Reporter: Revi Yohana, Noverius Laoli, Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Makanan khas Jepang kian digemari di Indonesia. Ada banyak ragam makanan khas Jepang yang dijajakan di Indonesia. Salah satu yang populer di Indonesia adalah bento.
Pamor makanan ala negeri sakura ini mencorong lantaran banyak pebisnis kuliner memilih bento sebagai ladang usaha. Bahkan, banyak dari mereka yang menawarkan kemitraan atau waralaba.
Alhasil, pedagang bento penuh sesak di pasaran. Di tengah ketatnya persaiangan, tentu tidak semua pemain bisa berkembang. Hanya mereka yang gencar melakukan inovasi yang bisa mencatat pertumbuhan usaha.
Begitulah hasil review beberapa tawaran kemitraan bento yang sebelumnyaa sudha pernah diulas KONTAN. Beberapa di antaranya adalah Takeshi Bento, My Bento, dan Ikki Bento.
Bagaimana kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.
Takeshi bento
Usaha masakan cepat saji ala negeri sakura ini dikelola oleh PT Travatindo Pratama. Restoran yang berdiri 14 Oktober 2004 ini langsung menawarkan paket kemitraan.
KONTAN sendiri pernah mengulas tawaran kemitraan Takeshi Bento pada Agustus 2010. Saat itu, Takeshi sudah memiliki 70 gerai yang tersebar di Jakarta, Kalimantan, Kupang, dan Manokwari.
Nah, saat ini jumlah gerainya terus bertambah hingga mencapai 150 gerai. Dari jumlah gerai itu hanya satu yang dimiliki PT Travatindo. Sementara 149 lainnya dimiliki oleh mitra usaha.
"Gerai kami bisa meningkat pesat karena Takeshi menawarkan paket yang ekonomis," ujar Tomy, Manajer Pemasaran Travitindo Pratama.
Dalam kerjasama kemitraan ini, Takeshi Bento menawarkan empat paket investasi. Dari empat paket tersebut ada beberapa pilihan paket yang memang terjangkau kantong mitra. Hingga saat ini, biaya keempat paket itu juga belum mengalami kenaikan.
Pertama, paket home resto senilai Rp 4 juta. Paket ini disediakan khusus bagi calon mitra yang ingin membuka usahanya di lingkungan rumah. Paket ini juga ditujukan bagi mitra yang telah memiliki peralatan masak sendiri.
Kedua, paket booth senilai Rp 12 juta. Paket ini ditujukan bagi mitra yang ingin menempatkan gerainya di pusat keramaian atau pusat jajanan. Ketiga, paket food court senilai Rp 80 juta. Paket ini mengadopsi konsep restoran ekspres sehingga dapat diterapkan di lokasi food court di pusat perbelanjaan atau mal.
Terakhir paket restoran senilai Rp 150 juta. Untuk paket Restoran dan food court bisa menyajikan semua menu Takeshi Bento. Sedangkan paket home resto dan booth hanya bisa menyajikan 12 menu.
Menurut Tommy, penambahan gerai Takeshi lebih banyak pada paket home resto dan booth. Pasalnya, investasi kedua paket itu murah. Ia menargetkan, sampai akhir tahun bisa menambah 50 gerai baru.
Untuk menggenjot jumlah mitra, Takeshi Bento juga rajin melakukan inovasi menu. "Minimal setiap bulan ada satu menu baru ," ujarnya.
Adapun menu andalan di Takeshi terdiri dari beef yakiniku, chicken teriyaki, chicken katsu, ebi furai, dan udon. Menu tersebut dibanderol mulai Rp 12.000 per porsi. Harga tersebut naik dari sebelumnya Rp 9.000 per porsi.
My Bento
KONTAN pernah mengulas tawaran waralaba bento yang berpusat di Jatiwaringin Pondok Gede, Jakarta Timur ini pada Mei 2009. Saat itu, jumlah gerai My Bento masih 35. Setahun kemudian jumlah gerainya naik menjadi 50, dan tahun ini sudah 80.
Rinciannya, 15 gerai milik sendiri, dan sisanya milik mitra yang tersebar di Jabodetabek, Subang, Karawang, Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan. Dede Sulaiman, pemilik My Bento bilang, pertumbuhan jumlah gerai My Bento tak terlepas dari usahanya membangun brand My Bento kepada para pelanggan.
Pembangunan brand itu diantaranya dilakukan melalui serangkaian inovasi menu. Daftar menu yang dijajakan My Bento memang cukup panjang. Di antaranya ada ekkado, shrimp roll, paket banzai, takoyaki, chicken katsu, chicken yakiniku, ebi katsu, dan beef teriyaki.
Berbagai menu makanan ini dibanderol mulai Rp 8.000-Rp 20.000 per porsi. Setiap tahun Dede selalu menaikkan harga menu sekitar 5%. "Kami menyasar pasar kelas menengah ke bawah," ujarnya.
Menurutnya, Soalnyapasar kelas menengah jumlahnya lebih banyak dan itu peluang bisnis yang menjanjikan. Pada tahun 2014 nanti, Dede menargetkan My Bento bisa memiliki sekitar 100 gerai.
My Bento menawarkan paket investasi yang beragam, mulai dari paket investasi Rp 35 juta hingga Rp 250 juta. Semua paket ini harus menggunakan konsep restoran dan bukan booth seperti sebelumnya. "Kami pilih konsep restoran karena lebih permanen dibanding booth," jelas Dede.
Dede mengklaim, sekitar 80% gerai My Bento bisa meraup omzet rata-rata antara Rp 30 juta-Rp 70 juta per bulan. Sebagian besar gerai ini berada di lokasi strategis, seperti kampus, kantin sekolah, perkantoran, rumah sakit dan tempat rekreasi.
Sebelumnya, My Bento menawarkan tujuh paket investasi, mulai dari konsep booth dan paket indoor. Namun, untuk paket booth sudah ditiadakan. Adapun paket yang kini paling diminati adalah tipe premium plus.
Paket ini mengusung konsep indoor dengan nilai investasi Rp 47 juta. Dengan investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan seperangkat meja kursi, desain, dan box delivery. Jadi, calon mitra tinggal menyediakan tempat.
Semua paket dikenakan franchise fee Rp 3 juta per tahun yang berlaku mulai tahun kedua operasi. Untuk royalty fee dipatok 3% dari omzet.
Ikki Bento
Berdiri tahun 2005 di Bekasi, Jawa Barat, Ikki Bento resmi menawarkan kemitraan setahun kemudian. KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan milik Abri Mada ini pada tahun 2010. Saat itu, Ikki Bento yang bernaung dibawah PT Ikki Group ini sudah memiliki 15 gerai milik mitra. Lokasi mitra tersebar di Jakarta, Semarang, Jawa Tengah dan tiga gerai milik sendiri di Bekasi dan Tangerang.
Berbeda dengan dua kompetitornya, kinerja Ikki Bento tidak begitu memuaskan. Terbukti, jumlah gerainya saat ini turun dan tinggal tersisa 11. Bahkan, karena tak berkembang lagi, sejak 2011 lalu Abri resmi menutup paket booth.
Saat ini, yang tersisa tinggal paket resto senilai Rp 160 juta. Sebelumnya, paket booth dibanderol Rp 45 juta. Abri menjanjikan, setiap gerai bisa memperoleh omzet Rp 700.000-Rp 1,5 juta per hari
Menurut Abri, ada beberapa faktor yang membuat bisnis Ikki Bento menurun. Di antaranya karena kurangnya promosi. Di tambah persaingan bisnis bento semakin ketat.
Di sisi lain, pemain sepertinya kesulitan melakukan inovasi menu. "Salah satu yang cukup rumit adalah mengembangkan menu," jelasnya.
Akhirnya, kata Abri, banyak pemain yang mengembangkan menu di luar Bento, seperti sushi ataupun ramen. Namun, menurutnya, hal itu justru menjadi lampu kuning bagi bisnis bento. "Karena gerai sushi dan ramen saat ini bisa lebih diunggulkan," ujarnya.
Faktor lain yang membuat Abri menghentikan promosi Ikki Bento karena kesibukannya mengembangkan beberapa merek kuliner lain yang mengusung konsep makanan tradisional dan seafood.
Meski vakum, ia tetap berkomitmen untuk menjaga para mitra yang masih bergabung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News