Reporter: Gloria Natalia, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Pepaya, cabai, dan pala bisa disantap manis dan segar. Caranya, buah-buahan ini diolah menjadi manisan buah. Proses pembuatannya sederhana. Dari berniaga manisan buah ini, seorang perajin manisan di Bogor bisa menikmati omzet Rp 10 juta sebulan dari penjualan ke berbagai kota. Pasar manisan buah semakin segar ketika bulan puasa dan Lebaran tiba.
Mulyaningsih belajar membuat manisan buah dari nenek dan ibunya. Tahun 1980, sang nenek mendirikan usaha manisan buah di Desa Cimahpar. Ia adalah satu-satunya pengrajin manisan buah di desa yang terletak di Kecamatan Bogor Utara, Jawa Barat itu.
Sekarang, perajin manisan buah di Cimahpar berkembang menjadi 10 orang. Tahun 2005, usaha manisan buah bernama Mawar Sari itu diwariskan ke tangan Mulyaningsih. Ia mengurus produksi sampai distribusi manisan buah.
Mulyaningsih mempekerjakan 10 pegawai yang memproduksi tujuh varian manisan Mawar Sari. Ketujuh varian itu adalah pepaya, cabai, ceremai, pala, mangga, leunca, dan kolang-kaling. Produksi Mawar Sari paling besar adalah manisan pepaya. "Sepekan saya bisa menghasilkan 30 kilogram (kg) manisan pepaya," kata Mulyaningsih.
Perempuan 31 tahun ini memproduksi manisan pepaya berbentuk belimbing, jambu, dan stroberi. Tapi, rasanya tetap pepaya. Mulyaningsih menjual manisan pepaya seharga Rp 45.000 per kg.
Manisan cabai juga banyak peminatnya. "Kalau saya ikut pameran banyak orang cenderung pilih manisan cabai karena unik," kata Mulyaningsih. Meski namanya manisan cabai, tak ada rasa pedas di manisan ini. Rasa pedas ini tertutup rasa manis segar.
Sebulan Mulyaningsih mampu menghasilkan 40 kg manisan cabai. Harga manisan ini Rp 70.000 per kg. Pernah harga manisan cabai melonjak jadi Rp 80.000 per kg ketika harga cabai naik pada Januari 2011. Setelah harga cabai berangsur pulih, harga manisan cabai turun kembali.
Serupa manisan pepaya, manisan ceremai pun dijual Rp 45.000 per kg, sementara harga manisan pala Rp 35.000 per kg dan manisan kolang-kaling Rp 45.000 per kg. Dari penjualan seluruh varian manisan selama satu bulan, Mawar Sari bisa meraup omzet Rp 10 juta. Omzet akan melonjak tajam saat bulan puasa dan Lebaran. "Bisa sampai 50 kg manisan pepaya terjual dalam sehari," kata Mulyaningsih.
Manisan keluaran Mawar Sari tak hanya merambah Bogor. Produk berasa manis segar ini sudah melanglang ke Jakarta, Bengkulu, dan Batam. "Permintaan pemesan paling banyak dari Pulau Jawa," kata Mulyaningsih.
Para pemesan mengenal manisan Mawar Sari dari Facebook. Mulyaningsih bilang ia hanya mengandalkan situs jejaring sosial itu untuk memasarkan manisan Mawar Sari.
Ia menghitung, penjualan manisan buah Mawar Sari via pemasaran online bisa mencapai 50% dari seluruh penjualan dalam sebulan. Selain lewat dunia maya, Mulyaningsih menjual manisan buahnya ke banyak toko oleh-oleh di Bogor. "Saya ingin membuka toko tapi modalnya belum cukup," kata dia.
Pembuatan manisan ini cukup sederhana. Misalnya manisan cabai. Langkah pertama, biji dibuang dari tubuh cabai. Setelah tak ada lagi biji, kulit cabai direndam dalam air kapur sirih semalam. Setelah direndam, cabai itu dicuci bersih. "Kemudian cabai direbus dengan air biasa biar tak ada lagi sisa kapur sirih dan jernih," kata Mulyaningsih.
Setelah itu kulit cabai direbus dalam air gula. Dua kali sehari selama lima hari kulit cabang direbus agar gula meresap dan rasa pedas lenyap. "Cara membuat manisan lain sama saja. Hanya saja, kalau buah itu semakin asam, masa merebus di air gula lebih lama," tutur Mulyaningsih.
Perajin manisan juga dapat ditemui di Jakarta. Salah satunya, Imam Bastori, pemilik Bio Agrofarm Sarana. Ia mengolah buah carica, buah khas Dieng menjadi manisan carica. Dulu, manisan carica sempat diminati banyak orang. Sayang, belakangan ini pesanan manisan carica terus menurun.
Di Tanah Air, olahan buah mirip pepaya ini kurang begitu digemari. Padahal rasanya lumayan enak dan terasa menyegarkan, apalagi bila dikonsumsi saat cuaca terik.
Lagi pula, carica mengandung vitamin B kompleks dan vitamin E. Manisan buah ini juga aman dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa, serta dipercaya memiliki berbagai manfaat lai. "Bahkan, carica mampu menghancurkan sel kanker bagi yang mengalami penyakit kanker payudara," klaim Imam memuji kehebatan manfaat carica dagangannya.
Nyatanya, kendati memiliki seabrek kelebihan dan terasa segar, permintaan carica dan manisan carica semakin merosot. Kalaupun ada penambahan penjualan produk, paling banyak ketika Lebaran tiba. Ketika itulah pesanan membeludak.
Imam merasa heran lantaran penurunan pesanan carica semenjak krisis moneter 2008 sampai saat ini belum juga pulih. Jika dulu Imam bisa mengekspor manisan carica ini hingga Eropa dan Meksiko, sekarang ini Bio Agrofarm hanya bergantung pada pasar lokal.
Imam bisa menjual manisan carica 150 botol tiap pekan. Imam memproduksi produk sirup dan manisan dari buah carica ini. Harganya Rp 15.000 per botol.
Selama ini Imam memasarkan produk manisan carica ke Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Untuk mengantisipasi penurunan penjualan, Imam kerap memasok manisan carica ke berbagai supermarket, toko, serta koperasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News