kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kain tenun Maumere mulai mendatangkan peruntungan (bagian 1)


Sabtu, 09 November 2019 / 13:25 WIB
Bisnis kain tenun Maumere mulai mendatangkan peruntungan (bagian 1)


Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kain tenun asal Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai menarik minat banyak pihak. Mulai dari para desainer hingga pelancong asing. Selain tenun asal Sumba, juga ada lagi tenun Maumere dari Kabupaten Sikka, NTT. Motif tenun Maumere ini juga yang khas. Bisa bertema binatang, kekayaan alam hingga budaya di daerah tersebut.

Sama seperti kain tenun lainnya, untuk membuat satu helai kain tenun Maumere butuh waktu lama. Bisa berbulan-bulan dan rata-rata sekitar tiga bulan. Adapun para perajin kain tenun Maumere ini kebanyakan adalah para perempuan yang berasal dari daerah tersebut.

Salah satunya adalah Cletus Beru yang sudah puluhan tahun menggeluti kerajinan tenun Maumere. Dan memang kegiatan menenun kain sudah menjadi kegiatan turun temurun di sana. Ia sendiri sudah mulai menggeluti kerajinan tenun Maumere sejak duduk di kelas 2 SD. "Kami dari kecil sudah belajar menenun dari para leluhur," katanya kepada KONTAN saat hadir di pameran batik dan tenun akhir Oktober di Jakarta.

Baca Juga: Menengok sentra kain ulos di tanah Batak (bagian 1)

Salah satu hal yang membuat dirinya tertarik menggeluti kerajinan tenun ini, termasuk juga perajin lainnya adalah banyaknya motif tenun Maumere yang bisa dibuat, yakni ada 40 motif tenun. Salah satunya adalah motif Dalamawarani, yakni motif bintang yang menggambarkan nenek moyang terdahulu selalu menengadah ke bintang untuk melihat keberuntungan. "Ada lagi motif lain dengan ciri khas yang kecil-kecil dan tak besar," jelasnya.

Ia menceritakan, bahan baku memproduksi kain tenun Maumere ini sangat terbatas dan proses pembuatan cukup lama. Cletus sendiri paling banter hanya bisa memproduksi tiga kain Maumere dalam satu tahun.

Untuk mengatasi ini, ia pun membuka sanggar sebagai tempat workshop tenun kain Maumere dengan  label Sanggar Doka Tawa Tana.

Cletus menjabat sebagai ketua di sanggar tersebut. Meski tak memperinci anggota aktif di sanggar ini,  keberadaan sanggar bisa membuat produksi kain tenun meningkat. Dengan begitu ia bisa memenuhi pesanan konsumen.

Baca Juga: Festival tenun ikat Sumba tengah berlangsung

Apalagi dirinya kerap mengikuti ragam pameran kerajinan yang ada di dalam negeri hingga luar negeri. Misalnya saja baru-baru ini ia ikut pameran di Sarinah, Jakarta dan membawa hingga 200 kain tenun Maumere. "Sudah habis terjual," katanya menyebut harga kain tersebut antara Rp 1,5 juta sampai Rp 40 juta per helai.

Pamor kain tenun Maumere yang sudah naik daun ini membuat Maria Fransiska  Yanti Surat kepincut di bisnis aksesori fesyen seperti anting dan kalung dari hasil kain perca tenun Maumere yang biasanya terbuang.  Usaha baru berjalan dua bulan itu sudah hasilkan omzet Rp 5 juta per bulannya.                

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×