Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Cokro Anton Wibowo telah merintis bisnis sejak masih mahasiswa. Bermodal uang tabungan senilai Rp 50 juta, ia mendirikan usaha pabrik batu bata. Setelah sukses, naluri bisnis kembali mendorongnya untuk terjun ke bisnis properti.
Cokro Anton Wibowo mulai terjun ke dunia bisnis sejak duduk di semester akhir di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Musi, Palembang. Ia mengawali bisnis properti sebagai produsen batu bata.
Ia merintis usaha batu bata dalam skala kecil-kecilan di tahun 2005. Mulanya, ia hanya menjadi distributor batu bata. Namun, di luar dugaan permintaan batu bata di Palembang sangat besar. Bahkan, permintaan batu bata sampai melampaui kapasitas produksi.
Maklum, saat itu Palembang didaulat menjadi tuan rumah ajang Pekan Olah-raga Nasional (PON) tahun 2006. Sebagai tuan rumah, otomatis Palembang banyak melakukan pembenahan dan pembangunan di bidang infrastruktur. "Alhasil, banyak pengembang yang harus order batu bata dari kota lain dan harganya jauh lebih mahal," ujarnya.
Kenaikan permintaan itu membuat Cokro kesulitan memenuhi order. Melihat tingginya permintaan, ia pun memutuskan untuk memproduksi batu bata sendiri. "Saat itu pembangunan memang sedang gencarnya di Palembang," jelasnya.
Berbekal uang tabungan sebesar Rp 50 juta, ia mulai memproduksi batu bata sendiri. Uang sebesar itu hasil tabungannya semasa masih duduk di bangku sekolah hingga mahasiswa.
Selama menjelang PON itu, ia telah mendistribusikan puluhan ribu bata ke berbagai proyek pembangunan di Bumi Sriwijaya tersebut.
Setelah ajang PON usai, Cokro tak lantas tenggelam. Bisnis batu batanya justru bertambah kinclong dan merambah kota lain di luar Palembang, seperti Muara Enim, dan Lahat.
Omzetnya dari berjualan batu bata ini mencapai Rp 200 juta saban bulan. Sukses berbisnis batu bata tidak membuat Cokro lantas berpuas diri.
Ia pun mulai berpikir untuk terjun ke bisnis yang lebih besar. Tahun 2007, ia memutuskan menjadi kontraktor dan terlibat langsung di sejumlah proyek besar di Palembang. Ia merambah bisnis ini dengan mendirikan CV Bintang Bangun Persada.
Meski masih harus berbagi dan berkongsi dengan perusahaan konstruksi lain, Cokro tak berkecil hati. Ia justru mengamati dan terus belajar tentang dunia konstruksi.
Tekadnya untuk sukses di bisnis semakin kuat. Untuk mewujudkan tekadnya itu, ia pun mulai menyiapkan aspek legalitas perusahaan serta mencari tenaga SDM yang berkualitas di bidang arsitektur.
Baru di tahun 2009, ia memutuskan untuk menggarap bisnis properti secara mandiri. Saat itu, banyak orang yang mencibir dan meragukan kemampuan Cokro di bisnis properti.
Selain dinilai minim pengalaman, beberapa perusahaan properti raksasa asal ibu kota juga banyak yang gencar berekspansi di Palembang.
Namun, Cokro tak ambil pusing. Cibiran itu dijadikannya cambuk untuk memotivasinya agar sukses.
"Suara pesimistis itu tak lain karena saya harus langsung berhadapan dengan perusahaan properti raksasa asal ibu kota yang tengah ekspansi di Palembang," kisahnya.
Namun, berkat keuletannya berusaha, ia sukses menggeluti bisnis properti. Bahkan, ia berniat melebarkan sayap usahanya hingga ke luar Palembang.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News