kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Bisnis steik mulai melambat


Minggu, 30 September 2012 / 20:13 WIB
Bisnis steik mulai melambat
ILUSTRASI. Harga mobil bekas murah meriah, bawa pulang Daihatsu Ceria varian ini


Reporter: Revi Yohana, Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

Steik (steak) memang bukan makanan asli Indonesia, namun makanan ini telah akrab di lidah masyarakat Indonesia saat ini. Lihat saja mulai dari tempat makan kelas kaki lima hingga restoran bintang lima menyajikan menu steik. Begitu juga dengan melimpahnya tawaran kemitraan menjajakan steik.   

Namun dari penelusuran KONTAN belakangan ini ternyata sejumlah tawaran kemitraan steak tidak terlalu ciamik seperti beberapa tahun lalu. Berikut ulasan tawaran kemitraan steik yang pernah ditulis sebelumnya. Yakni Steak madina, Bobby's Steak & d'grill Stone, dan Red Grill

• Steak Madina

Pada Juni 2010 KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan dari Steak Madina yang bermarkas di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat itu, Steak Madina telah membuka dua gerai yakni di Pasar Minggu dan di Jalan TB Simatupang Jakarta. Satu di antara dua gerai itu adalah milik mitra.

Namun saat ini, Steak Madina tidak memiliki mitra. Usaha milik mitra tutup lantaran karyawannya tidak konsisten untuk mengembangkan bisnisnya.
Mona Nasution pemilik Steak Madina mengatakan setelah menawarkan kemitraan ini ternyata mitra agak susah mengembangkan usahanya karena kurang fokus. Meskipun sudah tidak memiliki mitra, Mona tetap membuka tawaran kemitraan bagi yang berminat.

Ia tidak mengubah nilai investasi kemitraan yang ditawarkan sebesar Rp 20 juta sejak tahun 2010 lalu. Dengan modal sebesar itu, mitra akan mendapatkan peralatan memasak, perlengkapan promosi, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal.

Tawaran kemitraan ini juga tidak memungut royalti fee dan sistem kerjasamanya berlaku seterusnya tidak perlu perpanjangan kontrak lagi. Steak ala Madina ini menggunakan bahan dasar daging sapi dan ayam.

Yang membedakan steik Madina dengan yang lainnya, Mona menyebutkan memiliki resep steik khusus dan porsi makannya lebih banyak ketimbang yang lain. Untuk harga jual di pasaran, Madina membanderol Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per porsi.

Sementara terkait peluang pasar, Mona menyarankan agar mitra menyasar pelanggan dari pekerja kantoran. Berdasarkan pengalamannya sendiri, kalangan pekerja kantoran ini banyak memenuhi gerai miliknya.

• Bobby's Steak & d'grill Stone

Pada April 2010 lalu, KONTAN sudah mengulas tawaran kemitraan Bobby's Steak & d'grill Stone dari Jakarta. Saat itu, Bobby's Steak & d'grill Stone belum memiliki mitra. Saat ini sudah ada dua mitra yang bekerjasama.  

Bobby Wahyu pemilik Bobby'steak mengatakan dalam waktu dekat akan ada tiga  mitra yang membuka gerai kemitraan di Bali, Pekanbaru dan Singapura. Meski hanya memiliki dua mitra dari tahun 2010,  Bobby mengatakan bisnisnya tetap mengalami pertumbuhan. Ia mengatakan bisnis steik masih tetap menggiurkan. Menurutnya tinggal para mitra ini bisa konsiten dengan konsep yang dari awal sudah dijalankan.    

Bobby menawarkan konsep steik untuk kalangan menengah dengan rasa hotel bintang lima. Salah satu keunikan steik buatan Bobby adalah pemakaian batu vulkanik (volcano) alias gunung berapi sebagai peralatan masak utama. Baik Daging maupun  sayuran segar dimasak dan dihidangkan di atas batu volcano.

Hasilnya, steik tetap panas dan crispy. Keistimewaan lain, saus steik racikan pribadi Bobby yang memadukan bumbu barat dengan bumbu khas dalam negeri. Steak yang ditawarkan mulai dari daging hingga ikan hiu.

Karena target konsumennya kalangan menengah, Bobby mematok harga menu berkisar Rp 22.000 Rp 38.000 per porsi. Sedangkan minuman berupa softdrink dan jus mulai Rp 8000 hingga Rp 12.000. Saat ini gerainya bisa menjual sekitar 50-70 porsi  steik setiap bulan. Omzetnya Rp 45 juta Rp 50 juta sebulan.

Ada empat paket yang ditawarkan. Paket foodcourt dengan investasi Rp 136 juta, paket mini resto seharga Rp 207 juta, paket resto senilai Rp 232 juta, dan paket resto & kafe senilai Rp 347 juta.

Perbedaan keempat paket ini hanya pada ukuran gerai dan paket perlengkapan. Mitra berhak mendapat perlengkapan, peralatan, main kitchen set, training, pemakaian brand selama lima tahun, dan desain ruang standar dan bantuan promosi.

Khusus untuk paket foodcourt, mitra ditargetkan bisa menjual 40 porsi steik saban hari. Alhasil, omzet hariannya sekitar Rp 1,5 juta. Setiap bulan mitra wajib membayar royalty fee sebesar 3,5% dari omzet. Adapun keuntungan bersih gerai diperkirakan 30%-40% dari omzet. Dengan begitu mitra bisa balik modal sekitar 10 bulan hingga satu tahun.

• Red Grill

Hampir sama seperti yang lainnya, tawaran kemitraan  Red Grill juga tidak banyak perkembangan. Saat Kontan mengulasnya Februari 2011 lalu, Red Grill sudah memiliki 15 mitra. Hingga kini, pertambahan mitra baru satu. "Mitra masih sama, hanya bertambah satu di Tang City," ujar Gatot Sutoto pemilik PT Global Red Crispy yang menaungi Red Grill dan Red Crispy.

Ia mengakui bahwa minat investor untuk membuka usaha steik mulai menurun. Apalagi, kini kompetitor baru semakin banyak bermunculan, baik di pasar steik maupun sajian makanan lainnya. Fakta ini membuat investor lebih selektif dalam menginvestasikan duitnya.

Meski begitu, Gatot tetap membuka peluang bagi calon mitra yang berminat membuka usaha Red Grill. Saat ini, ia masih membuka dua paket investasi. Pertama adalah paket restoran yang masih seharga Rp 150 juta. Dengan biaya tersebut mitra akan mendapatkan fasilitas peralatan masak, dekorasi gerai Red Grill, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal.

Sementara, paket kedua adalah paket foodcourt. Nilai investasi telah naik dari Rp 60 juta di tahun lalu menjadi Rp 80 juta. Fasilitas yang didapat paket ini sama seperti paket restoran namun dengan kuantitas yang lebih sedikit.

Untuk membuka usaha ini, para mitra harus menyediakan lahan seluas 100 meter persegi sebagai tempat usaha. Tapi, Mitra Red Grill tidak dikenakan biaya royalti. Mitra hanya wajib memasok bahan baku makanan dan minuman dari pusat.

Untuk menarik minat mitranya, Gatot berusaha untuk terus melakukan inovasi tampilan gerai dan menu. Selain menu-menu yang memang ada di Red Grill seperti steik. Mitra juga bisa menjual menu-menu lainnya seperti ayam bakar, iga bakar, sandwich bakar, burger, dan martabak bakar.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×