kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berwisata ke pioner kampung wisata (3)


Sabtu, 10 Maret 2018 / 10:00 WIB
Berwisata ke pioner kampung wisata (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Keterbatasan fasilias seperti kamar mandi dan tempat ibadah menjadi salah satu kendala bagi Hester Basoeki, Pemilik Kampung Wisata Cinangneng dalam menjalankan usahanya. Maklum, setelah dibuka 17 tahun silam, ratusan orang pun datang ke kampung wisata ini. Padahal, dia hanya menargetkan 10 orang datang setiap bulan.  

Alhasil, keluhan soal ketersediaan air bersih mulai bermunculan. Tak hanya itu, dia juga dipusingkan dengan membludaknya jumlah kendaraan yang masuk. Lahan parkir yang terbatas, bus besar pun tak bisa masuk.

Tak ingin mengecewakan para tamu, Hester bersama warga terus berbenah.  Termasuk mendukung soal keamanan lantaran bus besar hanya bisa parkir di pinggir jalan besar.  

Hester pun selalu mendorong warga Cinangneng untuk meningkatkan kemampuannya. Pada bulan Ramadhan, saat sepi pengunjung, ia memberi pelatihan untuk keryawan dan warga desa.  

Guru bahasa inggris dan  ahli kecantikan pun dia panggil untuk melatih para karyawannya. Meski tidak memiliki tingkat pendidikan tinggi, warga pun semangat dan serius mengikuti setiap kegiatannya.

Berbekal pengalamannya 10 tahun menjadi pemandu wisata, Hester mengajarkan berbagai ilmunya tentang pariwisata pada karyawan. Dia selalu menganggap karyawan adalah anaknya. "Bila ingin membuka usaha pedesaan jangan memikirkan keuntungan semata karena untung akan datang sendirinya saat kita berlaku adil," katanya.

Kekompakan dalam menjalankan bisnis wisata edukasi ini berbuah manis. Tiga penghargaan pun berhasil disebet, yaitu kategori pembukaan usaha tanpa mencontoh lokasi lainnya, mempunyai jumlah pengunjung tertinggi dan adanya unsur pendidikan didalamnya.

Selain itu, para warga tetap bisa mempertahankan usaha kerajinan rumahan yang sudah ditekuni. Regenerasinya pun tidak bermasalah karena produk buatan mereka akan diserap oleh wisatawan atau pelanggan dari luar yang sengaja memesan.

Asal tahu saja, selain menikmati pemandangan, para wisatawan juga bisa berkeliling melihat proses produksi para perajin disana. Bila tertarik, merekai bisa  membeli produk untuk dijadikan buah tangan saat kembali ke kota atau negaranya masing-masing.

Konsep kampung wisata cukup menarik dan tergolong bisnis yang potensial. Makanya, belakangan banyak kampung wisata lainnya yang bermunculan. Meski begitu, Hester tidak merisaukannya.  Sampai sekarang, jumlah pengunjungnya terus meningkat saban tahunnya.

Kedepan, dia tetap akan mempertahankan konsep yang sudah dijalaninya saat ini. Keindahan alam serta kearifan budaya lokal tidak boleh dihilangkan atau digantikan dengan fasilitas permainan modern.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×