kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.910.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.315   -62,00   -0,38%
  • IDX 7.193   25,99   0,36%
  • KOMPAS100 1.048   2,85   0,27%
  • LQ45 816   0,90   0,11%
  • ISSI 225   0,98   0,44%
  • IDX30 426   0,00   0,00%
  • IDXHIDIV20 505   -0,22   -0,04%
  • IDX80 118   0,12   0,11%
  • IDXV30 120   0,38   0,32%
  • IDXQ30 139   -0,04   -0,03%

Arvin belajar di banyak negara untuk mengabdi (2)


Kamis, 15 September 2011 / 12:22 WIB
Arvin belajar di banyak negara untuk mengabdi (2)
ILUSTRASI. Radiator ADR untuk mobil, produksi PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) saat Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Rabu (25/10). KONTAN/Daniel Prabowo/25/10/2013


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Selain memproduksi tayangan edukasi untuk anak, Arvin Miracelova pemilik SMTV dan TOS Academy juga memproduksi klip video, film musikal, dan film dokumenter. Klien Arvin datang dari band indie hingga membuat film dokumenter dari sekolah di luar negeri. Agar tetap kreatif, ia rutin belajar ke berbagai negara.

Arvin Miracelova, pemilik Student Music Television (SMTV) dan Talent on Screen (TOS) Academy di Jakarta, tidak pernah menyangka bisa memiliki bisnis pendidikan dan penyiaran sendiri seperti sekarang ini. Mulanya Arvin hanya tertarik membuat tayangan edukatif untuk anak-anak saja.

Pria yang pernah mengenyam pendidikan SMA di Kentucky, Amerika Serikat, itu prihatin menyaksikan kualitas tayangan televisi untuk anak di Indonesia. "Menyedihkan saat harus melihat anak saya menonton film sadis," kata Arvin yang menetap di Jakarta itu.

Meski ada stasiun teve menggarap tayangan untuk anak, tetapi kualitasnya jauh dari harapan Arvin. Kondisi itulah yang membakar semangat Arvin untuk menggarap program edukasi untuk stasiun televisi.

Tetapi modal semangat saja tidak cukup, Arvin butuh tenaga kerja untuk menggarap program televisi. Ia butuh pemain di belakang layar, juga pemain di depan layar (aktor). "Maka itu saya mendirikan SMTV dan TOS Academy sebagai tempat pendidikan juga untuk mencari bakat," imbuh Arvin.

Bersama siswa jebolan lembaga pendidikannya itulah Arvin memproduksi program satu per satu. Hingga kini pria berdarah Jerman dan Belanda itu mampu memproduksi 2.000 jam tayangan televisi untuk anak. Uniknya, 90% tayangan edukatif itu disiarkan secara gratis di stasiun teve lokal. "Biaya produksi program itu dibiayai perusahaan swasta," imbuhnya.

Setelah memproduksi tayangan edukatif, Arvin juga menggarap program komersial seperti klip video, film musikal atau musik teater. Pelanggannya berdatangan dari band indie yang sedang meniti karier.

Untuk setiap program klip video, Arvin mengutip tarif jasa Rp 8 juta. Untuk pembuatan film musikal ia mengutip tarif jasa mulai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Untuk dokumentasi musik teater ia pernah mematok tarif Rp 100 juta. "Setiap bulan selalu ada proyek komersial itu," terang Arvin yang enggan menyebut detail proyek itu.

Selain mendapatkan proyek di dalam negeri, Arvin terkadang mendapat proyek di luar negeri. Ia pernah menggarap proyek kolaborasi tayangan untuk anak dan juga film dokumenter seperti film dokumenter sekolah di luar negeri.

Selain dari klip video, film musikal, dan film dokumenter pundi rupiah Arvin mengalir dari bisnis pendidikan yang ia kelola. Siswa dari SMTV dan TOS Academy rutin membayar biaya pendidikan ke kantong Arvin. "Biaya pendidikan setiap siswa Rp 500.000," kata Arvin yang tidak mau menyebut jumlah siswanya itu.

Kebanyakan siswa di SMTV dan TOS Academy itu adalah siswa di sekolahan formal. "Lembaga pendidikan saya menjadi kegiatan ekstrakurikuler siswa di luar sekolah," terang Arvin.

Karena lembaga pendidikan milik Arvin makin banyak peminat, tahun ini ia memutuskan membuka cabang TOS Academy di kota Bandung, Bekasi, dan Palembang. "Saya masih kelola sendiri dan belum diwaralabakan," terang Arvin.

Dari bisnis pendidikan dan juga penyiaran tersebut, Arvin setidaknya mampu mendulang omzet Rp 100 juta per bulan. Namun, Arvin tidak terjebak mengejar materi, ia mengaku tetap konsisten untuk membuat program edukasi yang diberikan secara gratis untuk disiarkan di stasiun teve lokal yang ada di Indonesia.

Untuk menjaga kualitas dari lembaga pendidikan maupun karyanya, Arvin tak sungkan menimba ilmu ke berbagai negara. Arvin rutin ke luar negeri untuk belajar dunia penyiaran dan perfilman lebih dalam lagi. "Pengetahuan kreatif yang ada di Indonesia tidak cukup," ungkap Arvin.

Arvin menyebut program menimba ilmu itu dengan nama educational tour, yang ia lakukan dengan cara berkunjung ke Amerika Serikat, Australia, Republik Ceko, dan Jerman. "Selain mencari ilmu, saya juga mencari mitra kerja sama," terang Arvin.

Dalam menjalankan kedua bisnis itu, Arvin tetap memegang teguh tujuannya untuk memperbaiki kualitas program televisi untuk anak Indonesia. "Anak-anak tidak hanya butuh informasi, tetapi butuh hiburan dan pendidikan," jelas Arvin.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×