kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis bermain bersama anak: Menarik, tapi untuk jangka panjang


Kamis, 16 Juni 2011 / 12:48 WIB
Bisnis bermain bersama anak: Menarik, tapi untuk jangka panjang
ILUSTRASI. Korea Development Bank (KDB) akan mengakuisisi 870,76 juta saham yang mewakili 80,65% saham Tifa Finance.


Reporter: Azis Husaini | Editor: Tri Adi

Persaingan bisnis playgroup kian sengit. Pemain lama yang mewaralabakan kelompok bermain memang tetap bertahan, tapi pertumbuhan jumlah mitra lambat. Bahkan, ada usaha playgroup milik terwaralaba yang kini tutup.

Orang tua mana yang tak ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak sedari dini, terutama di tengah kesibukan mereka berkerja. Itu sebabnya, bisnis kelompok bermain atawa playgroup laris manis, khususnya di kota-kota besar semacam Jakarta.

Tak heran, jumlah playgroup menjamur bahkan muncul pemain baru yang makin memperketat persaingan. "Saat ini bisnis playgroup sangat menarik karena semakin banyak orang tua yang menaruh perhatian akan pendidikan anaknya sejak usia dini," ungkap Filomena Etty Rusiwiani, Manajer Sanggar Kreativitas Bona.

Di tengah persaingan playgroup yang kian ketat, orang tua sudah barang tentu akan memilih yang terbaik buat buah hatinya. Begitu pula dengan Anda yang ingin menjajal bisnis pendidikan khusus anak di bawah lima tahun ini lewat cara instan, yakni waralaba. Sudah pasti Anda bakal sangat selektif dalam memilih playgroup yang menawarkan waralaba sekolah untuk si kecil itu.

Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Amir Karamoy menyatakan, bisnis playgroup memang sangat menarik. Tapi usaha ini masuk katagori bisnis jangka panjang. "Tidak bisa instan balik modalnya," ujar dia

Kami mencoba mengulas perkembangan beberapa pemain lama bisnis ini yang mewaralabakan usaha mereka:


• Sanggar Kreativitas Bona

Kelompok bermain Sanggar Kreativitas Bona (SKB) termasuk pemain lama dalam bisnis playgroup. SKB yang lahir sejak tahun 1985 ini mulai menawarkan sekolah untuk si buyung dan upik itu pada 2002.

Sepanjang perjalanan dari 2002 hingga 2007, SKB berkembang menjadi 13 cabang milik mitra. Namun, tiga tahun terakhir jumlahnya justru menyusut dan kini tinggal tujuh cabang yang masih buka. Cuma, SKB mengklaim penyusutan jumlah cabang itu bukan karena gulung tikar alias bangkrut.
"Mereka mampu membuat brand sendiri sehingga memilih tak lagi jadi mitra kami," kata Filomena.
SKB yang masih berdiri tersebar di beberapa wilayah Jabotabek, yakni Bintaro, Ciledug, Gading Serpong, Rawamangun, Mal Citraland, Depok, dan Cibubur.

Playgroup yang sebelumnya bernama Sanggar Kreativitas Bobo ini tetap mempertahankan keunikan dan ciri khas sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. "Ini supaya anak tidak bingung, dan tentunya anak akan lebih mudah berkomunikasi dengan bahasa ibu mereka," ujar Filomena.

SKB membagi kelas menjadi dua. Kelompok Cimut untuk anak dua tahun hingga empat tahun yang memberi pelajaran dasar sebelum sekolah. Seperti mengenal huruf, angka, binatang, buah, melukis, balet, dan tambahan pendidikan bahasa Inggris, dengan waktu 90 menit selama satu hingga dua kali pertemuan sepekan.

Adapun, untuk usia 5 tahun hingga 12 tahun masuk kelompok Upik. SKB memfokuskan pada ketrampilan, semisal menari tradisional, balet, sampai melukis. Waktu bermain 60 menit, satu atau dua kali pertemuan dalam sepekan. Satu kelas berisi 15 anak.

SKB memungut uang sekolah per bulan sebesar Rp 275.000 hingga Rp 315.000 per anak. Sementara, uang pangkalnya sebesar Rp 2,75 juta. Kini, SKB menawarkan waralaba dengan nilai investasi awal sekitar Rp 300 juta untuk lokasi di perumahan dan Rp 400 juta di mal. Biaya waralaba atau franchise fee sebesar Rp 50 juta. "Setiap tahun kenaikan investasi awal bisa 15% sampai 20%," tambah Filomena.

Tahun ini, Filomena mengungkapkan, banyak calon investor yang sudah mengajukan diri berkongsi dari luar Jabodetabek, seperti Bandung dan Surabaya. "Tetapi, belum ada yang deal," kata dia.

Hanya, Filomena menuturkan, untuk sukses dalam usaha playgroup, terwaralaba harus punya niat untuk mendidik, bukan bisnis belaka. Lalu, lokasi SKB mesti di perumahan atau pusat perbelanjaan dan tentunya di kota besar.

Tingkat pengembalian modal investasi sekitar satu hingga dua tahun. "Jika manajemen bagus, muridnya banyak, serta menjaga nama dan imaji SKB, usahanya pasti berkembang," imbuh Filomena.


• Tumble Tots Indonesia

Waralaba playgroup yang berasal dari Inggris ini mulai masuk ke Indonesia pada 1993. PT Montessori Mazmur Indonesia menjadi country franchisor di negara kita. Mereka kemudian menawarkan waralaba kepada investor-investor dari dalam negeri untuk menjadi sub-franchisee.

Saat ini tinggal 40 cabang Tumble Tots di berbagai daerah. Padahal, dua tahun lalu jumlahnya mencapai 51 cabang. Novita Tandry, Managing Director Montessori Mazmur, bilang bahwa ada beberapa cabang yang tutup lantaran terwaralaba kurang total mengelola usahanya. "Mereka tidak terjun langsung dan hanya mempercayakan ke staf untuk menangani kelas, dan tidak menguasai materi," tuturnya.

Selain itu ada pula cabang lain yang diubah menjadi Leaps and Bounds, second line dari Tumble Tots untuk daerah tingkat dua, agar biaya pendidikannya dapat dijangkau oleh masyarakat di kelas C.

Tumble Tots menawarkan tiga program: program dari anak mulai belajar berjalan hingga usia dua tahun, program untuk anak usia dua hingga tiga tahun, dan program dari usia tiga tahun hingga usia anak masuk sekolah. Tumble Tots Indonesia mengadopsi sistem pengajaran, metode, dan kurikulum dari pusat. Namun, sistem pengajaran tersebut tetap disesuaikan dengan budaya kita di Indonesia.

Konsep belajar Tumble Tots adalah Physical Active Learning Programme. Program ini bertujuan mengembangkan kemampuan fisik anak yang disesuaikan dengan setiap tahapan tumbuh kembang anak, khususnya kemampuan motorik mereka. Misalnya, kelenturan (agility), keseimbangan (balance), kemampuan memanjat (climbing); serta koordinasi mata, tangan, kaki (coordination).

Selama ini Tumble Tots mengklaim mengedepankan integritas yang tinggi, inovasi, tim kerja yang solid, dan edukasi parenting yang berkesinambungan. Dengan sistem yang berjalan hingga saat ini, Tumble Tots yakin waralaba pendidikan usia dini di Indonesia akan berkembang dengan baik. "Target kami 100 cabang di seluruh kota di Indonesia pada 2011 sampai 2012," kata Novita.

Untuk membuka waralaba Tumble Tots, terwaralaba harus investasi sekitar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar. Biaya ini sudah termasuk franchise fee Rp 150 juta untuk periode tiga tahun. "Bisnis ini investasi jangka panjang sehingga balik modalnya baru akan tercapai sekitar lima tahun," jelas Novita.

Banyak calon terwaralaba yang datang dari luar Jawa, antara lain Padang, Banjarmasin, Kupang, dan Gorontalo. Tumble Tots memilih lokasi di pusat kota dengan luas area minimal 200 meter persegi (m²). Luas area ini terdiri dari 100 m² untuk arena bermain, dan sisanya buat dua ruangan untuk kindergarten, ruang penerima tamu, toilet anak-anak, ruang staf, serta dapur.


• Gymboree

Playgroup yang mulai ada di Indonesia sejak 1992 ini berasal dari Amerika Serikat. Dari Negeri Paman Sam, Gymboree Indonesia mengambil masterplan kurikulum yang terdiri dari tiga item, yakni permainan, musik, serta seni.

Siswa bebas memilih sesuai dengan minat mereka dan memilih frekuensi kedatangan per minggu, mulai dari satu hingga tiga kali. Satu kelas berlangsung selama 45 menit. "Uniknya, orang tua boleh mendampingi anaknya selama belajar," ujar Chistina Catherine, Marketing Manager Gymboree.

Gymboree menyediakan fasilitas ruang kelas dengan peralatan dari kayu, vinil, dan plastik, serta aneka permainan untuk mengasah gerak motorik para siswa. Adapun pengajar Gymbore adalah sarjana psikologi atau keguruan yang menguasai bahasa Inggris aktif dan pasif. Soalnya, "Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar di sini," kata Catherine.

Usia murid mulai dari bayi umur enam bulan hingga anak umur lima tahun. Satu kelas berisi maksimal 12 anak. Catherine menjelaskan, selama ini setiap cabang milik mitra punya anak didik antara 50 sampai 100 siswa.

Gymboree memasang biaya pendaftaran sebesar Rp 600.000 hingga Rp 800.000 per anak, dan annual fee Rp 200.000. Selain itu, ada lagi iuran bulanan sebesar Rp 300.000 sampai Rp 900.000 tergantung dari kurikulum yang diambil dan banyaknya kelas yang diikuti.

Sekarang Gymboree memiliki 15 cabang yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Surabaya, hanya tambah satu sejak 2009 lalu. Belum ada yang tutup, paling hanya pindah lokasi dari mal ke perumahan.

Untuk membuka cabang Gymboree, calon mitra perlu menyiapkan dana sekitar Rp 1 miliar untuk lokasi di perumahan dan sekitar Rp 3 miliar untuk lokasi di mal. Nilai investasi awal setiap tahun bisa naik 20% hingga 30%. "Jika ada kenaikan tentu harus ada instruksi dari pusat kami di Amerika Serikat," ungkap Catherine.

Tahun ini rencananya Gymboree bakal membuka cabang di Medan, Palembang, Jogjakarta, dan Denpasar. Yang perlu diingat, "Bisnis ini jangka panjang, jadi tidak sesaat untung," ujar Catherine.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×