Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Pasar Seni Gabusan merupakan sentra penjualan produk kerajinan terbesar di Yogyakarta. Kendati sehari-hari pasar ini sepi pengunjung, para pengrajin di sentra ini mengaku tidak pernah sepi pesanan.
Mursyid, pemilik Bongo Art mengaku kerap menerima pesanan dari berbagai daerah. Bila sedang ramai pesanan, omzet yang mengalir ke kantongnya bisa mencapai Rp 100 juta per bulan. "Tapi kalau pesanan lagi sepi, paling cuma Rp 10 juta sampai Rp 20 juta," katanya.
Produk kerajinan Mursyid meliputi bingkai foto, vas bunga, lampu, tempat lililin, nampan, dan berbagai kreasi lainnya. Semua produk kerajinannya itu terbuat dari kayu pohon sonokeling. "Yang paling diminati itu vas bunga, karena terbuat dari kayu tinggal diisi air, bunga yang baru dipetik disimpan di dalamnya dan bisa tetap hidup," ceritanya.
Vas bunga tersebut dibanderol dengan kisaran harga mulai Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per buah.
Pengrajin lain, Yati Zulfitra juga menangguk omzet gede dari usaha kerajinan yang digelutinya. "Omzet saya mulai Rp 12 juta hingga puluhan juta per bulan, tergantung pesanan," katanya.
Yati sendiri fokus membuat kerajinan dari batu, seperti wadah aroma terapi, hiasan dinding, dan pajangan.
Baik Mursyid maupun Yati mengaku, rajin mengikuti pameran guna menjaring pembeli. Mursyid, misalnya, hampir tak pernah absen mengikuti pameran kerajinan terbesar di Indonesia, seperti Inacraft.
"Inacraft tahun ini kami mendapat award kategori batu-batuan untuk Amenities Set Stone Wood dan Table Lamp Kumpu Tumpuk," ujarnya. Penghargaan itu berkat kreativitasnya memadukan kerajinan kayo sonokeling dengan batu-batuan.
Selain pameran, Mursyid juga gencar memasarkan produknya lewat internet. Semua upayanya ini tidak sia-sia. Terbukti, pelanggannya kini tersebar luas di berbagai daerah, seperti Bali dan Jakarta.
Sementara dari luar negeri, ia kerap menerima pesanan dari Australia dan Amerika. Yati juga getol menggaget pelanggan lewat internet. "Saya punya blog," katanya.
Ia mengaku, pemasaran lewat internet efektif karena mampu menjangkau konsumen dari berbagai daerah, seperti Jakarta dan Semarang.
Dalam sebulan, ia biasa menerima pesanan mulai 500 pieces sampai 1.000 pieces. Yati mengaku, seluruh barang kerajinannya dibuat degan tangan, sehingga memiliki nilai lebih di mata konsumen, terutama turis asing. "Selain di Gabusan saya juga buka toko di Kasongan (Bantul), tapi namanya Krisna Craft," cerita Yati.
Sementara bengkel kerjanya berada di rumahnya di daerah Tembi, Bantul. "Banyak pembeli langsung pesan ke rumah," ucapnya.
Sama dengan Yati, Mursyid juga membuka toko di Kasongan. Sementara rumahnya dijadikan bengkel kerja. "Rumah saya di Parangtritis, jadi dekat dengan Pasar Gabusan," ujar pria 40 tahun ini. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News