Reporter: Bidara Pink | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis otomotif adalah satu satu bidang usaha yang masih menjanjikan hingga kini. Buktinya, pabrikan otomotif di dalam negeri masih gencar merilis kendaraan anyar. Walhasil, di sektor usaha yang berkaitan dengan dunia otomotif pun masih marak hingga kini. Salah satunya penjualan mobil bekas.
Bisnis usaha mobil bekas sendiri tergolong usaha lawas dan hingga kini masih tetap eksis. Sebab, potensi pasarnya memang masih potensial. Inilah yang membuat usaha rintisan seperti Broom ikut membidik usaha penjualan mobil bekas.
Kabar baiknya, usaha rintisan yang baru beroperasi 2021 ini mendapat pendapatan pra-seri A senilai US$ 10 juta pertengahan Maret kemarin.
Pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace dengan partisipasi dari MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures, bersama penanam modal yang eksisting yaitu AC Ventures dan Quona Capital.
CEO sekaligus Co-Founder Broom Pandu Adi Laras mengungkapkan, dana yang telah ada maupun yang baru saja disuntikkan akan digunakan untuk diversifikasi dan peningkatan layanan.
"Dana yang baru dikumpulkan akan memungkinkan Broom untuk menyediakan produk yang makin beragam dan makin mempercepat perputaran persediaan di diler," tutur Pandu kepada KONTAN, Kamis (6/4).
Baca Juga: Modal Ventura Mulai Selektif Bidik Startup
Pandu menambahkan, perusahaannya juga ingin meningkatkan kapasitas modal buyback untuk menghadapi volume transaksi yang lebih tinggi. Ini adalah modal kerja jangka pendekkepada diler mobi bekas melalui layanan penjualan mobil secara temporer.
Sebelumnya pada tahun 2022 Broom juga telah mendapatkan fasilitas kredit hingga US$ 12 juta dari DBS Indonesia dan BRI. Padahal, waktu itu kondisi usaha cukup menantang di tengah gejolak ekonomi domestik.
Dengan fasilitas kredit yang lebih besar, Broom yakin bisa melayani lebih banyak diler dan menangani volume transaksi yang lebih tinggi sehingga mendorong bisnis perusahaan.
Pandu juga bilang, Broom berencana untuk mengembangkan model intelijen dalam mengidentifikasi kualitas mobil dan menilai kondisi mobil. Ini untuk membuat kerja platform ini menjadi lebih efektif.
Upaya ini memberi manfaat pada pelanggan, berupa transparansi. Inilah yang bisa menjadi nilai tambah bagi Broom dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
Sejauh ini, Pandu mengklaim usaha Broom sudah menunjukkan kemajuan yang pesat. Perusahaan ini telah mencatat transaksi dengan nilai inventori sekitar US$ 300 juta lewat skema buyback dan berhasil merangkul lebih dari 5.000 diler mobil bekas di sejumlah daerah.
Selain itu, Broom juga telah memiliki enam cabang di Jabodetabek, Surabaya, dan Yogyakarta.
Dengan kondisi tersebut, Broom berhasil mencatat volume perdagangan kotor atau gross merchandise value meningkat 16 kali lipat dari tahun ke tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News