Reporter: Silvana Maya Pratiwi | Editor: Hendra Gunawan
Sejak lama, Desa Banjar Negeri, Kecamatan Natar, Lampung Selatan terkenal sebagai penghasil sangkar burung. Selain model dan warnanya yang menarik, sangkar burung dari desa ini juga terkenal dengan kualitasnya yang bagus.
Kendati sudah terkenal, banyak perajin sangkar burung di desa ini mengeluhkan penjualan yang cenderung menurun. Saat masih stabil, penjualan sangkar burung ramai saat memasuki musim kemarau yang berlangsung pada bulan April dan Mei.
Tapi saat ini, meskipun musim kemarau pembeli juga sepi. "Setahun terakhir ini terasa sekali penurunannya," kata Budianto, salah seorang perajin sangkar burung.
Menurutnya, pemicu utama penjualan karena sekarang banyak pedagang grosir alias pengampas ikut memproduksi sangkar burung sendiri dan membanderolnya dengan harga yang lebih murah.
Para pengampas yang memiliki mobil sendiri biasanya memasarkan produknya secara langsung dan menjualnya dengan harga lebih murah. Budianto mengaku, pernah mengecek ke lapangan langsung untuk memastikan pemasaran sangkar burung milik para pengampas ini. "Saya waktu itu jual langsung sangkar burung saya pakai motor, tidak ada yang menawar sama sekali. Ternyata mereka sudah memesan sama pengampas dengan harga jauh di bawah harga sangkar burung saya," katanya kepada KONTAN.
Selain itu, susutnya penjualan juga disebabkan maraknya tren batu akik. Sejak tren akik mencuat, banyak pelanggan kini tidak memesan sangkar burung lagi karena pindah hobi ke batu akik. "Banyak juga perajin sangkar burung yang gulung tikar kini menekuni usaha pembuatan batu akik," jelasnya.
Lantaran penjualan terus menyusut, Budianto kini tidak lagi mempekerjakan karyawan. Kini ia memproduksi sangkar burung bersama istrinya. "Kami tidak mampu membayar karyawan karena keuntungan yang sedikit. Kalau dulu kami masih sanggup membayar karyawan," tuturnya.
Agar perputaran uangnya lebih cepat, kini Budianto tidak lagi menerima orderan. Ia menjual apa yang telah di produksi. Agar sangkar burungnya cepat terjual, ia sangat menjaga kualitasnya. Ia juga sering mencari tahu model sangkar burung yang sedang diminati saat ini.
Mulai dari segi motif hingga warna. "Sangkar kita harus lebih bagus dari yang lain, kadang untuk produksi saja kami keluar modal yang banyak demi memberikan kualitas yang baik ke pelanggan," ungkapnya.
Pemain lain yang juga merasakan penyusutan penjualan adalah Pembri. Ia melakukan pemasaran lewat para pedagang pengumpul (pengepul). Ia mengaku sangkar burung miliknya banyak kurang laku dan sering balik lagi. "Sudah satu tahun ini sepi," kata dia.
Untungnya, penjualan eceran tetap lancar sehingga produksi tetap jalan. (Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News