kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awetnya laba bisnis kaligrafi berbahan bambu dan kayu jati


Jumat, 11 Maret 2011 / 16:11 WIB
Awetnya laba bisnis kaligrafi berbahan bambu dan kayu jati
ILUSTRASI.


Reporter: Dharmesta, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Kaligrafi masih menjadi pilihan hiasan interior rumah hingga kini. Apalagi, produsen memakai banyak bahan untuk membuatnya, mulai dari bambu hingga kayu jati. Omzet jutaan rupiah terukir indah.

Al-Mustamil yang berlokasi di Kaliurang, Yogyakarta menamakan hasil kreasinya dengan sebutan kaligrafi bambu runcing karena kaligrafinya dibuat dari potongan bambu bersudut 30 derajat sampai 60 derajat. Mustamil menggunakan bambu apus dan bambu wulung sebagai bahan baku dalam pembuatan tulisan-tulisan arab itu. Bambu itu harus benar-benar tua dan tumbuh alami tanpa bahan kimia. "Kalau kurang tua atau nonalami akan mudah diserang oleh rayap," ujar dia.

Bambu juga hanya boleh dipotong sesuai dengan alurnya. Setelah kelar dipotong, bambu itu dirangkai membentuk kaligrafi. Mirip seperti prinsip silaturahmi yaitu bersatu agar kuat. Kaligrafi bambu bisa berbentuk tiga dimensi dengan warna alami. Agar tampil menawan, di sekitarnya harus dipelitur rata demi terciptanya efek bayangan sehingga lebih terasa tiga dimensinya.

Mustamil berkenalan dengan bambu sebagai bahan baku kaligrafi pada 2007, saat ia menemaninya anaknya memotong batang pepaya untuk belajar membentuk kalimat tauhid.

Sepulang dari situ, ia melihat banyak sekali bambu. "Saya terinspirasi memakai bambu karena tahan lebih lama dan banyak terdapat di Indonesia," ujarnya.

Mustamil menjual hasil karyanya yang termurah berupa sepasang tulisan Allah dan Muhammad ukuran 35 sentimeter (cm) seharga Rp 200.000 sampai Rp 350.000. Kaligrafi termahal berukuran 1,5 meter seharga Rp 5 juta. "Bisa dibilang harganya ditentukan 85% kreativitas dan sisanya bahan baku," ujar Mustamil.

Dalam sebulan, Mustamil bisa menjual 20 hingga 30 kaligrafi dengan omzet antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. "Kalau ada yang membeli kaligrafi berharga jutaan, omzet saya meningkat," ujar Mustamil.

Ia bilang, banyak pelaku usaha yang berusaha meniru karyanya tapi tidak ada yang berhasil. "Soalnya merangkai kaligrafi bambu itu seperti melukis jadi harus menjiwai," ujar Mustamil.

Ali Shodikin, pemilik Lumintu Art di Jepara bilang, dia lebih memilih bahan kayu jati. Tren pembuatan kaligrafi dari bahan kayu jati terus menunjukkan perkembangan yang signifikan.

Bergelut dalam bisnis ini sejak 3,5 tahun lalu, kini Ali bisa menjual 20 paket kaligrafi per bulan. Padahal ketika memulai usaha, bisa terjual lima kaligrafi sebulan sudah bagus. Dengan harga Rp 750.000 untuk satu set kaligrafi ukuran 20 x 60 cm, Ali mencapai omzet Rp 15 juta per bulan.

Menurut Ali, perkembangan ini tidak terlepas dari semakin banyaknya informasi kepada masyarakat soal produk kaligrafi kayu jati. "Media internet juga sangat membantu promosi," ujarnya. Selain unik, kelebihan kaligrafi ini juga tahan lama karena faktor kayu jatinya. "Bisa tahan hingga lima tahun lebih," ujar Ali.

Konsumen kaligrafi Ali mulai dari kolektor, sekolah agama, hingga perusahaan di Pulau Jawa. Kaligrafi yang paling banyak dipesan tulisan bismillah dan ayat kursi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×