Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini
Bisnis jual beli barang bekas yang ditekuni Nurcholis Agi sebenarnya sudah biasa. Banyak pemain serupa yang menekuni usaha ini. Namun, caranya memasarkan barang bekas pakai itu yang membuatnya terlihat unik, yakni dengan mengusung konsep mal.
Dengan konsep itu, pembeli bebas masuk dan memilih barang. Karena konsep yang diterapkannya ini terbilang baru, awalnya banyak yang mencibir ikhtiar bisnisnya itu tidak akan sukses menjaring pembeli.
Apalagi koleksi barang bekasnya saat itu masih terbatas ke produk elektronik seperti televisi. Maklumlah, saat itu ia masih keterbatasan modal. Nur mengaku, merintis usaha ini hanya dengan modal uang sebesar Rp 100.000.
Menurut pria yang akrab disapa Nur ini, awal Mall Rongsok, tidak ada satu pun pembeli yang datang berkunjung ke mal miliknya yang berlokasi di Jalan Bungur Raya, Kukusan, Depok, Jawa Barat ini.
Bahkan, isterinya kala itu ikut meragukan bisnisnya bisa sukses. Istrinya beranggapan, bahwa televisi bekas sudah tidak berguna dan tidak akan menarik minat pembeli.
Kendati banyak yang meragukan, Nur mengaku tidak ambil pusing. Ia tetap optimistis bisnisnya bisa berkembang pesat. Ia pun terus melengkapi koleksi barang bekasnya. Bila awalnya fokus ke televisi dan produk elektronik lainnya, pelan-pelan ia juga mulai mengumpulkan onderdil motor bekas.
Setelah koleksi barang bekasnya makin lengkap, lama-lama mulai ada konsumen yang melirik usahanya ini. Mendapat respon yang cukup bagus, ia pun makin bersemangat melengkapi koleksi barang bekasnya. "Bukan hanya onderdil dan televisi, saya pun mulai mengumpulkan dan membeli barang-barang bekas lainnya," jelasnya.
Melihat respon pasar yang mulai positif, sang isteri akhirnya ikut membantu mengembangkan usaha suaminya itu. "Lama-lama istri saya percaya dan ikut membantu," katanya.
Mendapat dukungan dari isteri, Nur pun makin semangat membesarkan usahanya ini. Ia terus berburu barang bekas guna melengkapi toko barang rongsoknya.
Awalnya, Nur tidak tebang pilih dalam membeli barang bekas. Dalam arti, barang sejelek apapun akan dibayarnya. "Saya membeli semua jenis apapun, tidak pilih-pilih, yang penting beli saja dulu tidak ada yang saya tolak," jelasnya.
Dalam menilai sebuah barang bekas, Nur mengaku mengandalkan pengalaman saja. Selain itu, dia ia juga mengecek harga terbaru dari barang bekas tersebut. Ia mengaku, tak pernah memikirkan apakah barang itu bakal laku atau tidak. Yang penting beli saja dulu, karena toh barangnya juga tidak basi.
Namun, sekarang ia cenderung agak selektif dalam membeli barang bekas. Pasalnya, pernah ia merugi hingga belasan juta juta karena salah perhitungan saat membeli atau menjual barang.
Bukan itu saja, Nur pun mengaku pernah merasakan mendekam di balik jeruji besi selama lima hari karena dituduh sebagai penadah barang-barang curian. "Sekarang saya lebih berhati-hati dan lebih mengutamakan orang yang sudah saya kenal atau yang memang sudah jadi langganan," kisahnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News