Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gaya hidup sehat semakin menjadi tren. Salah satunya, dengan mengonsumsi teh artisan. Ini adalah teh yang terbuat sebagian dari teh berkualitas plus bahan-bahan herbal serta rempah.
Nah, peluang tersebut coba Ketut Gede Yudantara dan Yudia Ayu Dewintasari tangkap. Tak tanggung-tanggung, kedua pendiri Brew Me Fine Blend atau populer dengan nama Brew Me Tea ini ingin membangun usaha teh artisan mulai dari hulu hingga hilir.
Di hulu, mereka membangun perkebunan teh yang diklaim pertama di Bali sejak 2016 lalu. Kebun teh ini berdiri di atas lahan seluas 50 hektare. Tepatnya, di Desa Angseri dan Desa Mayungan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Menurut Direktur Brew Me Fine Blend Tjokorda Alit Darma Putra, butuh waktu empat tahun bagi Brew Me Tea untuk bisa memproduksi beragam produk teh artisan. Hingga akhirnya, usaha ini mendapat izin edar pangan dari instansi terkait.
Baca Juga: Aroma Teh Ciwidey dari Oza Tea Menguar hingga Benua Afrika
Sayang, baru memulai usaha di 2019, usaha Brew Me Tea mendapat tantangan berat akibat gelombang pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan banyak sektor bisnis di Tanah Air.
Hanya, di tengah keterbatasan aktivitas, Brew Me Tea masih bisa memasarkan teh artisan. Soalnya, produk teh artisan racikan Brew Me Tea diklaim bermanfaat bagi kesehatan.
"Kami bersyukur bisa melewati masa-masa sulit di saat merintis usaha," kata Tjokorda kepada KONTAN belum lama ini.
Setelah berhasil keluar dari masa sulit tersebut, Brew Me Tea semakin fokus untuk terus memproduksi teh artisan, dengan memperhatikan prinsip environment, social, and governance (ESG). Tjokorda menegaskan, Brew Me Tea konsisten melakukan pengujian dan inovasi untuk bisa menyajikan beragam produk teh artisan.
"Komitmen kami untuk terus berinovasi dan berkreasi agar menjadi pilihan penggemar teh premium," tegasnya.
Alhasil, Brew Me Tea punya tiga jenis produk. Yakni, produk kemasan loose leaf (daun), tea bag (teh celup) dan bubuk (matcha), dengan lebih dari 50 varian. Sebagian besar pemasaran produk teh artisan ini masih di pasar dalam negeri.
Meski begitu, mulai tahun ini, Brew Me Tea menancapkan kuku di pasar global. Mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Kontribusi pasar ekspor pun terbilang lumayan, yakni sekitar 15% dari total omzet.
Kini, pendapatan Brew Me Fine Blend pun sudah menyentuh angka Rp 24 miliar per tahun. Dan, di tahun ini, pendapatan Brew Me Tea, targetnya, bisa tumbuh 15% sampai 20% dari tahun sebelumnya.
Untuk itu, Brew Me Tea tengah melakukan ekspansi pasar. Salah satunya adalah, dengan membuka gerai di pusat perbelanjaan hingga di bandara dengan label Tea House Brew Me.
Rencana ekspansi lainnya adalah perluasan kebun teh. Untuk itu, Brew Me Tea tengah menjajaki pencarian pendanaan di bursa saham mulai 2026 mendatang.
Selanjutnya: Utang Pemerintah Sentuh 40% PDB dalam 5 Tahun ke Depan
Menarik Dibaca: Promo Voucher GrabFood Dine Out di CFC, Paket Astaga 1 Rp 15.000 sampai 31 Oktober
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News