kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berhasil merintis usaha batik Banjarmasin dari nol


Rabu, 08 April 2015 / 12:51 WIB
Berhasil merintis usaha batik Banjarmasin dari nol


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Hendra Gunawan

Dikenal sebagai pioner yang membuka usaha batik khas Banjarmasin di Kampung Sasirangan, Kalimantan Selatan, tidak pernah terbersit di benak Maskur. Namun, berkat kegigihan dan ketekunan membangun usaha dari nol, Maskur dan sang istri, Lailani Lathifah, menjelma sebagai produsen batik khas Banjarmasin bernama Batik Sasirangan.

Lewat merek usaha Irma Sasirangan, Maskur kini mampu memproduksi ratusan lembar batik tradisional saban bulan. Dia memiliki rumah produksi dan galeri yang ramai dikunjungi turis maupun pembeli. Saat ini, Maskur memiliki sekitar 300 karyawan lepas dan 24 karyawan tetap yang membantunya memproduksi Batik Sasirangan setiap hari.

Hingga kini, Maskur tetap mempertahankan produksi dengan cara tradisional. Itu sebabnya, dia mengklaim kualitas kain buatannya lebih bagus daripada produsen lainnya yang menggunakan alat tenun modern. Untuk menyelesaikan 10 lembar kain batik ini, dibutuhkan waktu sekitar 30 hari. "Yang paling lama adalah proses merajut yang dilakukan oleh karyawan lepas," kata dia.

Sebagian besar konsumennya berasal dari kalangan pemerintahan, wisatawan lokal, dan warga setempat. Batik khas daerah ini seiring berjalannya waktu dijadikan seragam pegawai dan seragam sekolah di kota itu. Itu sebabnya, Maskur mengaku kerap kebanjiran pesanan saat musim tahun ajaran baru tiba. Bahkan, dia sering kehabisan persediaan batik jika pesanan sedang membeludak. Maklum, pembuatan batik tradisional membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang menggunakan alat yang lebih modern.

Maskur memproduksi Batik Sasirangan dengan berbagai jenis bahan mulai dari katun biasa, viscose atau katun rayon, dobi, sampai sutera. Motif yang dia buat pun ada ratusan. Bila konsumen ingin tampil beda, mereka juga menerima pesanan batik dengan motif yang sesuai keinginan konsumen.

Selain produk fesyen pakaian, Maskur juga melengkapi koleksi galerinya dengan berbagai produk mulai dari aksesori, dompet, bed cover, bantalan kursi, dan lainnya. Maskur membanderol harga koleksinya cukup beragam, mulai Rp 85.000 sampai dengan Rp 400.000 per lembar.

Maskur mengaku bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah. Sayangnya, dia enggan mengatakan porsi keuntungan bersih yang didapatkannya.

Namun, pencapaian omzet hingga sebesar itu tidak dia dapatkan dengan mudah. Maskur bersama sang istri memulai usaha ini awalnya dari rumah mereka di dalam gang pada tahun 1990 silam.

Berbekal dari pembinaan dan pelatihan membuat batik yang dia dapat dari Kementerian Perindustrian kala itu, Maskur memulai usaha ini bersama sang istri. Kebetulan, sang istri memang sudah bisa membuat batik. “Setelah ada pelatihan kita mulai kembangkan bisnis secara perlahan,” katanya pada KONTAN.

Menjadi orang pertama yang membuka usaha batik Sasirangan membuat mereka dikenal sebagai perintis batik Sasirangan dikampung Sasirangan yang berada di jalan Seberang Masjid, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×