Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi
Dua puluh tahun silam, Nani Sugiono mungkin tidak pernah membayangkan warung gerobaknya berjualan ayam goreng akan menjadi gerai kuliner yang ramai disambangi pembeli seperti saat ini. Nani yang semula hanya ingin selalu bisa menikmati ayam nan empuk, kini harus menyiapkan ribuan porsi ayam goreng dan bakar tulang lunak yang menjadi menu andalannya.
Gerainya yang terletak di Jalan Haji Ten, Rawasari, Jakarta Timur sudah berubah, sejak KONTAN menulisnya di rubrik Kedai, delapan tahun silam. Gerai yang dulu sederhana, kini lebih luas dan nyaman lantaran dipasangi pendingin udara.
Bukan cuma itu, Nani sudah menambah empat cabang lainnya, di Jakarta dan Depok. "Ini untuk menjangkau pelanggan kami yang jauh dari pusat penjualan di Haji Ten ini," jelas Nur Cahyo, salah satu anak Nani, yang kini bertanggung jawab untuk mengelola bisnis Ayam Goreng Tulang Lunak Ny. Nani S atau yang kondang disebut AGTL. Maklum, pelanggan AGTL sudah tersebar di seluruh Jakarta. Banyak pula perusahaan yang memesan nasi boks untuk acara di sana.
Usaha di bidang kuliner memang tidak ada matinya. Ungkapan semacam itu ada benarnya. Tengok saja beberapa tahun belakangan ini, seperti Nani, banyak pengusaha mendulang sukses dengan membuka gerai-gerai yang menawarkan masakan, baik dalam bentuk kedai ataupun resto.
Maklum, sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan menjadi buruan setiap orang. Apalagi, hampir semua media kini memiliki sajian tentang kuliner, yang menyuguhkan kedai dan resto dengan sajian yang nikmat dan khas. Kondisi inilah yang akhirnya mendorong kemajuan bisnis kuliner di sejumlah kota.
Terutama, untuk gerai-gerai yang menyajikan sajian khas nusantara. Kuliner daerah yang khas ini bisa menjadi daya tarik pengunjung. Selain para perantau yang kangen masakan dari kota asalnya, banyak pula penggila kuliner yang penasaran dan ingin mencicipi masakan khas daerah tertentu.
Cahyo melihat, dalam dua tahun terakhir, usaha kuliner benar-benar berkembang. Dia pun mengambil contoh, salah satu kawasan di Pondok Kelapa, lokasi cabang AGTL, sebagai kawasan kuliner yang berkembang pesat. "Dulu, kami sendirian, sekarang ada tujuh gerai yang sama-sama ramai. Padahal, sama-sama menjual menu ayam," tutur dia.
Mulai menjajakan sajian ayam sejak 1994, saat ini, AGTL banyak melayani pesanan nasi kotak. Perbandingan antara pesanan dan orang yang bersantap di gerainya berkisar 60% : 40%. Setiap hari, dia bisa mengirim hingga 1.000 kotak. Saban harinya, AGTL mengolah sekitar 400 ekor hingga 500 ekor ayam.
Prospek usaha kuliner yang semakin baik juga menarik perhatian Ryan Djati Asmara, pemilik usaha Tahu Kupat AA Magelang. Ia tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengembangkan gerai-gerainya sesuai pasar kuliner saat ini, seiring berkembangnya kelas menengah.
Gerai kupat tahu yang kerap dipanggil KTM ini merupakan usaha yang dirintis oleh kedua orangtuanya, Arif Rianggono, sejak 1998. Arif pun memulai bisnisnya dari sebuah kedai sederhana di Bona Indah, Jakarta Selatan. Awalnya, mereka hanya menyediakan lima kupat saja untuk 15 piring.
Dalam perkembangannya, gerai KTM ini terus berbiak. Ryan bahkan menyebut, jumlahnya pernah mencapai 30-an gerai. Namun, belakangan, Ryan justru menutup hampir separuhnya. "Lebih baik kami fokus mengelola sedikit cabang dan punya standardisasi," tutur Ryan yang kini bertanggung jawab mengelola gerai KTM.
Lantas, dia memoles bisnis kuliner ini dengan membagi gerai KTM menjadi tiga tipe. Masing-masing, gerai tipe A yang menawarkan menu lebih lengkap, seperti ayam penyet dan rawon. Gerai ini luasnya 120 m2. Lalu, gerai B dengan tambahan menu ayam penyet. Terakhir, gerai C, kedai kecil yang hanya menjual kupat tahu, seluas 60 m2–70 m2.
Selain itu, Ryan punya rencana membuka kedainya di malam hari, dengan sajian yang berbeda. "Sekarang, banyak juga orang yang mencari makanan di malam hari. Banyak penjual yang ramai di malam hari," ujar dia. Maklum, gerai kupat tahunya biasa tutup pada pukul 20.00.
Usaha bidang kuliner ini masih menjanjikan karena untungnya cukup gurih. Memang, banyak orang bilang, bisa mengail untung berkisar 40% hingga 50%. Namun, baik Cahyo maupun Ryan kompak mengatakan, profit yang mereka peroleh kurang dari angka tersebut.
Seiring dengan kenaikan berbagai bahan baku dan tingkat persaingan yang makin tinggi, Cahyo pun berbisik, keuntungan yang diperoleh masih bisa mencapai 25%. Demikian pula Ryan. Menurut hitungan dia, untung dari penjualan makanan ini mulai 5% hingga 20%.
Meski begitu, dengan keuntungan tersebut, mereka yakin, usaha kuliner ini tetap bisa bertahan dan tumbuh dengan cabang-cabang yang baru. Pasalnya, menurut pengalaman keduanya, modal untuk merintis gerai-gerai kuliner akan kembali dalam kisaran waktu kurang dari dua tahun, yakni, antara 13 bulan hingga 19 bulan, tergantung skala gerai.
Mental kuat
Apakah Anda tertarik membuka gerai kuliner? Cahyo berpesan, modal utama bagi mereka yang ingin memulai usaha ini adalah memiliki mental untuk bertahan. Sebab, saat awal membuka gerai merupakan masa untuk menjaring pelanggan. Jangan berharap keuntungan mengalir deras.
Belajar dari pengalamannya membuka cabang-cabang yang baru, paling tidak membutuhkan waktu hingga dua tahun bagi sebuah gerai baru untuk beroperasi dengan baik. Setahun pertama merupakan masa promosi bagi gerai. Baru, pada tahun kedua, mereka bisa menemukan para pelanggan.
Karena itu, modal usaha yang disiapkan seharusnya bisa menutup berbagai biaya yang muncul selama waktu menjaring pelanggan. "Paling tidak dari tempatnya saja. Jika menyewa, lebih baik langsung selama dua tahun," jelas Cahyo.
Nah, terkait besaran modal, yang menarik, usaha kuliner bisa dimulai dari modal berapa saja. Anda bisa memulai dari kelas gerobak jika modal terbatas, hingga membuka gerai di pinggir jalan atau mal ternama. Jika modal sangat terbatas, Anda bisa merintis dengan menata kursi, meja dan perlengkapan lainnya di teras rumah.
Lebih jauh, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan jika ingin memulai usaha kuliner:
• Lokasi
Lokasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesuksesan usaha, termasuk, dalam usaha gerai kuliner. Letak gerai yang strategis merupakan kunci untuk mudah dikenal.
Namun, lokasi yang kurang strategis juga tidak akan menghalangi bisnis Anda. Asalkan, sajian yang Anda tawarkan benar-benar memikat lidah konsumen. Maklum, banyak orang memburu sebuah kedai yang menawarkan sajian yang unik dan khas, biar pun lokasinya di tengah perkampungan.
Ryan pun memberi contoh, warung bakmi jawa Mbah Mo di Bantul. "Meski warungnya ada di tengah kampung dan jauh dari keramaian, toh, warung itu selalu ramai pengunjungnya," jelas dia.
Nah, lokasi ini juga akan menentukan nilai investasi yang harus Anda siapkan. "Biasanya, sewa tempat merupakan alokasi terbesar dalam investasi usaha kuliner ini," kata Cahyo. Semakin strategis tempat itu, harga sewa pun akan semakin mahal. Anda pun harus merogoh kocek lebih dalam.
Selain mempengaruhi nilai investasi, lokasi juga berkaitan dengan jenis kuliner yang akan dijual. Dalam hal ini, Anda perlu melakukan survei untuk mengetahui apa yang menjadi selera konsumen di sana.
Cahyo pun berpesan, jangan lupa untuk membuat nilai tambah masakan. "Jika ingin menjual olahan ayam, produk Anda harus memiliki kekhasan, supaya beda dengan kompetitor. Tapi, tetap sesuai dengan selera pasar," terangnya.
• Jenis masakan
Ada banyak kuliner nusantara, yang memiliki penggemarnya masing-masing. Untuk memulai sebuah kedai, Anda harus mempunyai satu menu masakan andalan untuk merebut perhatian pengunjung.
Ambil contoh AGTL. Ketika Nani pertama kali membuka warung, sajian ayam dengan tulang lunak merupakan andalannya. Selain itu, hingga sekarang, Cahyo masih mempertahankan ukuran besar untuk tiap-tiap potong ayam. "Kami konsisten menggunakan ayam dengan berat 1,6 kilogram (kg) hingga 1,8 kg, karena ukuran yang besar termasuk daya tarik AGTL," papar dia.
Selain punya masakan andalan, kualitas produk pada usaha ini juga ditentukan dari citarasa masakan untuk mengundang pelanggan kembali datang. Cita rasa lezat ini tak hanya datang dari sang juru masak dalam meracik dan mengolah masakan dengan tepat, tapi juga dari bahan baku yang dipakai.
Usahakan untuk memakai bahan baku berkualitas atau segar. Karena itu pula, AGTL memiliki tukang potong ayam sendiri. "Selain untuk mendapatkan produk yang segar, dengan tukang potong sendiri kami bisa memilih ayam yang benar-benar sehat. Karena dua hal ini sangat berpengaruh pada cita rasa dan tekstur," kata Cahyo.
Untuk memperoleh berbagai bahan tersebut, Anda bisa berbelanja ke pasar, seperti yang dilakukan AGTL. Atau, mencari pemasok tetap yang menyuplai kebutuhan Anda. "Masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya," kata Cahyo.
• Layanan
Konsumen menengah yang terus bertambah, menjadi pasar potensial bagi usaha kuliner. Kondisi ini akan berpengaruh pada layanan atau servis yang harus Anda berikan, terutama, jika Anda memang mengincar pasar itu.
Anda pun harus membangun suasana yang nyaman dan bersih di kedai Anda. Begitu pula, layanan yang diberikan oleh para pramusaji. Ramah, sigap dan penyajian yang cepat bisa menjadi nilai tambah.
• Promosi
Hampir semua usaha membutuhkan promosi. Begitu pula dengan usaha kuliner, promosi mutlak dilakukan. Meski Anda mampu menyajikan makanan yang enak, jika tak ada upaya promosi, mustahil orang menyadari produk Anda.
Promosi bisa ditampilkan lewat gerai Anda, yakni dengan memasang papan nama yang besar menarik. Berikutnya, Anda bisa membagi brosur ke lingkungan sekitar. "Brosur ini punya jangkauan yang paling jauh," kata Cahyo.
Di era internet, Anda jangan melupakan upaya promosi via media sosial. Menurut Ryan, saat ini, media sosial, seperti Facebook, Twitter dan lainnya, merupakan media promosi paling efektif. KTM juga pernah berpromosi melalui BlackBerry Messenger, dengan memberikan potongan 10% bagi mereka yang memasang promosi KTM sebagai foto profilnya.
Strategi harga juga harus dipikirkan saat Anda membuka kedai ini. Usahakan, harga tak jauh berbeda dengan gerai serupa di sekitar Anda. Boleh jadi, setahun pertama, Anda cukup mengambil untung sedikit. Maklum, satu tahun pertama ini merupakan tahap untuk mencari pelanggan.
Selanjutnya, sebagai solusi menghadapi kenaikan harga bahan baku, Anda bisa menaikkan harga jual. Tapi Cahyo berpesan, jangan terlalu sering menaikkan harga. AGTL mempunyai strategi, hanya menaikkan harga sekali setahun, yakni menjelang bulan puasa. "Karena saat itu, biasanya terjadi kenaikan harga bahan makanan," ujar Cahyo.
Nah, kini, apakah Anda sudah siap berbisnis kuliner?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News