Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi
Bisnis ayam kampung bisa membawa rezeki berlimpah di ibu kota. Itulah yang dilakukan Bambang Krista, pemilik Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat. Peternakan ayam kampung milik Bambang mampu memasok 5.000 ekor dan 10.000 butir telur ayam kampung per pekan.
Banyak yang berbisnis ayam kampung di negeri ini. Tapi siapa sangka, bisnis ayam kampung bisa menjadi bisnis primadona di perkotaan. Bambang Krista lewat Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat, membuktikan, bisnis ayam kampungnya membuat dia terkenal sebagai pemasok ayam kampung dan telur di Jakarta.
Bambang sukses membangun rantai bisnis ayam kampung itu di Jabodetabek. Bambang tidak hanya menjual ayam kampung siap potong saja, dia juga menjual telur ayam kampung dan bibit ayam kampung atau daily old chicken (DOC).
Dari peternakan ayam kampung miliknya seluas enam hektare (Ha) di Bekasi, Bambang bisa menghasilkan 3.000 sampai 5.000 ekor ayam kampung siap potong per pekan. Selain itu dia juga menyuplai 10.000 butir telur ayam kampung per pekan untuk memenuhi kebutuhan di pasar-pasar di kawasan Jabodetabek saja.
Belum cukup hanya itu, Bambang juga menjual DOC ayam kampung sebanyak 7.000 sampai 10.000 ekor per pekan. "Omzet saya bisa lebih dari Rp 200 juta," kata Bambang.
Ayam kampung dan telur ayam kampung dari peternakan Bambang tidak hanya masuk pasar tradisional. Bambang juga memasok ayam kampung itu ke pasar modern. Sementara permintaan DOC ayam kampung berdatangan dari peternak ayam kampung di seputaran Jabodetabek dan beberapa peternak di Jawa Barat.
Kesuksesan pria asli Solo ini membangun bisnis ayam kampung tidak datang begitu saja. Bambang bekerja keras agar bisa mengangkat pamor bisnis peternakan ayam kampung tersebut.
Salah satu kiatnya adalah, Bambang menyiapkan dengan baik sebelum terjun di bisnis ini. Lihat saja, sebelum membuka peternakan, Bambang lebih dulu melakukan riset untuk mencari bibit ayam kampung yang unggul. Dia meneliti dengan baik, mulai dari mencari induk unggul hingga telur yang layak ditetaskan.
Karena tekun, Bambang sukses menemukan DOC ayam kampung unggul yang diberi nama DOC ayam kampung super. Keunggulan DOC ayam kampung super itu terletak pada usia panen yang lebih cepat dibanding DOC ayam kampung biasa. "Saya butuh enam kali perkawinan silang untuk menemukan DOC ayam kampung super," ujar Sarjana Peternakan dari Universitas Diponegoro itu.
Menurut Bambang, membesarkan DOC ayam kampung biasa butuh waktu empat sampai enam bulan. "Berbeda dengan DOC ayam kampung super yang bisa panen setelah usia dua bulan," terangnya.
Setelah mengetahui kelebihan dari DOC ayam kampung super itu, barulah Bambang memberanikan diri membuka peternakan ayam. Dan tentu saja, Bambang juga melakukan pembibitan DOC ayam kampung super untuk dijual kepada para peternak.
Karena produktif, DOC ayam kampung super itu digemari peternak ayam kampung. Alhasil, nama Bambang Krista menjadi populer di mata peternak. Banyak peternak ayam kampung beralih membeli DOC milik Bambang karena lebih menguntungkan dari sisi produksi.
Apalagi harga jual ayam kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam buras. Sebagai perbandingan, harga ayam buras di pasaran Rp 16.000 per kilogram (kg). Sementara, harga jual ayam kampung mencapai Rp 25.000 per kg.
Tapi, kesuksesan Bambang berbisnis tidak membuat dia lupa lingkungan sekitarnya. Bambang kini memiliki 20 peternak binaan di Jonggol, Bogor. "Tadinya warga itu menggantungkan hidup di sektor perdagangan saja," terang Bambang.
Peternak binaan Bambang itu mendapat pasokan DOC dari Bambang. Setelah dibesarkan peternak, Bambang membantu mereka untuk memasarkannya. Saat ini, para peternak di Jonggol itu bisa menghasilkan 5.000 ekor ayam kampung setiap panen (dua bulan).
Selain memiliki binaan, Bambang juga sering bertandang ke berbagai kota untuk memberikan pelatihan beternak ayam kampung kepada sesama peternak. "Motivasi saya adalah ingin berbagi ilmu," katanya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News