kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis roti bakar tidak hangat lagi


Senin, 13 Oktober 2014 / 15:44 WIB
Bisnis roti bakar tidak hangat lagi
ILUSTRASI. 7 Manfaat Melukis untuk Anak-Anak.


Reporter: Cindy Silviana Sukma, Izzatul Mazidah, Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Roti bakar sudah menjadi makanan yang akrab di lidah masyarakat Indonesia. Dengan segmen pasar yang luas, usaha roti bakar terus berkembang, terutama di kota besar. Bahkan, tak sedikit gerai roti bakar yang menawarkan usaha ini dengan sistem waralaba atau kemitraan.  

Namun, kini sistem kemitraan tidak cukup membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya. Hal itu terlihat dari beberapa pewaralaba yang tidak berhasil menambah jumlah mitra usahanya selama beberapa tahun terakhir.

Salah satunya adalah Roti Bakar Bandung 99 asal Bali. "Bisnis roti bakar saya stagnan. Sampai sekarang jumlah mitra masih ada dua," kata Anas Rul Muktafi, pemilik Roti Bakar Bandung 99.

Amir Karamoy, Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi KADIN mengakui, potensi bisnis roti bakar sudah menurun tajam. Menurutnya, banyak konsumen kini beralih kepada produk roti lainnya. "Saat ini semakin banyak usaha roti baik lokal dan asing yang masuk khususnya di kota besar," kata Amir.

Nah, seperti apa perkembangan usaha roti bakar ini sekarang? Berikut ulasan beberapa kemitraan roti bakar, seperti Roti Bakar Bandung 99, Roti Bakar Sempurna, dan Roti Bakar Beverly Hills.

Roti Bakar Bandung 99

Berdiri sejak tahun 2012,  Roti Bakar Bandung 99 resmi menawarkan kemitraan tiga bulan berselang. Sejak menawarkan kemitraan hingga saat ini, jumlah mitra usahanya hanya ada dua. Mitra usaha tersebut tidak bertambah sejak tahun lalu.

Sementara gerai milik sendiri ada lima. Anas Rul Muktafi, pemilik Roti Bakar Bandung 99 mengakui, bisnis roti bakarnya cenderung stagnan alias jalan di tempat. "Bahkan ada satu mitra usaha saya menutup gerai," ujarnya.  

Ia bilang, kendala utama yang menghambat perkembangan bisnisnya adalah adalah sulitnya mencari karyawan yang mau bekerja menjaga gerai roti bakarnya. "Bali pusat pariwisata Indonesia, jadi banyak masyarakatnya lebih memilih bekerja sebagai karyawan perusahaan hotel atau tempat hiburan," ujarnya.

Selain itu, Anas juga mengaku terkendala pasokan roti yang kadang kurang dari jumlah yang dibutuhkan. Menurutnya, dalam sehari ia dan mitra usahanya membutuhkan minimal 280 pieces roti atau 7.000 pieces roti perbulannya. "Nah, kadang supply roti tidak mencapai segitu," ujarnya.

Untuk mengembangkan bisnis kemitraannya, Anas mengaku tetap akan membuat inovasi dengan meluncurkan varian menu baru. Di antaranya roti sandwich atau roti isi es krim. Ia menilai, varian rasa roti bakar yang hanya memakai selai-selai biasa membuat tampilan rasanya monoton dan sulit berkembang.

Selama ini, ia menyediakan 20 varian selai, seperti selai kacang, cokelat, nanas, dan lainnya. Lantaran kendala yang dihadapi tidak sedikit, Anas mengaku akan fokus mengelola tujuh gerai yang sudah dan belum mau menambah mitra lagi.

Dalam kemitraan ini, paket investasi Roti Bakar Bandung 99 masih berkisar Rp 2 juta sampai Rp 5 juta. Mitra ditergatkan  bisa mengantongi omzet mulai Rp 5juta smapai Rp  6 juta perbulan. Dengan laba bersih berkisar Rp 1 juta Rp 1,5 juta per bulan, mitra bisa balik dalam dua bulan sampai tiga bulan.

Roti Bakar Beverly Hills

Berdiri sejak tahun 1994, roti bakar asal Yogyakarta ini resmi menawarkan kemitraan pada 2012. Sama halnya dengan Roti Bakar Bandung 99, bisnis roti bakar ini juga cenderung stagnan.

Ashari, pemillik Roti Bakar Beverly Hills bilang, sepanjang tahun ini ia belum menambah satu mitra usaha pun. Dengan mengusung konsep kafe, ia menjajakan aneka menu roti bakar, jagung bakar, dan pisang bakar.

Saat diwawancarai KONTAN pada tahun 2012, Roti Bakar Beverly Hills telah memiliki tiga gerai. Perinciannya dua gerai milik Ashari dan satu gerai milik mitra. Namun, tahun ini, tinggal Ashari yang menjalankan usaha roti bakar tersebut.  

Ashari memutuskan kerja sama dengan mitra tersebut karena melanggar perjanjian. "Dia menambah varian baru di luar varian Roti Bakar Beverly Hill," katanya. Asahri mengaku, kendala utama yang dihadapinya dalam mengelola bisnis ini adalah keterbatasan pelatih atau trainer untuk mendidik tenaga kerja di luar kota.

"Sebenarnya banyak yang ingin menjadi mitra. Namun, kami tak bisa mengirim pelatih ke luar kota, kecuali mitra yang mengirim tenaga kerja ke sini," tuturnya. Untuk mengatasi kendala tersebut, sekarang Ashari tengah mencari tenaga kerja  yang disiapkan sebagai pelatih.

Dalam kemitraan ini, paket investasi yang ditawarkan mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 50 juta menjadi Rp 65 juta. Paket ini meliputi peralatan masak, gerobak, mesin kasir, dan pendampingan usaha. "Jadi mitra hanya menyediakan tempat dan tambahan kursi dan meja," ujarnya.

Berdasarkan pengalaman, ia memperkirakan total omzet Rp 500.000 per hari atau sekitar Rp 15 juta per bulan. Sementara estimasi laba bersih sekitar 20% dari total omzet. Mitra sendiri akan dikenakan biaya royalti sebesar 2,5%-3,5% per bulan dari omzet. Dengan laba tersebut, mitra bisa balik modal dalam waktu 1,5 tahun.

Roti Bakar 88

Usaha roti bakar asal Tangerang, Banten ini sudah berdiri sejak 2002 lalu. Setelah delapan tahun berjalan atau pada 2010, roti bakar milik Irwan Tanusolihin ini resmi menawarkan kemitraan.

KONTAN pernah menulis kemitraan Roti Bakar 88 pada Juli 2012 lalu. Kala itu, gerainya ada 11 dengan rincian tujuh gerai milik mitra dan empat milik sendiri. Semua gerai tersebar di daerah Jabodetabek.

Nah, setelah dua tahun berselang, kini gerai bertambah menjadi 17 gerai. Namun, penambahan gerai bukan milik mitra. Melainkan gerai milik sendiri. Ada pun gerai milik sendiri kini berjumlah 10, sedangkan gerai mitra masih sama, yakni tujuh gerai.

Irwan bilang, tidak adanya penambahan mitra dikarenakan ia mengubah sistem kemitraan dari franchise menjadi sistem bagi hasil. Sehingga jika ada mitra yang berniat bergabung, mitra tetap mengeluarkan dana investasi namun hasil omzet atau pendapatan dibagi dengan pusat.

Dengan sistem baru ini, seluruh karyawan akan disediakan sepenuhnya oleh pusat. Selain merubah kerjasma menjadi sistem bagi hasil, nilai investasi kerja sama ini juga mengalami kenaikan. Dari sebelumnya Rp 50 juta sekarang naik menjadi Rp 100 juta.

Kenaikan ini karena harga bahan baku dan perlengkapan yang terus meningkat. "Mitra tinggal terima beres saja, kan dulu mereka cari tempat dan orang sendiri. Sekarang tinggal cari tempat saja, " kata dia kepada KONTAN, Kamis (09/10).

Roti Bakar 88 juga menaikkan harga jual  dari awalnya Rp 3.500 sampai Rp 15.000  per porsi menjadi Rp 5.000 hingga Rp 20.000 per prosi. Untuk menggenjot penjualan,  Irwan juga menambah menu-menu baru, seperti roti bakar spesial isi toblerone dengan tambahan toping oreo dalam masih banyak lagi.

Hingga penghujung tahun 2014 ini, Irwan menargetkan menambah bisa dua sampai tiga gerai lagi, baik gerai milik sendiri maupun mitra. Yang jelas ke depannya, ia akan terus berbenah dan memperbaiki kualitas rasa dan pelayanan agar semua gerainya bisa bertahan dan tidak ada yang sampai tutup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×