata-rata outlet Kopitani bisa menjual minimal 30 cup per hari. Awal pandemi, sempat cuma 10 cup per hari," katanya kepada KONTAN.

Hasil yang Kopitani raih tidak terlepas dari strategi penerapan digitalisasi semenjak pandemi bergulir. Pemanfaatkan teknologi digital memang menjadi hal yang wajib para pelaku UMKM lakukan, termasuk kedai kopi, di masa pandemi. Tujuannya, tidak lain demi mendongkrak penjualan.

Digitalisasi yang Kopitani lakukan adalah memanfaatkan ojek online di daerah-daerah tempat gerai Kopitani berada untuk mengoptimalkan penjualan daring. 

Baca Juga: Catat, waralaba kuliner masih bisa eksis di tahun 2021 ini

Saat ini, Kopitani memiliki 37 gerai yang tersebar di sejumlah daerah di wilayah Indonesia Timur. Mulai dari Makassar, sejumlah kota di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara, beberapa kota di Kalimantan, hingga sejumlah kota di Maluku, Papua, juga Papua Barat.

Arif optimistis, strategi tersebut bisa memberi efek positif bagi Kopitani. Apalagi, setiap gerai yang ada di setiap kota punya ciri kopi khas sesuai daerah masing-masing. Strategi ini sengaja dia terapkan lantaran sudah bermitra dengan petani lokal untuk memasok biji kopi di setiap outlet Kopitani.

Dengan strategi itu, Arif  makin yakin dengan prospek bisnis kedai kopi. Ia pun berencana menambah gerai Kopitani minimal 10 outlet sampai akhir tahun nanti. Dan, mulai tahun depan merambah Jawa. "Saat ini sudah ada (investor) yang sounding dan beberapa waiting list," klaimnya.

Pemain kedai kopi lainya, William Heuw, penggagas Kopi Kangen asal Jakarta, juga merasakan hal serupa. Saat awal pandemi, penjualan Kopi Kangen bahkan drop hingga 70%. Sudah begitu, dari total 33 gerai Kopi Kangen yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Semarang, Surabaya, dan Jambi, saat ini tinggal 20 outlet saja yang beroperasi.

Sisanya masih belum beroperasi karena berada di sekitar sekolah yang masih tutup. belum melakukan kegiatan belajar tatap muka langsung.

Beruntung, aktivitas ekonomi yang kembali berdetak kencang di awal tahun membuat penjualan Kopi Kangen mulai menggeliat lagi. Terutama, gerai di sekitar perkantoran dan pinggiran Jakarta. "Saat ini, omzet rata-rata sudah kembali 70%-80%," kata William kepada KONTAN.

Hasil ini tercapai berkat strategi pemasaran online yang gencar Kopi Kangen lakukan, seperti promosi dan menggaet influencer.

Selanjutnya: Bisnis kedai kopi masih lesu, ini sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×