Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Menjadi pengusaha dijalani Perry Tristianto dari nol. Berbagai sektor usaha dijalankan, hingga menjadi raja factory outlet (FO). Kelesuan tren FO membuat Perry membuka peluang baru di sektor wisata dan kuliner.
Perry Tristianto Tedja adalah pria kelahiran Bandung tahun 1960. Dia memulai usaha sejak masih duduk di bangku kuliah jurusan Administrasi Niaga Universitas Parahyangan Bandung (Unpar). Awal kariernya bermula dari nol dengan menjajal berbagai macam bidang usaha, mulai dari berjualan roti, membuka toko kelontong, beternak ayam, hingga akhirnya bekerja di perusahaan rekaman.
Sebetulnya tonggak keberhasilan Perry dimulai saat ia bekerja di perusahaan rekaman sebagai tenaga penjual di tahun 1983 sampai 1985. Sampai akhirnya menjadi pemimpin di tahun 1990, dia harus putar otak untuk mempertahankan perusahaan lantaran bisnis ini sedang turun kala itu.
Perry lantas membuat kaus bertema musisi yang sedang tren kala itu yang di jual di toko kaset. "Modal awal dulu hanya Rp 300.000 dari amplop pernikahan, " kata dia.
Dari situ cikal bakal dirinya menjadi pengusaha fesyen. Di tahun 1995 Perry mulai resmi membuka usaha toko pakaian dengan merek Factory Outlet setelah perusahaan rekaman tutup lantaran bangkrut.
Seiring berjalannya waktu, makin banyak pengikut yang menjadi pesaing. Baginya hal itu membuatnya memutar otak untuk membuat sesuatu yang baru lagi. "Malah dengan begitu saya naik ke level selanjutnya karena saya dituntut untuk mencari inovasi lagi," kata Perry.
Kemudian perkembangan gaya hidup masyarakat membuat bisnis garmen sudah tidak begitu baik pertumbuhannya di tahun 2011-2012. Karena suatu tren memang ada titik jenuhnya, Perry pun memutuskan tidak ekspansi lagi di bidang garmen tapi merambah bidang lain, yaitu di bidang wisata dan kuliner.
Saat ini, Perry memiliki holding Perisai Group yang berada di bawah bendera PT Perisai Utama untuk menaungi seluruh bisnisnya. Ada anak perusahaan lagi yang mengelola lini bisnisnya masing-masing, antara lain PT Perisai Wisata Utama yang mengelola tempat wisata, PT Perisai Husada yang mengelola bisnis di bidang kesehatan, PT Perisai Mulia yang mengelola bisnis spa, PT Perisai Persada yang mengelola hotel.
Semua usaha menyasar pasar keluarga, bukan lagi remaja dan dewasa muda seperti FO dulu. Segmentasi pasar itu penting, selain merek yang juga tidak kalah penting. Sekarang setidaknya dia telah memiliki 15 merek dagang di berbagai bidang usaha.
Di penghujung tahun ini Perry akan meluncurkan tiga usaha baru, yaitu De Ranch yang tadinya hanya di Lembang akan ada cabang baru lagi di Puncak, kemudian ada juga Susu Lembang, dan Hijab Swimming Pool yang juga berlokasi di Lembang. Masing-masing tempat baru tersebut membutuhkan investasi senilai Rp 40 miliar hingga Rp 50 miliar, di luar tempat usaha. "Tidak ada dana internal atau investor yang bergabung. Dana tersebut dari pinjaman dari perbankan," kata dia.
Sekarang dia mempekerjakan sekitar 1.200 karyawan, bekerjasama dengan para pelaku UMKM. Contohnya untuk usaha wisata berkuda De Ranch, Perry memberdayakan para pemilik kuda untuk bergabung dengan menyisipkan berbagai inovasi.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News