Reporter: Noverius Laoli, Havid Vebri | Editor: Havid Vebri
PERNIKAHAN merupakan momentum penting dalam setiap kehidupan seseorang. Sebagai peristiwa penting, tentu segala sesuatu yang menyangkut dengan pernikahan harus dipersiapkan dengan matang.
Selain konsep pernikahan itu sendiri, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah suvenir atau pernak-pernik pernikahan. Jika menginginkan pesta pernikahan yang unik, tentu suvenirnya juga harus unik.
Salah satu produsen suvenir pernikahan ini adalah Evelin Sutanto di Sesetan, Denpasar, Bali. Di bawah bendera usaha Baliluna Souvenir, ia memproduksi aneka suvenir cantik dengan konsep tradisional etnik, sesuai dengan daerah asal pengantin.
Salah satu contohnya adalah lukisan pasangan pengantin berbalut pakaian adat. Media lukisnya menggunakan kayu medium density board (MDF). Tentu pembuatan suvenir tradisional semacam ini memerlukan keahlian khusus. Minimal harus menguasai konsep pakaian adat dari berbagai daerah.
"Kami sendiri bisa mengukir dan melukis gambar pakaian adat dari seluruh Indonesia," ujar Evelin.
Selain itu, Baliluna juga membuat suvenir lain berupa kotak tisu, bingkai foto dan jam dinding etnik. Pembuatan suvenir itu konsepnya sama dengan suvenir lukisan.
Evelin juga menjual pernak-pernik pernikahan seperti kotak seserahan, dan buku tamu yang cover-nya terbuat dari kayu dengan gambar pasangan yang sedang menikah.Kotak seserahan itu berfungsi sebagai tempat hantaran barang-barang untuk mempelai wanita.
Evelin membanderol harga jual suvenir itu beragam. Mulai dari Rp 5.000 per buah untuk suvenir sederhana, hingga yang paling mahal Rp 75.000 per suvenir. Ia mengaku, permintaan suvenir pernikahan bernuansa etnik kian tinggi belakangan ini. Makanya, ia fokus menekuni usaha ini sejak tahun 2010. Ia sendiri sudah terjun ke usaha ini sejak tahun 1992. Namun, saat itu belum fokus memproduksi suvenir pernikahan bernuansa etnik.
Selain di Bali sendiri, ia juga sudah memasarkan produk suvenirnya hingga ke Jakarta. Dalam sebulan, Baliluna memproduksi 10.000 suvenir pernikahan yang khusus dirancang dengan desain etnik tradisional masing-masing daerah.
Dari produksi tersebut, omzet yang dikantonginya mencapai ratusan juta rupiah, dengan laba bersih sekitar 20% dari omzet. Selama ini, Baliluna hanya melayani pesanan minimal 100 biji. "Tapi rata-rata pesanan minimal 600 biji sekali order," ujar Evelin.
Bahkan, konsumen di wilayah Jakarta rata-rata memesan antara 1.000 sampai 1.200 biji. Dalam melayani pesanan, Evelin dibantu sekitar 20 karyawan. Baliluna memiliki bengkel kerja sendiri di Bali. Hampir semua suvenir dibuat secara manual atau handmade dengan kombinasi ukiran dan lukisan tangan.
Pemain lain di bisnis ini adalah Merni Zulfinasari di Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat. Lewat Kanela Souvenir, ia memproduksi beragam suvenir etnik pernikahan tradisional. Diantaranya ada kotak tisu, album foto, lukisan dan ukiran pengantin, serta asbak.
Semuanya dibuat menggunakan konsep desain etnik tradisional. Konsep etnik tersebut disesuaikan dengan daerah asal calon pengantin. "Supaya menarik, pengemasan suvenirnya juga harus dibuat menarik," ujarnya.
Merni menggunakan kayu sebagai bahan dasar pembuatan suvenir. Dengan bahan dasar kayu, suvenir buatannya bisa tahan lama.
Aneka suvenir buatannya dibanderol mulai Rp 3.000 - Rp 195.000 per biji. Dalam sebulan, ia memproduksi 2.000 biji suvenir. Adapun omzet usahanya mencapai puluhan juta per bulan.
Baik Evelin maupun Merni menilai, permintaan suvenir etnik untuk pernikahan terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak calon pengantin kini memilih suvenir etnik untuk pernikahannya. Menurut Evelin, suvenir tradisional memang tampak lebih unik ketimbang suvenir pernikahan modern yang jauh dari nuansa etnik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News