Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini
Para pedagang di sentra buku Titi Gantung menjual baik buku bekas maupun baru. Namun sebagian besar yang diperdagangkan adalah buku bekas. Sudah pasti harga jual buku bekas tentu lebih murah dari harga barunya. Soalnya, harga beli para pedagang juga murah.Ini tentu berbeda dengan harga buku baru.
Ketika KONTAN menyambangi Titi Gantung pada akhir pekan di bulan Juli, Suasana di kawasan Titi Gantung cukup ramai. Terlihat para pedagang sibuk meladeni pengunjung mereka. Yang paling banyak memang berburu buku pelajaran bekas. Pada saat itu sekolah sedang musim libur.
"Setiap tahun ajaran baru saya biasanya sempatkan datang ke sini, sekaligus berlibur di tempat saudara di Medan," tutur Endang Marbun (38), pembeli yang berdomisili di Pekanbaru, Riau ini. Endang menjelaskan, harga buku-buku di Titi Gantung murah, dan kondisinya rata-rata masih bagus.
Salah seorang pedagang, Mariam (57) mengaku, awalnya dulu pelanggannya masih sebatas warga Medan. Namun, perlahan banyak pula pelanggan yang datang dari wilayah pelosok di Sumatera Utara, seperti Tanjung Balai, Pematang Siantar, dan Tebing Tinggi. Bahkan, beberapa pembeli datang dari luar Sumut, seperti Pekanbaru, Padang dan Jambi.
Menurut Mariam, dulu pelanggannya hanya kalangan orang tua dari anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri. Namun, sekitar tiga tahun terakhir, banyak pula orang tua yang anaknya bersekolah di sekolah-sekolah swasta jadi pelanggannya. Meski tidak tahu pasti alasannya, Mariam menilai, daya beli masyarakat turun drastis, sehingga masyarakat melirik buku yang harganya terjangkau.
Mariam bilang, dulu, banyak orang yang merasa gengsinya turun jika menggunakan buku bekas. "Sekarang, hanya segelintir orang saja yang masih mempertahankan gengsinya, biasanya dari sekolah elit," beber perempuan yang sudah 30 tahun jualan di sentra ini.
Pedagang buku lainnya, Amir bilang, ada musim-musim tertentu penjualan buku di Titi Gantung lebih ramai. Misalnya, pada bulan April hingga Juli, sentra ini ramai dikunjungi orang tua dan anak sekolah. "Ini sebagai persiapan memasuki tahun ajaran baru," ujarnya.
Selain itu, sentra ini juga ramai pada Agustus hingga November. Saat seperti itu, para mahasiswa yang menyerbu sentra buku ini.
Baik Amir maupun Mariam menjual aneka buku pelajaran di kiosnya, mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Mariam mengaku, dulu selain buku pelajaran, ia sempat menjual novel dan buku langka. Bahkan, Titi Gantung sempat jadi tempat favorit berburu buku langka.
Namun, sekarang berbeda. "Selain stok sudah menipis, buku seperti novel dan buku langka, sekarang kurang laku. Yang paling laris malah buku pelajaran," ungkapnya.
Meski begitu, Amir sesekali masih menjual novel karya pengarang dalam negeri, jika sedang ada stok. Pedagang lainnya, Poniran mengamininya. Katanya, walaupun yang paling laku buku pelajaran, namun sesekali masih ada pengunjung yang datang mencari novel langka, seperti novel Ko Ping Hoo. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News