Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi
Bassang merupakan makanan khas asal Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari buah jagung. Dalam proses penyajiannya, jagung dicampur dengan santan, tepung terigu, air, serta gula dan garam. Sebuah produsen bassang instan di Makassar bisa meraup omzet Rp 20 juta sebulan dari bisnis tersebut.
Bisnis makanan merupakan salah satu primadona bagi para pelaku usaha. Buktinya, tidak sedikit para pemodal yang terjun ke bisnis ini. Eloknya, menu makanan yang menjadi komoditas bisnis bukan lagi sekadar jenis makanan yang lazim ditemui di pasaran. Mereka mencoba menawarkan menu makanan khas daerah.
Salah satunya adalah PT Sulawesi Sari Komoditas, yang memproduksi menu bassang instan. Bassang merupakan makanan khas di Sulawesi Selatan. Bahan baku utama makanan ini adalah jagung. Dalam proses penyajiannya, bassang dicampur dengan tepung terigu, air, santan, serta gula dan garam.
Pembuatan bassang secara tradisional memakan waktu sekitar 30 menit hingga 40 menit. Inilah yang jadi salah satu alasan Sulawesi Sari terjun ke bisnis tersebut.
Sulawesi Sari menjual basang instan dalam bentuk kemasan aluminium foil berukuran 50 gram. Bentuk dan cara penyajian bassang instan mirip dengan sereal. Karena itu, produknya dinamakan Bassang Sereal.
Meski pembuatannya jauh lebih cepat, yaitu lima menit diseduh dengan air panas, Bassang Sereal ini sehat dikonsumsi. "Bassang instan ini bukan pakai santan, tapi pakai susu jagung. Gulanya sedikit dan dicampur dengan rumput laut," kata Andi Ayu Sartika, Direktur PT Sulawesi Sari Komoditi.
Tak sembarang jagung bisa diolah jadi Bassang Sereal. Ayu mengatakan, bahan baku bassang instan adalah jagung ketan yang dipasok dari para petani. Biasanya, para petani menanam jagung jenis ini di musim tertentu. "Tapi sejak kami bangun pabrik, petani menanamnya sepanjang tahun untuk kami," ujarnya.
Asal tahu saja, jagung ketan dari petani itu belum tentu bisa menjadi bahan baku bassang. Jagung ketan harus dipilah-pilah dulu. Ayu bilang, hanya sekitar 50% dari total pasokan bahan baku yang dapat diolah.
Setelah diseleksi kelayakannya, jagung tadi dipresto. Kemudian direbus dan disaring. Selanjutnya, jagung dikeringkan dan digoreng. Jagung kering itu kemudian dicampur dengan rumput laut, gula, dan campuran lain.Terakhir, baru dikemas.
Ayu bilang, proses produksi bassang instan masih secara manual, baik dari proses memasak, pengeringan (oven), hingga pengemasan. Total karyawannya juga hanya 10 orang.
Mereka sanggup memproduksi 300 hingga 500 kemasan per hari. Padahal, total kapasitas produksinya bisa 1.000 kemasan. "Ini karena sulit bahan baku," kata Ayu.
Saat ini, pasar terbesar bassang instan adalah wilayah Makassar dan sejumlah kota di Pulau Sulawesi. "Di Pulau Jawa masih sedikit karena bassang belum dikenal," imbuhnya.
Ayu mengaku, penjualan bassang instan belum stabil. Ketika mengikuti pameran, penjualan bisa banyak. Tapi penjualan melorot di bulan biasa. "Rata-rata omzet Rp 20 juta sebulan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News