Reporter: Fahriyadi | Editor: Havid Vebri
Terdorong keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di kampungnya, Djuhhari Witjaksono mengajak warga Desa Blooto dan Dusun Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur untuk membuat kerajinan miniatur kapal. Di bawah bendera usaha Sanggar Seni Bahari Tradisional (SSBT) Handicraft, ia menularkan keterampilan membuat kerajinan miniatur kapal ke warga desa. Upaya ini sudah mulai dia rintis sejak menggeluti usaha ini pada tahun 1980-an.
Djuhhari tergerak setelah melihat tingginya angka pengangguran di desanya. "Waktu itu, di desa saya banyak pengangguran usia produktif. Mereka punya tenaga tapi tak punya motivasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat," jelas pria kelahiran Malang 15 Desember 1930 ini.
Awalnya, ia hanya mempekerjakan para pemuda di desa untuk membantunya. Secara perlahan dia pun menularkan keahlian membuat miniatur kapal kepada mereka. Djuhhari sendiri mengaku belajar membuat miniatur kapal secara otodidak. Namun, karena memiliki minat yang tinggi di bidang ini, ia terus menambah wawasan dan pengetahuannya di bidang perkapalan.
Tahun 1991, lelaki 82 tahun ini menciptakan karya terbesarnya dengan membuat miniatur kapal Majapahit. Karya tersebut berhasil mengangkat nama Djuhhari sebagai seniman bahari. Pesanan yang dia terim pun semakin banyak, sehingga usahanya terus berkembang. Dengan harga mulai ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah, ia mampu mengantongi omzet rata-rata Rp 30 juta setiap bulan.
Lantaran permintaan terus meningkat, pria yang akrab disapa Abah ini pun kian giat mengajak serta warga desanya untuk terlibat di dalam usahanya itu. Bukan sekadar memberi pekerjaan, Djuhhari juga mendorong mereka agar bisa mandiri dan membuka bengkel kerja sendiri. "Itu salah satu misi saya untuk membuka lapangan pekerjaan dan melestarikan budaya bangsa lewat miniatur kapal tradisional kebanggaan Nusantara," ucapnya.
Kini, bapak satu anak ini telah berhasil mengubah wajah desanya menjadi sentra kerajinan miniatur kapal. Saat ini terdapat ratusan perajin yang didominasi oleh para pemuda dan warga usia produktif. Meski sejatinya masih sanggup membuat miniatur kapal, kini Djuhhari lebih menyerahkan order yang dia terima untuk digarap oleh perajin lain di desanya.
Tujuannya: tidak lain untuk menambah semangat warga desa menekuni usaha ini. Di usia senjanya, Djuhhari hanya berharap keterampilan yang ia tularkan itu bisa terus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai sesepuh dalam usaha tersebut, ia juga ingin kelak miniatur kapal buatan warga desanya bisa dikenal luas di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News