Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi
Usaha bawang goreng kemasan cukup potensial. Usaha ini banyak ditemui di pasar-pasar tradisional. Ada yang sekaligus produsen atau hanya supplier. Untungnya lumayan, dari harga beli pada supplier seharga Rp 3.500 per bungkus, salah satu pedagang bawang goreng kemasan di Pasar Palmerah bisa menjual Rp 5.000 per bungkus pada konsumen.
Peluang bisnis kuliner di Indonesia masih terbuka lebar. Apalagi budaya masyarakat perkotaan yang ingin serba praktis termasuk menyantap makanan membuka celah pasar yang menggiurkan. Bahkan, bahan pelengkap makanan seperti bawang goreng sebagai taburan di berbagai menu makanan pun kini sudah banyak dijual dalam kemasan. Pedangang bawang goreng kemasan ini salah satunya bisa ditemukan dengan mudah di pasar-pasar tradisional.
Ketika KONTAN menyambangi Pasar Palmerah di Jakarta Barat, tampak beberapa pedagang bawang goreng tengah beristirahat usai menjajakan barang dagangannya di toko. Menjelang siang, beberapa pedagang bawang goreng kemasan di pasar ini sudah bisa menjual habis bawang goreng di tokonya. Ada pedagang yang menjual bawang goreng dari pemasok, dan ada juga yang menjual bawang goreng buatannya sendiri.
Produk bawang goreng kemasan di pasar tradisional ini biasanya tidak bermerek alias polos hanya dikemas dalam plastik bening.
Salah satunya pedagang yang sekaligus menjadi produsen bawang goreng kemasan di pasar ini adalah Nanang. Dari semua pedagang bawang goreng kemasan di Pasar Palmerah, hanya Nanang dan bibinya yang menjual bawang goreng buatan sendiri. Sementara pedagang lainnya mendapat pasokan dari supplier.
Nanang memasok bawang merah dan bawang putih dari pedagang bumbu dapur di pasar ini. Rata-rata dia membutuhkan sekitar 20 kg hingga Rp 35 kg bawang merah dan bawang putih untuk sekali produksi dalam sehari. Jumlah produksi dia sesuaikan dengan harga bahan baku di pasaran.
Ketika harga bawang sedang tinggi, dia mengurangi jumlah produksi dan begitu pula sebaliknya. Selain itu, kalau pasokan kualitas bawang sedang tidak bagus, produksi pun jadi tidak banyak. "Saat ini, harga bawang merah sekitar Rp 20.000 per kg," katanya.
Cara membuatnya mudah, setelah dikupas kemudian bawang diserut menggunakan parutan kelapa kemudian digoreng dan dibungkus. Bahan baku bawang merah dalam sekali produksi bisa habis dalam dua hari.
Pedagang lainnya, Enno, hanya mengambil pasokan dari supplier. Dalam seminggu dia bisa menjual 100 bungkus dalam waktu seminggu. Bawang goreng yang dia jual juga merupakan produk buatan industri rumah tangga di Jakarta. Bahan bakunya terbuat dari campuran kol, ubi dan bawang merah. Kalau dari segi kualitas, Enno memberi garansi. Kalaupun ada bawang goreng kemasan yang dia terima tidak bagus kualitasnya, akan dikembalikan ke supplier.
Biasanya Enno mengambil pasokan bawang goreng sekitar dua hari sekali, atau tergantung kebutuhan. Harga beli dari supplier sebesar Rp 3.500 per bungkus dan dia jual ke konsumen seharga Rp 5.000 per bungkus.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News