kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjaring duit dengan mengajari anak di bimbel


Rabu, 15 Juni 2011 / 13:36 WIB
Menjaring duit dengan mengajari anak di bimbel
ILUSTRASI. Petugas melayani warga peserta BPJS Kesehatan di kantor BPJS Kesehatan Pancoran, Jakarta


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Tri Adi

Bimbingan belajar alias bimbel sudah menjadi kebutuhan bagi banyak masyarakat. Karena itu, bisnis pendidikan nonformal ini terus tumbuh. Tetapi, pasar bimbel di Pulau Jawa sudah cukup sesak. Peluang di wilayah Timur Indonesia terbuka lebar.

Semua anak pasti ingin punya prestasi cemerlang di sekolah. Mereka juga ingin lulus ujian nasional (UN) dengan nilai yang memuaskan. Tak cuma sampai di situ, mereka ingin lolos dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Banyak cara pun ditempuh untuk mewujudkan semua mimpi itu. Mengikuti bimbingan belajar atawa bimbel salah satunya. Buntutnya, lembaga pendidikan nonformal tumbuh bak cendawan di musim hujan.

Hari Nuryanto, Manager Marketing & Franchise Primagama, meyakini, prospek usaha bimbel masih sangat cerah, meski persaingannya juga sangat sengit. Kini, bimbel tak lagi dianggap sebagai kegiatan pelengkap. "Adanya standar yang semakin ketat di ujian nasional membuat bimbel menjadi kebutuhan," katanya.

Peminat bisnis ini pun membeludak. Lihat saja Primagama. Hari mengungkapkan, saban bulan, setidaknya ada 15 calon mitra yang mengajukan diri menjadi mitra lembaga bimbel asal Yogyakarta ini.

Cuma, yang menjadi hambatan terbesar dalam pertumbuhan bisnis bimbel adalah kecukupan tenaga pengajar yang berkualitas. Padahal, tenaga pengajar merupakan salah satu mesin utama yang menggerakkan usaha bimbingan belajar. Bila tenaga pengajar buruk, tentu, bisnis bimbel tidak akan mampu bertahan lama.

Nah, kami membeberkan sejumlah lembaga bimbel yang bisa menjadi pertimbangan Anda dalam memilih.


• Primagama

Sebagai salah satu pionir di bisnis bimbel, kini, Primagama yang berdiri sejak 1982 telah memiliki 766 cabang yang tersebar di 33 provinsi, dengan lebih dari 250.000 siswa.

Saat ini, Primagama menyediakan dua layanan tambahan. Pertama, fasilitas belajar online. Kesibukan siswa yang makin padat sekarang bisa diatasi dengan cukup mengklik situs www.primagamaplus.com. Layanan ini hasil kerja sama Primagama dengan Microsoft sejak 2 tahun terakhir.

Kedua, tes potensi dan bakat saat penerimaan masuk siswa. Melalui metode finger prints atau sidik jari, siswa dapat melihat potensi dan kelemahannya di bidang tertentu. "Hasil sidik jari ini masukan bagi tenaga pengajar dalam memberikan materi di kelas," ujar Hari.

Untuk menjadi terwaralaba Primagama, ada biaya waralaba atau franchise fee mulai Rp 100 juta hingga Rp 175 juta, tergantung lokasi cabang. Misalnya, franchise fee cabang di wilayah Jabotabek mulai Rp 145 juta. Lalu, cabang di ibukota provinsi mulai Rp 135 juta, di kabupaten mulai Rp 115 juta, dan di kecamatan mulai Rp 100 juta. Harap dicatat, setiap tahun ajaran baru yakni bulan Juli, biaya waralaba naik sekitar 10% karena menyesuaikan dengan inflasi.

Primagama juga menawarkan waralaba di exisiting outlet. Hari menjelaskan, exisiting outlet, biasanya, berupa cabang yang sudah tutup. Untuk jenis ini, terwaralaba harus merogoh kocek Rp 150 juta sebagai franchise fee. Nilainya lebih mahal karena cabang Primagama sudah dikenal di daerah tersebut.

Sebelum bergabung dengan Primagama, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi. Pertama, tempat operasional cabang terdiri dari 6 ruang kelas dengan luas kelas masing-masing minimal 20 meter persegi (m2). Lalu, ada ruangan pendukung seperti front office, ruang administrasi, dan ruang pengajar. Jarak antara cabang satu dengan lainnya minimal 4 kilometer.

Kedua, membayar biaya survei sebesar Rp 2 juta yang berlaku di Pulau Jawa dan Rp 3 juta untuk wilayah luar Jawa. Ketiga, biaya royalti atau royalty fee sebesar 10% bagi cabang yang sudah terdapat master franchise atau 10,7% bagi yang belum memiliki master franchise. Royalty fee ini dibayarkan dari pendapatan terwaralaba setiap bulannya.

Sejak menawarkan waralaba, Hari bilang, jumlah cabang Primagama milik mitra yang gulung tikar atau tutup tak sampai 5%. Biasanya, cabang-cabang itu tutup lantaran tidak memenuhi standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan Primagama.

Contoh, terwaralaba tidak menyediakan fasilitas penyejuk udara di semua ruangan kelas. "Kami juga punya hak untuk menutup gerai apabila terwaralaba tidak memenuhi SOP," kata Hari.

Demi mencegah cabang milik mitra stop beroperasi, sejak setahun terakhir, Primagama memberlakukan aturan main baru, yakni proses wawancara bagi calon terwaralaba. Tahapan ini menjadi alat bagi Primagama untuk melihat seberapa jauh minat calon mitra untuk berbisnis bimbel.

Jadi, pertimbangan Primagama dalam menerima calon terwaralaba kini tidak cuma melihat kecukupan modal saja. Sebab, mitra yang memiliki ketertarikan besar pada pendidikan bakal mengelola bisnis bimbel lebih stabil dibandingkan dengan calon mitra yang hanya menginginkan laba jangka pendek semata.

Menurut Hari, bisnis bimbel masih potensial di kawasan Timur Indonesia. Sementara itu, di daerah lain, khususnya Pulau Jawa, sudah terlalu sesak.


• Salemba

Lembaga bimbel Salemba baru berdiri pada 2003 lalu. Pendirinya adalah sekelompok mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI). Lokasi awal bimbel ini dekat dengan UI yang ada di Salemba, Jakarta Pusat. Makanya, nama bimbel ini: Salemba.

Tenaga pengajarnya kebanyakan mahasiswa UI. Ini yang menjadi salah satu faktor Salemba cepat berkembang. Ditambah, "Di semua daerah Indonesia, minat siswa masuk ke UI masih sangat tinggi, maka bimbel Salemba tetap tumbuh," ungkap Endy Yunarsyah, pemilik bimbel Salemba

Cabang Salemba sudah mencapai 30 gerai sejak diwaralabakan pada 2009 lalu. Delapan cabang tersebar di luar wilayah Jabodetabek, yakni Medan, Bandarlampung, Bandung, dan Semarang.

Sejak awal tahun ini, franchise fee Salemba naik menjadi Rp 28 juta dari sebelumnya Rp 25 juta. Biaya waralaba sebagai master franchise juga ikutan naik jadi Rp 55 juta dari awalnya Rp 50 juta. Terwaralaba dapat menggunakan nama Salemba selama 5 tahun.

Yang ingin bergabung dengan Salemba harus memenuhi beberapa persyaratan. Di antaranya, menyediakan satu ruko dua lantai dengan luas 5 x 12 meter. Jarak antarcabang juga minimal harus 5 kilometer. Selain itu, mitra wajib membayar royalty fee sebesar 9% dan marketing fee 1% dari pendapatan mitra per bulan.

Untuk memenangi persaingan di bisnis bimbel, Salemba juga melakukan inovasi. Mulai bulan ini, misalnya, mereka menerapkan Simbel, singkatan dari Sistem Informasi Salemba. Medote ini memberikan kemudahan bagi mitra dan siswa. Contoh, tenaga pengajar bisa memasukkan database seperti absensi dan nilai siswa.

Jadi, nantinya, setiap tenaga pengajar Salemba dapat memberikan rapor bulanan kepada siswa tanpa harus ribet mengolah data lagi. Simbel juga memberikan layanan SMS Center kepada orang tua siswa. Caranya, para orang tua tinggal mengetik nomor induk siswa kemudian mengirimkannya ke nomor SMS Center. Seketika, orang tua murid akan mendapat laporan tentang nilai dan tingkat kehadiran anaknya.

Ada pula Salemba Tryout Mobile Applicvation (STMA). Endy menuturkan, kegiatan try out yang menjadi unsur penting dalam kegiatan bimbel, kini dapat dilakukan secara leluasa oleh siswa. Soalnya, dengan STMA, siswa bisa melakukan try out melalui telepon genggam. Tapi, STMA diaplikasikan dengan teknologi bluetooth. Dengan begitu, siswa harus berada di lingkungan Salemba untuk menikmati fasilitas ini.

Endy yakin, peluang bisnis bimbel Salemba masih sangat besar, terutama di kota besar. Salah satu keunggulan Salemba adalah program persiapan ujian masuk universitas negeri, khususnya UI. "Jumlah peminat program ini mencapai 1.000 orang per tahun," katanya.


• Solusi

Solusi bisa disebut sebagai pemain baru dalam bisnis bimbel. Soalnya, lembaga ini baru berdiri pada tahun 2008 lalu. Tak lama setelah berdiri, tepatnya di tahun 2009, Solusi menawarkan peluang kerjasama kepada masyarakat luas lewat sistem kemitraan.

Meski tergolong pemain buncit, sekarang, Solusi telah berbiak menjadi 44 cabang. Solusi pun kini telah mengembangkan sayap bisnisnya hingga ke luar Jakarta, yakni Bandung dan Bogor. "Hingga kini belum pernah ada gerai yang tutup," tegas Siswadi, Direktur Operasional Solusi.

Sejak Juni 2011, besaran investasi bagi mitra Solusi meningkat. Bila dahulu mitra cuma dikenai biaya Rp 50 juta, kini mereka harus mengucurkan dana sebanyak Rp 70 juta hingga Rp 80 juta jika berminat berbisnis bimbel Solusi.

Investasi awal tersebut sudah termasuk biaya kemitraan Rp 7 juta dan biaya royalti sebesar 6,5% dari pendapatan bulanan di semester pertama. Mitra juga akan mendapat aneka sarana dan prasarana penunjang kelas belajar dan front office. Misalnya kursi, penyejuk udara (AC), papan tulis, serta meja.

Biaya promosi standar seperti brosur, banner, dan umbul-umbul juga sudah sudah masuk hitungan investasi awal. Total nilai sarana dan prasana yang diperoleh mitra mencapai Rp 40 juta.

Siswadi menjelaskan, kenaikan biaya investasi awal ini karena Solusi menawarkan layanan baru berupa kelas khusus. Salah satu ciri kelas khusus adalah dekorasi kelas yang dirancang tidak biasa. Misalnya, di kelas Jepang, ruangan kelas dipenuhi wallpaper dan ornamen Negeri Matahari Terbit.

Di Solusi, siswa juga akan mendapat sistem pembelajaran Motivio Learning. Artinya, sistem itu menggugah motivasi dan inovasi. Aplikasinya sederhana saja, yaitu siswa selalu absen kehadiran dengan menyebutkan impian atau cita-cita yang mereka inginkan.

Ada juga sistem Dollar Solusi. Lewat sistem ini, siswa berkompetisi untuk melakukan tindakan positif. Contohnya, datang tepat waktu dan mendapat nilai ulangan bagus. Setiap tindakan positif tersebut akan mendapatkan penghargaan berupa uang mulai dari Rp 1.000 hingga
Rp 10.000, tergantung syarat dan ketentuan yang berlaku.

Adapun kewajiban mitra Solusi sama seperti bimbel lainnya. Salah satunya menyediakan gedung. Yang unik, mitra juga dikenai kewajiban memberikan 10 kursi bimbel gratis bagi anak yang kurang mampu. "Ini sebagai bagian dari misi sosial bimbel Solusi," ujar Siswadi.

Siswadi menambahkan, tantangan yang lazim dihadapi mitra Solusi adalah sumber daya manusia (SDM) yang kerap merasa digaji tidak layak. Sebagai jalan keluar, saat ini, Solusi menetapkan pemberian reward bagi karyawan yang berkinerja sangat memuaskan.

Penghargaannya berupa hak untuk mendirikan cabang baru secara cuma-cuma alias gratis. Tapi nantinya, ketika karyawan itu sudah berhasil dengan bisnisnya, ia juga wajib memberikan penghargaan yang sama kepada pegawainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×