Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA (Bangga Buatan Indonesia). Sempat terpuruk saat awal pandemi korona, tidak menyurutkan nyali Afidha Fajar Adhitya untuk bisa mengembalikan detak bisnis Eboni Watch, produsen jam tangan kayu yang ia miliki.
Kebetulan di awal pandemi, orang mulai ramai berjualan di ranah online dan digital. Sebetulnya langkah jualan online juga sudah Eboni jalani yang kerap berpromosi di Instagram. Tetapi Afidha melihat ada perubahan pemasaran digital saat itu.
Banyak orang yang mengalihkan perhatian ke media sosial lainnya, bukan cuma Instagram tapi Twitter. Perubahan lainnya yang ia perhatikan adalah orang mulai banyak berbelanja secara online di marketplace.
Perubahan kebiasaan konsumen tersebut langsung diikuti Eboni Watch dengan mulai memasarkan produk jam kayu di Twitter dan kemudian marketplace. Jadi Afdha mulai mempromosikan kembali jam kayu Eboni Watch di Twitter via endorsement, kemudian yang tertarik melakukan transaksi penjualan ia arahkan ke marketplace atau e-commerce.
Meski sempat khawatir upaya tersebut tak akan berhasil, ternyata permintaan jam tangan kayu Eboni Watch justru mulai mengalami kenaikan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, setelah sempat menutup operasional selama kurang lebih satu bulan, Eboni Watch mulai kembali membuka operasional usahanya saat puasa tahun lalu. Selang beberapa saat, seluruh karyawan Eboni Watch pun sudah mulai bekerja pada saat Lebaran kemarin.
Afidha pun membuka rahasia kiatnya mengatasi krisis seperti pada pandemi Covid-19 ini. Kuncinya adalah selalu tetap beradaptasi dengan segala kondisi yang ada. Menurutnya, penting untuk mengenal siapa dan apa keinginan pasar yang disasar dan mengikuti apa saja permintaan pasar tersebut. "Di saat krisis, kita memang harus beradaptasi," imbuhnya.
Hingga akhirnya, penjualan jam kayu Eboni Watch kembali berjalan. Rata-rata, Afidha sanggup memproduksi antara 12.000 jam sampai 15.000 jam setahun. Dan kisaran angka tesebut pun bisa ia raih tahun lalu.
Malah, untuk produksi di bulan Desember bisa tembus 1.500 unit jam. Periode akhir tahun biasanya penjualan Eboni Watch meroket. Sebaliknya, di awal tahun rada menurun dari kondisi biasa.
Adapun seluruh produksi jam Eboni Watch tersebut biasanya sudah ludes terjual. Memang sekitar 10% produksi jam Eboni ia tujukan untuk keperluan endorsement. Tetapi sisanya Afidha langsung jual dan biasanya sudah habis terjual.
Masih diminatinya jam tangan kayu besutan Eboni Watch, menurut Afidha adalah karena bentuk dan disainnya yang unik dan tidak didapatkan di produk sejenis. Ia pun selalu berinovasi dan membuat desain dan produk jam kayu anyar. Sudah begitu, Afidha juga membangun komunitas penggemar jam tangan kayu. Inilah yang membuat jam tangan eksotis tersebut masih ada pasarnya hingga kini bahkan sampai ke luar negeri.
Meski sudah sampai pasar luar negeri, namun Afidha masih fokus ke pasar domestik karena urusan perizinan yang terbilang rumit jika ingin serius menyasar pasar luar negeri. "Tetapi jika ada permintaan tetap kami layani," ujarnya.
Jagoan Lokal - Joglo Semar: Liputan Bangga Buatan Indonesia merupakan liputan bersama KONTAN, KOMPAS, Kompas.com dan Kompas TV untuk mendukung kemajuan UMKM Indonesia.
Selanjutnya:
-
Bangga Buatan Indonesia: Ini motivasi Afidha Fajar Adhitya produksi jam tangan kayu
-
Bangga Buatan Indonesia: Beradaptasi, kunci Eboni Watch lepas dari jeratan pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News