Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Berbagai motif batik banyak terdapat di berbagai daerah, termasuk batik Garut, Jawa Barat. Salah satu kabupaten di Jawa Barat ini menghasilkan batik garutan dengan motif bulu ayam, kelereng, dan kalijagat. Walau tak tak seterkenal batik Solo, salah seorang produsen batik garutan mampu mengantongi omzet Rp 30 juta per bulan.
Kekayaan budaya dan busana Indonesia memang tidak ada duanya, seperti halnya kain batik. Di Pulau Jawa, batik khas tidak hanya bisa ditemui di Yogyakarta, Solo, Pekalongan, maupun Cirebon. Ada juga batik khas kota Garut yang dinamakan batik garutan.
Batik khas salah satu kabupaten di Jawa Barat ini memiliki motif aneka ragam seperti bulu ayam, kelereng, dan kalijagat. Warna-warna batik garutan didominasi warna gading.
Batik garutan tak hanya didapatkan di sentra-sentra penjualan cenderamata, namun juga bisa ditemui di berbagai pelosok permukiman padat penduduk di Garut.
Salah satu produsen batik garutan adalah Dodah. Ia memproduksi batik garutan baik cap maupun tulis dengan merek Tulen. Dodah memproduksi batiknya di sebuah kampung bernama Kampung Sisir. Kampung itu sendiri terletak di salah satu jalan Kelurahan Regol, Garut.
Batik-batik hasil produksi Dodah dipajang dalam tokonya seluas 3x5 meter (m) yang menyatu dengan rumah tinggal. Berbagai motif batik garutan dipajang, untuk batik tulis dipajang di dalam lemari kaca untuk menghindarkan dari serbuan debu-debu jalanan.
Dibantu oleh 16 pekerja, Dodah mampu memproduksi sekitar 500 helai batik cap setiap bulan. Namun untuk batik tulis, dia tidak memproduksinya tiap waktu, sebab, batik tulis dibuat hanya kalau ada pesanan. Batik cap dijual dengan harga Rp 55.000 hingga Rp 125.000 per helai dengan ukuran 2,4 m panjang dan lebar 1,05 m.
Walaupun hanya memproduksi batik tulis kalau pesanan datang, tiap bulan sekali rata-rata Dodah mampu memproduksi tiga helai batik tulis. "Permintaan batik garutan tulis memang kurang. Mungkin karena mahal," katanya. Ia mengatakan, permintaan batik tulis biasanya datang dari pasangan yang akan menikah.
Tak hanya dijual di Garut, batik garutan buatan Dodah juga banyak dijual ke banyak daerah di Pulau Jawa. Selain Dodah, ada juga produsen batik garutan lain bernama Rahmi Yulia Fauziah. Sejak tahun 2007, Rahmi membuka usaha batik garutan. Ia mulai terjun ke usaha batik garut karena terdorong oleh pelatihan membatik di tempat tinggalnya, Desa Sukasenang, Banyuresmi.
Rahmi memproduksi batik garutan dengan merek seperti namanya sendiri, Rahmi. Selain memproduksi sendiri, Rahmi juga mengambil batik garutan yang diproduksi orang lain. Untuk produksi sendiri, ia mempekerjakan lima pegawai. Merek Rahmi banyak menampilkan motif khas Garut seperti kalijagat dan bulu ayam dengan bauran warna gading, biru, dan merah tua.
Dari usahanya itu, Rahmi mampu menjual 500 helai batik tiap bulan. Batik dengan ukuran 2,2 m x 1,1 m dijual dengan harga Rp 75.000 hingga Rp 150.000 per helai. Sedangkan batik tulis ukuran 2,7 m x 1,1 m dilego dengan harga Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. "Dalam sebulan, saya bisa menjual 10 hingga 20 batik tulis," katanya. Dengan penjualan itu, omzet yang didapat Rahmi mencapai
Rp 20 juta-Rp 30 juta sebulan.
Ia mengatakan, dari beberapa pameran yang diikuti di India, Malaysia, Singapura, dan Australia, minat masyarakat luar akan batik garutan cukup bagus. Oleh karena itu, di masa datang, Rahmi berencana menampilkan batik garutan dalam bentuk pakaian jadi, tas, dan suvenir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News