kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Widodo berdayakan warga Merapi lewat ubi


Kamis, 24 Mei 2012 / 12:40 WIB
Widodo berdayakan warga Merapi lewat ubi
ILUSTRASI. Ciri-ciri diabetes perlu Anda perhatikan supaya Anda bisa melakukan perawatan yang tepat.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Terdorong untuk membantu memperbaiki perekonomian masyarakat korban erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, Widodo, seorang pemuda lulusan Universitas Gajah Mada (UGM), mengajak warga untuk menanam ubi ungi di lahan bekas erupsi Gunung Merapi.

Upaya itu mulai dilakukannya November 2011 di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Saat itu, ia prihatin melihat banyak lahan bekas erupsi Merapi yang dibiarkan kosong. "Padahal, lahan itu sangat subur," ujar sarjana Fakultas Teknologi Industri Pertanian UGM ini.

Dari situ, ia terdorong untuk mengajak warga memanfaatkan lahan tersebut. Apalagi, sebagian besar warga korban Merapi itu juga masih menganggur. "Sebenarnya mereka masih produktif, hanya butuh dorongan motivasi saja," katanya.

Ajakannya itu ternyata mendapat respons positif dari warga desa. Sejak itu, lelaki 22 tahun ini fokus melakukan pembinaan dan pendampingan petani dalam melakukan budidaya ubi ungu.

Tidak hanya di lahan pertaniannya, Widodo juga melatih warga untuk mengolah ubi menjadi bakpia dan dijual ke pasar. Untuk memudahkan pemasaran, bakpia itu diberi merek Bakpia Telo Joglo.

Kini, bakpia itu banyak dipasarkan di daerah wisata lereng Gunung Merapi. Selain itu, ia juga membuka gerai resmi di Yogyakarta. Saat ini, Widodo baru memproduksi 100 kotak bakpia dalam sehari. Dengan harga Rp 10.000-Rp 13.000 per kotak, Widodo mampu mengumpulkan omzet hingga Rp 30 juta per bulan. "Saya menerapkan sistem bagi hasil dengan warga yang terlibat," kata Widodo.

Kini, ada sekitar 10 petani yang terlibat di dalam aktivitas budidaya ubi ungu tersebut. Sementara untuk produksi dan pemasaran bakpia, ia melibatkan sekitar 17 kepala keluarga (KK). "Kami memberdayakan ibu rumah tangga dalam proses produksi bakpia dan para pemudanya sebagai tenaga pemasar," jelasnya.

Dengan semakin meningkatnya permintaan, diharapkan produksi bakpia ini semakin besar. Dengan begitu, bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.

Setelah sukses dengan Bakpia Telo Joglo, sejak Februari 2012 lalu, Widodo menginisiasi terbentuknya Koperasi Syariah Kaliadem Sejahtera (KSKS). Di koperasi ini, ia menjadi pendamping anggota koperasi yang jumlahnya mencapai 60 KK.

Selain membawahi usaha Bakpia Telo Joglo, koperasi itu juga menaungi unit usaha lain yang baru didirikan Widodo bersama warga sekitar. Di antaranya produksi susu sapi, keripik ubi, keripik tempe, jamur tiram, abon dan keripik lele, jahe instan, dan diversifikasi pisang.

"Setiap unit usaha sudah jalan dan masing-masing menghasilkan omzet Rp 10 juta sebulan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×