kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Bahan baku jadi kunci popularitas Sukamulya (2)


Rabu, 31 Juli 2013 / 14:42 WIB
Bahan baku jadi kunci popularitas Sukamulya (2)
ILUSTRASI. Bagong Suyanto, guru besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Desa Sukamulya di Kota Bandung tersohor sebagai salah satu pusat penghasil boneka sejak puluhan tahun silam. Sentra ini tersohor, karena boneka buatan perajin di sana berkualitas bagus dan mampu bersaing dengan boneka keluaran industri skala besar.

Pasokan bahan baku berkualitas menjadi kunci utama boneka yang bagus dan layak jual. Salah seorang perajin di Desa Sukamulya, Tarya menuturkan, para perajin memasok bahan baku kain dari Bandung. Memang, ibukota Jawa Barat ini terkenal sebagai salah satu andalan produksi garmen.

Lantaran, Tarya hanya memproduksi boneka berkarakter Minnie Mouse, maka ia selalu memesan kain korea berwarna hitam sebagai bahan baku. "Paling tidak, saya memesan 100 yard untuk kebutuhan seminggu,” ungkap bapak dua anak ini.

Selain kain hitam, ia juga membeli 1,25 kuintal dakron (kapas silikon) dan 40 kilogram busa untuk bahan isian boneka. Jadi, dalam seminggu, ia setidaknya merogoh kocek Rp 4,2 juta untuk membeli bahan baku.

Perajin boneka lainnya, Kiki Junaedi memasok bahan baku sekali dalam sebulan. Biasanya, ia memesan 6.000 yard kain yang terdiri dari beberapa warna. Pasalnya, ia memproduksi boneka dengan karakter yang lebih beragam.  Bahan baku tersebut, cukup untuk membuat 12.000 buah boneka ukuran kecil.

Ia juga membeli bahan isian boneka berupa dakron dan busa. Meski tidak menyebut secara pasti nominal yang digelontorkan untuk belanja bahan baku, namun Kiki bilang, biaya beli bahan baku mencapai 70% dari total biaya produksi.

Pasokan bahan baku ia dapat dari wilayah Cijerah dan Cigondewah di Kota Bandung. Namun untuk memperkaya ragam kain, Kiki juga sesekali memesan kain dari Bekasi. “Di Bekasi lebih banyak pabrik garmen,” ujar pria yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Bung Karno, Jakarta ini.

Berbeda dengan Tarya, skala industri yang dijalankan Kiki memang lebih besar. Maklum, pria 30 tahun ini merupakan penerus dari usaha Haji Ade, pioneer pembuat boneka di Desa Sukamulya. Alhasil, jangkauan pelanggannya sudah lebih luas, yaitu mencapai seluruh Indonesia. Adapun, Tarya melayani pelanggan dari beberapa wilayah, seperti Surabaya, Cikampek, Magelang dan Bangka.

Rata-rata para para perajin sudah memiliki kontrak dengan para pelanggannya. Kata Kiki, pemesanan satu karakter boneka minimal 100 buah per satu ukuran.

Sementara, para pelanggan Tarya, rata-rata memesan 250 boneka minnie mouse per minggu. "Mereka menjual boneka tersebut di toko-toko boneka dan pusat perbelanjaan,” ungkap Tarya.

Nah, dari setiap boneka yang terjual, Tarya bisa mengantongi margin alias keuntungan bersih 20%. Adapun, Kiki bisa meraih keuntungan bersih 10% dari penjualan boneka. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×