kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Buka Pendaftaran, DBS Fondation Siap Hibahkan Rp 2,95 Triliun untuk BisnisStartup


Selasa, 20 Agustus 2024 / 20:04 WIB
Buka Pendaftaran, DBS Fondation Siap Hibahkan Rp 2,95 Triliun untuk BisnisStartup
ILUSTRASI. Pemaparan dana hibah dari Bank DBS Indonesia untuk bisnis startup.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation akan mengibahkan SGD 250.000 atau sekitar Rp 2,95 triliun untuk mendanai bisnis perusahaan rintisan (startup) yang berdampak pada sosial.

Untuk memuluskan visi tersebut, DBS Foundation kembali membuka kesempatan bagi bisnis yang berdampak untuk mendaftarkan diri dalam DBS Foundation Grant 2024. Aplikasi diterima hingga 31 Agustus 2024 pukul 23:59 SGT .

Selain dana hibah, DBS Foundation juga akan membantu para penerima dana hibah melalui pengembangan kapasitas, mentoring, solusi perbankan preferensial, dan dukungan lainnya. Wirausaha sosial terpilih juga dapat terhubung dengan komunitas Impact Makers DBS Foundation yang terus berkembang untuk bertukar ide dan mengeksplorasi sinergi. 

Baca Juga: Lima Founder Brand Lokal Kunjungi Gudang Terbesar Sociolla, Bagikan Cerita Sukses

Terbaru, DBS Foundation menjalin kerja sama strategis dengan NAFAS, sebuah startup yang menyediakan alat pengukur kualitas udara secara real-time, terlokalisasi, dan akurat untuk memasang 50 sensor kualitas udara. 

Langkah ini merupakan salah satu pemanfaatan dana hibah yang diterima oleh NAFAS melalui program DBS Foundation Business for Impact Grant Award 2023. Kerja sama ini menegaskan komitmen Bank DBS Indonesia untuk menjaga kelestarian bumi dengan membantu penelitian dan meningkatkan kualitas udara di Indonesia.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa polusi udara berkontribusi besar terhadap enam penyakit gangguan pernapasan di Indonesia, yaitu pneumonia (infeksi paru), infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), asma, tuberkulosis, kanker paru, dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). 

Berdasarkan data dari NAFAS pada Januari-Juni 2024, kualitas udara di DKI Jakarta menunjukkan rata-rata konsentrasi partikulat atau PM2,5 sebesar 34 µg/m3, yang berarti 7 kali lebih buruk dari standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yakni sebesar 5 µg/m3 per tahun. 

Baca Juga: Antler Galang Dana Hingga US$ 72 Juta untuk Kembangkan Startup di Asia Tenggara

Pengukuran ini menggunakan skala dari Badan Perlindungan Lingkungan AS (US EPA), yang mengkategorikan kualitas udara dari Baik (Hijau), Sedang (Kuning), Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif (Oranye), Tidak Sehat (Merah), Sangat Tidak Sehat (Ungu), hingga Berbahaya (Cokelat). Data ini diambil dari lebih dari 100 sensor kualitas udara yang dipasang oleh NAFAS di seluruh wilayah Jabodetabek.

Co-founder & CEO NAFAS Indonesia, Nathan Roestandy mengatakan bahwa salah satu cara menangani isu kualitas udara ini adalah dengan menghadirkan data yang lebih komprehensif dan real time dengan adanya lebih banyak alat sensor di berbagai titik.

“NAFAS bekerja sama dengan Bank DBS Indonesia guna mengambil langkah nyata. Dengan adanya alat pengukur udara, kami optimis dapat memberikan gambaran data yang lebih lengkap terhadap kondisi udara diberbagai lokasi agar pemerintah atau instansi terkait dapat membuat kebijakan atau strategi yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan ini," ungkap Nathan saat ditemui di Jakarta, Selasa (20/8).

Sensor kualitas udara luar ruangan yang dipasang oleh NAFAS bekerja dengan cara sebagai berikut:

-Sensor Udara Luar Ruangan NAFAS menangkap partikel-partikel kecil, gas, temperatur, hingga kelembapan 

-Sampel tersebut dapat diambil hingga 20 kali setiap menit untuk kemudian diolah dan dikalibrasi

-Setelah itu, data ditampilkan di aplikasi NAFAS dan diperbaharui setiap 10-20 menit

Kemitraan ini menggarisbawahi peran aktif Bank DBS Indonesia untuk memfasilitasi dan menyukseskan misi NAFAS dalam mendapatkan dan mengolah data tentang kualitas udara di beberapa lokasi. Bank DBS Indonesia bersama NAFAS berencana untuk memasang 50 sensor udara, termasuk di lokasi tempat Bank DBS Indonesia beroperasi.

Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika mengatakan, kolaborasi dengan NAFAS ini sejalan dengan ‘spark’ yang dimiliki Bank DBS Indonesia untuk memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. 

"Kolaborasi ini juga sejalan dengan upaya keberlanjutan kami melalui pilar ketiga, yakni Impact Beyond Banking. Dengan menggabungkan teknologi inovatif NAFAS dan komitmen keberlanjutan kami, kami percaya ini dapat membawa perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari nasabah dan masyarakat," ungkap Mona.

Selanjutnya: Latih Klub Sepak Bola Turki, José Mourinho Malah Bilang Begini

Menarik Dibaca: Apakah Rutin Konsumsi Alpukat Dapat Membakar Lemak Perut? Penelitian Menjawabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×